Tulis Status Facebook "Petani dan Ngoho", Akun Dewi Ratna Muchlisa Viral di Media Sosial

Screenshoot Status Akun Dewi Ratna Muchlisa.

KOTA BIMA - Tulis status facebook terkait Petani dan ngoho  akun facebook  Ratna Dewi Muchlisa viral di media sosial facebook, Kamis, (2/12/21).

Dalam tulisan status facebook yang diposting pada rabu, 1 Desember kemarin, Ratna Muchlisa status menulis, " Yang ngaku mahasiswa tapi jauh dari cerdas... bedakan antara PETANI dan NGOHO faham?

Petani itu di sawah... ngoho itu digunung  masih belum faham???? Masuk kembali ke bangku SD.

Dari tulisan status tersebut sontak saja menuai berbagai macam tanggapan dari netizen, postingan tersebut pun telah di tanggapi sebanyak 342 kali, dikomentari 

sebanyak 141 kali dan telah dishare sebanyak 55 kali dan berbagai macam tanggapan dari netizen hiasi kolom komentar milik akun facebook yang berprofesi sebagai dosen di STKIP Bima dan STKIP Tamsis tersebut

Salah satu akun yang mengomentari dalam komentar faisal tanjung wera menulis, dan sudah dibalas oleh dewi.

"Perlu kuliah gratis sepertinya iniπŸ˜πŸ™ ," komentar faisal tanjung wera dalam kolom komentar yang di balas dewi dengan "betul, itulah kalau pemahaman yang keliru.

Sementara Kepada media metromini, wanita bernama lengkap Dewi Ratna Muchlisa, SE M.Hum, yang berprofesi sebagai dosen di STKIP Bima dan STKIP Tamsis yang sedang menjalani tugas belajar dalam melanjutkan S3 ilmu budaya di Pajajaran Bandung  ini menjelaskan, status ini merupakan bentuk rasa keprihatinannya terhadap kondisi gunung yang kian gundul dan hancur yang berimbas pada banjir yang semakin menakuti masyarakat Bima maupun Dompu.

"Status tersebut merupakan bagian dari rasa keprihatinan saya terhadap dampak dari ngoho yang kian waktu semakin menakutkan bagi kita semua, seperti halnya dampak bahaya yang ditimbulkan saat musim panas kita kekurangan air dan saat musim hujan kita ketakutan terhadap banjir" bebernya.

Sebagaimana slogan ngaha aina ngoho yang dulu kita ketahui bersama, lanjut Ratna Dewi, ngoho itu berladang, atau menanam tanaman diatas gunung dengan membabat semua yang ada digunung.

"Makanya slogan dulu itu ada ngaha aina ngoho, jangan dihabiskan, jangan dirusak, karena kalau gunung rusak maka terjadilah banjir," Ungkap Dewi.

Dewi melanjutkan, status tersebut juga mengingatkan kepada adik -  adik yang kritis, jangan hanya kritis terhadap persolan yang tidak urgen, tapi masalah Ngoho ini kenyataannya yang lebih urgen untuk anak cucu kita kedepan.

"Harusnya adik - adik, juga lebih kritis untuk mengajak pemerintah mengatur regulasi atau perda atau pergub untuk mengatasi ngoho ini..karena dampaknya bagi masyarakat luas hajat hidup orang banyak bagi kita dan anak cucu ke depan," jelas Dewi yang juga sebagai Kepala Museum Kebudayaan Samparaja Bima tersebut.

Lagi, kata Dewi, status tersebut juga merupakan kekecewaannya terhadap adik - adik yang kritis, menurutnya adik - adik kritis tidak begitu peduli terkait ngoho tersebut, namun jika hal lain yang tidak terlalu urgent kadang mereka sangat kritis.

"  Sedikit - sedikit demo, padahal terkadang masalah yang didemo adik - adik tidak terlalu urgen, tapi kenapa tidak demo terkait ngoho yang sangat membahayakan kita semua untuk jangka panjang, kenapa tidak demo terkait banjir, kenapa tidak demo terkait ngoho, atau mungkin mereka sebagai pelaku ngoho ya ?,"tanyanya.(RED).

Related

Kabar Rakyat 1380840916213808623

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.

emo-but-icon

FANSPAGE METROMINI

METROMINI VIDEO

Arsip Blog

Ikuti Tweet Metromini

item