Potret Kehidupan Warga Paruh Baya yang Miskin di Leu dan Talabiu, Minim Perhatian Pemerintah
https://www.metromini.info/2019/03/potret-kehidupan-warga-paruh-baya-yang.html
Dua kehidupan warga di Kabupatan Bima yang berhuni di rumah yang tak layak dan minim bantuan pemerintah. METROMINI/Dok |
KABUPATEN BIMA - Kemelaratan hidup dan wajah kemiskinan masih menghiasi warna kehidupan warga di Kabupaten Bima. Tak ayal, warga miskin masih mudah ditemukan di tengah-tengah pemukiman warga seperti di Desa Leu, Kecamatan Bolo dan juga di Desa Talabiu, Kecamatan Woha, Kabupaten Bima.
Netizen yang prihatin dengan kehidupan kaum papa ini. Mengunggah foto kehidupan mereka dengan hunian tempat tinggal yang tak layak ditempati. Seperti akun Oyang Bimeks yang menuliskan tentang kehidupan seorang warga miskin di RT. 05, Dusun Melati, Desa Leu.
"Mereka punya hak untuk hidup. Namun realitanya, mereka tidak pernah mencicipi bantuan dari Pemerintah. Untuk menyambung hidup, hanya menunggu belas kasih warga sekitar. Potres salah warga yang tua renta yang tinggal di RT. 05, Dusun Melati, Desa Leu," tulis Oyank, Jum'at, 29 Maret 2019.
Kehipan dengan potrem muram yang sama terlihat pula di kehidupan seorang kakek yang telah lanjut usia (Usia) yang tinggal sebatang kara dengan gubuknya yang nyaris roboh di Desa Talabiu, Kecamatan Woha, Kabupaten Bima. Seorang warga Adi mengatakan, kehidupan kakek yang bernama Saleh tinggal di RT.03, Dusun Satu, Desa Talabiu, Kecamatan Woha.
"Ia tinggal sebatang karang di gubuknya yang reot dan nyaris roboh," ujar Adi.
Dia menceritakan, pandangan yang memilukan dari kisah hidup kakek bernama lengkap Muhammad Saleh yang sudah menginjak usia ke 80 tahun. Untuk kebutuhan makan dan minum sehari-hari, kakek Saleh hanya menggantungkan hidup dari belas kasihan orang lain, terutama dari tetangga dan warga yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggalnya.
"Usianya sudah tua renta dan tak mampu berkerja untuk mendapatkan penghasilan. Sehari-hari kakek Saleh hanya bisa menghabiskan waktu di rumah panggung yang berukuran 2×3 meter yang menjadi hunian di masa senjanya. Dan sangat miris untuk disaksikan," kata Adi, Jum'at, 29 Maret 2019.
Kata dia, rumah tersebut sudah nyaris roboh. Dari depan rumah sudah terlihat tampak miring, dinding rumah. Bahan rumah yang terbuat dari gedek bambu sudah banyak yang rusak dan atap gentengny6a pun sudah padabocor.
Kedati demikian, saat hujan turun kakek Saleh hanya bisa menghindari tetesan air hujan di tempat yang tidak bocor. Saat tidur malam pun ia harus menahan rasa dingin dari hembusan angin yang masuk melalui dinding-diding rumah yang sudah terbuka. Adi mengaku, rumah yang ditempatinya pun bukan di atas lahan sendiri.
"Sungguh sedih kehidupan kakek Saleh yang tinggal sebatang kara. Gubuk yang ditempatinya pun sudah lama rusak dan minim perhatian pemerintah. Rumahnya pun berdiri di atas lahan orang," ucap dia.
“Sebagai warga Talabiu, kami sangat berharap ada pihak-pihak terkait yang mau membantu kakek Saleh saat ini. Semoga saja pihak pemerintah, peka dan langsung peduli dengan kehidupan warga yang miskin dan papa, apalagi yang kondisi fisiknya sudah tua renta," sambung dia. (RED)
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.