Woha Lumbung Suara Dan Kemenangan Syafru-Ady

Kampanye blusukan Paslon Syafru-Ady di Kecamatan Woha Kamis (19/11/2020).METEROmini/Dok

KABUPATEN BIMA - Dari beberapa kecamatan besar yang memiliki Daftar Pemilih Tetap (DPT) terbesar di Kabupaten Bima, Pasangan Syafru-Ady unggul dari Paslon lain. 

Seperti di ungkapkan oleh Tim analisa dan strategi Paslon Syafru-Ady, Darusalam menyatakan, dari belasan Kecamatan yang sudah diungguli oleh Paslon Nomor urut 2 merupakan Kecamatan Woha yang menjadi pusat Ibu Kota Kabupaten Bima. 

"Woha merupakan salah satu dari 10 kecamatan yang menjadi lumbung suara dan kemenangan Syafru-Ady. Bahkan selisih suara Syafru Ady dengan petahana sangat sangat jauh," katanya Kamis (19/11/2020).

Selain itu,  kata Darus-sapaannya mengaku,  dari sekian banyak Desa di Kecamatan tersebut,  pasangan Syafru-Ady sudah berada diposisi aman di 10 Desa. 

"Sekarang Syafru-Ady sudah aman pada 10 desa yang ada di Kecamatan Woha, meski demikian kami masih terus menambah lumbung kemenangan dibeberapa desa lagi," akunya. 

Menurutnya,  Pemilih di Kecamatan Woha sangat Konsisten dengan pilihannya. Bahkan kata dia, dengan jumlah pemilih sekarang, suara Syafru-Ady tidak bisa digoyahkan lagi. 

"Kondisi masyarakat pemilih di Woha alhamdulillah sangat sangat konsisten, dan tidak bisa di goyang lagi. Ada banyak variabel yang kami temukan dalam data riset kami untuk pemilih di wilayah Woha. Dari semua variabel tersebut dapat disimpulkan bahwa kekecewaan masyarakat Woha bersifat permanen," katanya. 

Kata Darus, Paslon Petahana bukan lagi lawan Politik pasangan Syafru-Ady. Karna selama menjadi Bupati dan Wakil Bupati,  keduanya tidak mampu menjawab kekecewaan masyarakat selama 5 tahun lamanya. 

"Jadi sekarang petahana sesungguhnya bukan lagi melawan Syafru Ady, tetapi justru berhadapan langsung dengan warga yang telah memiliki kekecewaan permanen terhadap petahana, ditambah lagi terjadinya eksodus besar-besaran pemilih Petahana ke kubu Syafru Ady yang mampu menumbangkan petahana," ungkapnya. 

Krisis kepercayaan ini,  kata Darus, sama seperti yang terjadi di Kota Bima saat itu. "Fenomena ini persis sama dengan fenomena kekalahan petahana di Kota Bima pada pilkada kota yang lalu. Praktis tidak ada perbedaan dari variabel variabel yang kami temukan melalui riset yang kami lakukan," ungkapnya. 

Kata Darus, Politik Uang pada Pilkada kali ini tidak bisa merubah keyakinan Masyarakat untuk mengganti Bupati,  karena masyarakat sudah belajar dan paham dengan apa yang terjadi selama ini. 

"Bahkan politik uang pun ngga ada pengaruhnya dalam pilkada sekarang ini. Karena memang kesadaran publik yang terbentuk sekarang sangat luar biasa. Publik telah belajar dari fenomena fenomena politik uang selama ini baik dalam konteks pemilihan  legislatif hingga pemilihan bupati," tambahnya. 

Darus tegaskan, Masyarakat Kabupaten Bima tidak bisa diiming-iming dengan sebuah janji atau Uang, karena gerakan Warga saat ini menginginkan pemimpin baru, pemimpin yang peduli dengan kehidupan warga. 

"Sekarang publik pemilih tidak lagi butuh uang, tetapi yang mereka butuhkan hanyalah "Ganti Bupati" sebagai bentuk hukuman sosial yang dapat dilakukan oleh publik pemilih ketika mendapati petahana yang dianggap gagal memenuhi harapan mereka," pungkasnya. (RED | ADV)

Related

Kabar Rakyat 6813957163176580788

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.

emo-but-icon

FANSPAGE METROMINI

METROMINI VIDEO

Arsip Blog

Ikuti Tweet Metromini

item