Kematian Juki Cilik di Bima, Orang Tua Peci Akui Tak Ada yang Peduli dan LPA Minta Juki Cilik Dibuatkan Regulasi
Muhammad Alfian (6), Juki clik asal Desa Dadibou ini, sebelum meninggal sempat alami kecelakaan d aarena pacuan kuda Desa Panda, Kabupaten Bima, Minggu (5/3/2022). (LOKBOKPOST.COM/Foto) |
KABUPATEN BIMA - Dilansir dari situs kicknews.today, arena pacuan kuda di Kabupaten Bima merenggut nyawa seorang joki cilik. Korban yang meninggal bernama Muhammad Alfian, bocah berusia 6 tahun asal Desa Dadibou, Kecamatan Woha Kabupaten Bima.
Sebelumnya, Alfian mengalami kecelakaan saat latihan di arena pacuan kuda yang ada di Desa Panda, Kecamatan Palibelo, Bima, Minggu (5/3/2022) lalu. Dan anak yang masih duduk di kelas 1 SD ini menghembuskan nafas terakhirnya pada hari Rabu (9/3/2022) malam.
Dari pengakuan orang tua Alfian, Abdul Gani mengatakan, peristiwa kecelakaan yang dialami anaknya ketika beberapa saat setelah ke luar dari boks star. Saat itu, Alfian terjatuh dan kehilangan kendali ketika kuda yang dipacunya baru lepas dari boks star.
"Anak saya terjatuh persis di dekat pagar pembatas arena. Dia jatuh ke arah kiri, sehingga terhindar dari tabrakan kuda lain," jelas Gani, dikutip dari kicknews.today, Jum'at (11/3/2022).
Lanjut Gani, usai kecelakaan itu, kondisi Alfian tampak balk. Tidak ditemukan luka memar sedikitpun. Memang sempat ingin dibawa ke rumah sakit, kuatirnya terjadi apa-apa pada Alfian.
"Namun rencana itu tidak jadi. Dan akhirnya Alfian dibawa pulang ke rumah. Selama dua hari di rumah dia tampak sehat. Namun,
memasuki hari ketiga, kondisi kesehatannya tiba-tiba dro hingga jatuh sakit," ujar Ayah Alfian mengenang keadaan anaknya sebelum meninggal.
"Di saat itu, kami belum sempat dibawa ke rumah sakit. Namun, buah hati kami meninggal dunia di hari Rabu (9/3/2022) malam," sambung Gani.
Kejadian kematian Muhammad Alfian akhirnya menyita perhatian banyak pihak. Salah satunya, Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kabupaten Bima langsung mengatensi setelah mendengar kabar tewasnya bocah 6 tahun itu.
"Kami sayangkan, kenapa korban tidak dibawa ke rumah sakit setelah terjatuh dari kuda," ujar Sekretaris LPA Kabupaten Bima, Syafrin dikutip dari kicknews.today, Sabtu (12/3/2022).
Syafrin mengungkapkan, mendengar kabar ini, pihaknya bersama LPA Kota Bima langsung mendatangi kediaman almarhum, Jumat (11/3/2022). Mereka juga berbincang dengan kedua orang tua dan neneknya seputar peristiwa kecelakaan yang dialami Alfian.
"Kami baru tahu tentang peristiwa ini. Tapi tidak terlambat untuk mengungkap fakta yang ada," ujarnya.
Kata dia, dari informasi yang dihimpun di sejumlah warga, LPA menemukan beberapa fakta dibalik kematian Alfian. Menurutnya, Alfian sempat pingsan hingga mengeluarkan busa di mulutnya setelah terjatuh dari punggung kuda saat kecelakaan awal di arena pacuan.
Sayangnya, kata dia, korban tidak langsung dilarikan ke rumah sakit. Dan kedua orang tuanya lebih memilih membawa pulang ke rumah untuk diobati secara tradisional. Padahal, para warga banyak yang menyarankan agar korban dibawa ke rumah sakit.
"Dugaan kuatnya korban meninggal karena luka parah yang dialaminya. Bahkan saat meninggal, di tubuh korban ditemukan luka lebam di bagian pipi kanannya," ujarnya.
la menyayangkan sikap orang tua korban yang tidak serius menangani dan kurang peduli akan keselamatan anaknya pasca kecelakaan.
