Warga Ungkap Dugaan Mark Up Nilai Material Program Bedah Rumah di Kelurahan Dara

Rumah warga yang ada di Kelurahan Dara, Kecamatan Rasanae Barat, Kota Bima dikeluhkan oleh tokoh pemuda di Dara yang menduga nilai material atau bahan bangunan di mark dengan menggunakan nota yang dikeluarkan oleh oknum pemilik toko bangunan. METROMINI/Azhar
KOTA BIMA - Seorang warga bernama Ruslan mengungkap dugaan adanya pembengkakan atau mark up anggaran pada material yang digunakan dalam program bedah rumah bagi warga yang menjadi korban banjir bandang di tahun 2016 lalu di Kelurahan Dara, Kecamatan Rasanae Barat, Kota Bima, Kamis, 17 Desember 2019.

Ruslan yang juga termasuk tokoh pemuda di Dara menjelaskan, dia menemukan adanya indikasi permainan anggaran pada prgram bedah rumah yang didapat oleh warga bernama Umar di RT/ 03/01, Kelurahan Dara, Diakuinya, program yang di bawah tanggung jawab Pemerintah Kota Bima di mana, masyarakat menerima material bangunan sebagai bentuk bantuan yang diterima para korban banjir. 

"Kami melihat dan menemukan ada beberapa item material yang terlihat janggal dan juga ditemukan dugaan pembengkakan atau mark up nilai barang sebagai material bangunan yang digunakan untuk membangun rumah warga bernama Umar di RT. 03/01," jelas dia.

Baca juga: Pendataan Bantuan di Rabadompu Timur Dinilai Tak Tepat Sasaran dan Bantuan Rp166 M Dipertanyakan Warga

Ia mengatakan, diduga nilai barang ada pembengkakan di permainan nota yang tidak sesuai dengan harga jualnya saat ini. Dan nota-nota yang diduga mark up sudah ada sebagai bukti dalam dugaan permainan oknum-oknum tertentu yang bertanggung jawab atas bantuan bedah rumah bagi warga korban banjir khususnya di Kelurahan Dara.

"Barang bukti berupa nota-nota yang diduga di mark up nilai barangnya yang tidak sesuai dengan harga jual saat ini sudah kami kantongi. Dan masalah ini akan kami adukan ke pihak atau lembaga terkait yang dalam hal ini kantor BPBD Kota Bima," pungkasnya.

Selain menaikkan nilai barang pada nota toko, sambung dua, kualitas material yang diberikan kepada masyarakat penerima bantuan tidak sesuai standar. Misalnya, pasir yang di dalam nota digunakan pasir jenis hodo yang harganya Rp1.800.000. Namun, yang diberikan kepada masyarakat bukan pasir hodo, melainkan pasir biasa yang digunakan dalam pembangunan rumah warga korban banjir ini.

"Material pasir saja dari sisi harga dan kualitasnya sudah berbeda yang diberikan. Dalam aturan semestinya pasir hodo yang nilainya Rp1,8 juta. Tapi diberikan material pasir biasa oleh pihak yang bertanggung jawab ke para penerima bantuan program bedah rumah ini." bebernya. 

Nota-nota yang diduga di naikkan nilai harga barangnya dalam pembelian material yang digunakan dibalik program bedah rumah untuk warga korban banjir bandang Kota Bima di akhir tahun 2016 lalu. METROMINI/Azhar
Ia menambahkan, bahan lainnya yang diduga bermasalah yaitu pengadaan kosen rumah. Di mana harga kosen di nota ditulis Rp6.735.000. Sementara, kosen yang digunakan dalam program bedah rumah ini normal pembuatannya yang biasa digunakan oleh warga hanya menelan anggaran sekitar Rp3 jutaan. Selain itu, pada item material jenis tanah juga diduga terjadi masalah. Dan saat ini, untuk nilai beli tanah satu truknya sekitar Rp120 ribu. 

"Demikian pula dengan harga paku yang ditulis Rp25 ribu per kilo. Sementara di pasar harga paku hanya Rp17 ribu per kilo. Belum lagi material besi yang digunakan untuk tiang dalam rumah yang digunakan adalah besi kecil ukuran yang 8 mili dan  ada juga yang 10 mili. Sedangkan standar normal pembangunan rumah yang biasa besi yang digunakan minimal yang 12 mili agar lebih kokoh bangunan rumah tersebut," papar dia.

Diakuinya, masih banyak material lainnya yang diduga di mark up nilainya yang ditulis di dalam nota pembelian yang kemungkin toko bangunannya sudah bekerja sama dengan pihak OPD terkait, yang diduga masuk dalam pos kegiatan BPBD Kota Bima. 

:Lanjut dia, sementara untuk nilai materil sebagai bentuk bantuan dalam program bantuan bedah rumah yang kondisinya rusak berat telah dianggarkan bantuan sebesar Rp69 juta. Realisasinya, kata Rusaln, nilai bantuan yang diterima warga, sangat jauh dengan nilai uang yang telah ditentukan. 

"Kalau dihitung-hitung, material yang diterima warga sangat jauh nilainya jika dibandingkan dengan nilai uang bantuan rumah warga yang rusak berat senilai Rp69 juta. Kami menduga banyak material telah di mark up nilainya oleh oknum-oknum tertentu," jelas dia.

"Kami juga sudah kumpulkan nota-nota yang diduga menjual barang dengan harga mark up. Dan barang atau material tersebut kemudian disalurkan dalam proyek bedah rumah untuk penerima bantuan bagi warga yang rusak berat rumahnya akibat banjir bandang di akhir tahun 2016 lalu," tambahnya. 

Sementara itu, pihak penyalur bantuan, pihak toko dan juga OPD terkait program ini yang ada di Pemerintah Kota Bima yaitu BPBD Kota Bima, masih dikonfirmasi lebih lanjut. (RED)

Related

Kabar Rakyat 1749820219647780160

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.

emo-but-icon

FANSPAGE METROMINI

METROMINI VIDEO

Arsip Blog

Ikuti Tweet Metromini

item