Ciutan Kecewa Warganet Soal Lapangan Pahlawan dan Bangunan "Food Corner" yang Mirip Arena Sirkus
Tampak Luar bangunan food corner(Atas), Tampak Dalam (Bawah).METEROmini/Dok |
KOTA BIMA - Dinamika pembangunan "Food Corner" yang menelan anggaran Rp2,3 miliar dalam APBD Tahun 2020 lalu di Lapangan Pahlawan Raba terus menyisahkan kekecewaan oleh warga Kota Bima. Pasalnya, bangunan yang diduga dikerjakan oleh kontraktor asal warga Keturunan di Kota Bima bernama Censi itu, belum lama ini menuai sorotan tajam beberapa Anggota DPRD Kota Bima yang kecewa karena bangunan kamar sejumlah puluhan bilik itu dibuat dengan menggunakan seng galvalum atau jenis bangunan semi permanen.
Demikian pula dengan keberadaan Lapangan Pahlawan yang kondisinya saat ini menjadi penyesalan beberapa warga di Kota Bima, khususnya yang tinggal di Kecamatan Raba. Kekecewaan itu pun disampaikan warganet di Sosial Media Facebook seperti yang rilis oleh akun facebook bernama Thareq Kemal, Senin, 8 Februari 2021.
Ia mengisahkan, dulu keberadaanmu sangat disanjung dan dipedulikan oleh warga di sekitarmu. Karena di tempatmu terjadi moment yang sangat penting dan berharga bagi Kota Bima (Dana Mbojo, red) sehingga dikau dinamakan PAHLAWAN. Banyak kejadian dan kisah di tempat keberadaanmu dulu bagi para warga "dana mbojo" khususnya di bagian timur Kota Bima khususnya di Kecamatan Raba. Dulu di setiap momen kenegaraan, keislaman maupun momen lain engkau memberikan kesan tersendiri bagi warga di wilayah Raba.
"Engkau memberikan kesan kegembiraan, kesedihan dan kebersamaan bagi warga. Di mana dulu di setiap hari kemerdekaan selain dijadikan tempat upacara, engkau dijadikan oleh warga sebagai tempat hiburan untuk menghilangkan rasa lelah dengan banyak acara seperti gerak jalan, kendaraan berhias dan panjat pinang. Momen itu membuat warga Raba berbondong-bondong datang ke tempatmu untuk melepaskan kesenangan mereka," kisahnya dalam status yang dibuatnya.
Lanjut dia, setiap momentum keislaman seperti idul fitri dan idul adha engkau merangkul semua warga muslim untuk bersama-sama ke tempatmu. Di saat itu kebersamaan antar sesama sangat terasa sekali indah nan menyejukan hati. Di waktu momment, itu para warga ada yang menangis sedih bercampur bahagia karena bisa berkumpul dan bertemu dengan para kerabat yang terkadang lama mereka tak jumpa. Selain itu untuk setiap malam takbirnya engkau dijadikan tempat berkumpulnya anak-anak, kaum dewasa maupun orang tua dengan membawa obor dan melakukan jalan takbir keliling.
Dikisahkannya lagi, untuk momen lainnya engkau didatangi oleh warga di saat adanya acara sepeda dan jalan santai yang dulu sering diadakan oleh pihak pemerintah. Demikian pula dengan warga yang suka berolah raga serta bermain bola dan voli. Engkau pun di datangi oleh kelompok warga yang berlatih upacara atau PBB (Pasukan Baris Berbaris).
"Kini setelah Pandopo Raba terbakar dan dengan berjalannya waktu engkau sangat banyak perubahan. Sudah tak ada lagi yang terkesan dari dalam dirimu. Di setiap idul fitri dan idul adha pun warga semakin berkurang dan suasananya tidak terkesan seperti dulu lagi. Sekarang warga ramai mendatangimu tapi tidak pernah mempedulikanmu. Sekarang engkau makin kusut dan hampir hilang dari ingatan mereka. Momen-momen yang dulu di mana orang-orang masih memandangmu kini hilang satu persatu. Mungkin karena engkau sudah tidak seelok dulu atau keberadaanmu sudah tidak penting lagi. Wallahu'alam," tulis dia.
Harapannya. semoga engkau dan kenanganmu akan selalu ada sampai "dana mbodjo". Semoga dirimu dipandang dan diperlakukan seperti teman-temanmu di daerah yang lain. Di mana mereka tahu memperlakukanmu seperti semestinya engkau berasal. Karena tidak semua kota atau daerah memiliki lapangan dengan sebutan "LAPANGAN PAHLAWAN".
Status milik Thareq itu pun diramaikan dengan ratusan komentar. Netizen lain yang sependapat dengannya seperti akun milik Erna mengaku sedih setelah membaca Lapangan Pahlawan yang sangat legend dulu dan banyak kenangan dulu kini sudah tak sama lagi keberadaannya. Demikian pula dengan akun Orik Mario yang mengaku rindu dengan rumput yang bersih seperti masa kecilnya yang sering main dan kejar-kejaran sambil menikmati tinggi besarnya kuda milik Dokter Hery.
"Terlalu banyak kenangan indah di sana yang tidak sama lagi rasanya saat ini," lirih Orik.
"Tolong kembalikan lapangan ini kembalikan seperti semula untuk kegiatan umat/untuk Shalat idul fitri ,idul adha .dr pada shalat di halaman kantor wali kota. Saya sangat kecewa melihatnya. Kecewa bangat. Kosongkan, bangun di tempat lain saja. Salam untuk Pak Wali Kota Bima," sahut Siti Suada.
Sementara itu, M Jhody Suryodiputro menyentil bangunan "Food Corner" yang menulis, proyek miliaran kok begitu saja. Tampak biasa saja. Mudah-mudahan hukum karma berlaku.
"Senang di saat masanya. Kelak di akhirat blasannya 1000 kali lipat sengsaranya. Tentu saat ini, seribu lebih enak dari jaman kids dikta dulu yach," sentil dia.
Akun Lia Imaniar pun bertanya apakah bangunan "Food Corner itu mirip arena sirkus?
"Apakah karena saya yang awam atau selera saya yang ketinggian. Ngeliat gedung itu macam arena sirkus. upsss sorry," sorotnya dengan candaan. (RED)
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.