"Kami juga sudah pertanyakan pada orang tua korban soal tindakan mereka pasca kecelakaan itu. Dan kami sangat sayangkan saat korban tak pernah dibawa ke rumah sakit," ujarnya.
"Namun, alasan orang tua Alfian karena kondisi ekonomi keluarganya yang kurang mampu hingga korban tak jadi dibawa ke rumah sakit saat itu," tutur Syafrin melanjutkan.
Kata dia, Ibu Alfian sangat terpukul dengan kepergian putra bungsunya itu. Mereka mengaku tentang keterbatasan biaya dan masalah ekonomi keluarga yang memaksa mereka memilih pengobatan tradisional untuk putranya.
Dan yang memprihatikan, kata Syafrin, orang tua Alfian atau korban belum mendapat santunan dari pihak manapun. Termasuk dari pemilik kuda yang dari pengakuan Ayah korban, bentuk keprihatinannya hanya sealakadarnya saja terhadap korban," terangnya.
Syafrin menegaskan, dari peristiwa ini, LPA meminta agar berhenti melibatkan anak-anak jadi joki cilik di arena pacuan kuda orang dewasa. Dan di keluarga korban sekarang, kedua kakak korban juga masih aktif sebagai joki cilik di arena pacuan kuda.
Syafrin berharap, peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi di kemudian hari. Pemerintah dan Pordasi juga diminta untuk segera membuat regulasi tentang joki cilik. Mengingat, kasus meninggalnya joki cilik bukan pertama kali terjadi di Bima.
"Sebelumnya di tahun 2019. Joki cilik bernama Salsabilah meninggal usai terjatuh dari kuda saat pacuan di arena Kelurahan Sambinae, Kota Bima. Dan regulasi untuk masalah Joki Cilik ini harus segera dibuat. Dan kami sangat berharap agar Alfian jadi korban terakhir di arena pacuan," tegasnya.
Di sisi lain, Ibu almarhum, Nurlaela mengaku sudah ikhlas kendati masih belum percaya dengan kepergian Alfian atau anak yang akrab dipanggil Peci
"In Sha Allah kami sudah ikhlas," katanya.
"Peci sebenarnya adalah anak yang balk dan penurut. Dia latihan berkuda saat umurnya belum sampai setahun. Dan kematiannya ini merupakan pengalaman pertama Peci menjadi joki di arena pacuan," cerita Nurlaela mengenang hidup buah hatinya yang bungsu itu.
Kata Ibunya, Peci belum pernah ikut lomba. Saat dia menjadi Juki di arena pacuan kuda Desa Panda sebenarnya hanya latihan untuk persiapan event di Pacuan Kuda yang akan di gelar nantinya," ujarnya, dilansir dari kicknews.today, Jum'at (11/3/2022).
Nurlaela mengaku, sebenarnya ia tak ingin anaknya menjadi joki. Ia tak pernah melihat anak-anaknya saat jadi juki saat pacuan karena tak sanggup jika terjadi apa-apa.
"Namun, karena suami yang hoby pacuan kuda. Jadi saya manut saja," katanya.
Nurlaela mengakui, selama tiga anaknya menjadi joki banyak untung yang didapat keluarganya. Untuk biaya sewa satu kuda, jasa joki diupah Rp150 hingga Rp200 ribu. Dan Belum lagi jika kuda yang ditungganginya raih juara.
"Biasanya ada bonus yang dikasih oleh yang punya kuda," sebutnya.
Namun, lanjut Nurlaela, dirinya sangat menyayangkan dengan sikap pemilik kuda maupun Pemerintah Kabupaten Bima pasca kecelakaan dan saat sakit hingga Alfian meninggal. Tidak ada bantuan sedikitpun untuk membantu agar Alfian bisa mendapatkan pengobatan yang layak.
"Jangankan bantuan untuk kami terima agar Alfian bisa diobati secara layak atau dibawa ke rumah sakit. Ini datang saja tidak ada sama sekali. Semua pihak, seolah tak ada yang peduli," sesalnya.
Ia berharap, semoga saja para juki cilik lain tak ada yang mengalami nasib yang sama dengan Alfian yang kini sudah tenang di dunianya yang baru.
"Semoga Ananda Alfian ditempatkan di sisi yang terbaik oleh Allah. Semoga pula tak ada anak orang lain lagi yang bernasib sama seperti anak saya saat diminta menjadi juki cilik di Bima," tandasnya Nurlaela yang bernada penuh do'a. (RED)
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.