Omzet Hingga Rp20 M Per Bulan Masih Pemadaman Bergilir? PLN Hadirkan PLTG 50 MW Sebagai Jawaban (Part 2 | Habis)
https://www.metromini.info/2019/01/omzet-hingga-rp20-m-per-bulan-masih.html
Pembangunan PLTG yang ada di Lingkungan Bonto, Kelurahan Kolo, Kecamatan Asakota, Kota Bima saat ini. METROMINI/Agus Mawardy |
KOTA BIMA - Keluhan pemadaman bergilir yang terjadi pada 212 ribu pelanggan PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Bima disebabkan karena rusaknya mesin yang dimiliki oleh pihak swasta yang sejak lama membangun kemitraan dan kontrak dengan PT. PLN di Jakarta.
Ternyata, Manager PLN UP3 Bima, Dony N Gustiarsyah menjelaskan, dari 53 Mega Watt dengan kebutuhan listrik di wilayah Bima dan Dompu, PLN hanya memiliki mesih dengan daya yang dihasilkan 10 Mega Watt saja. Sisanya, 43 Mega Watt dihasilkan oleh mesin milik tiga perusahaan yang sudah mengikat kontrak dengan PT. PLN Pusat sejak lama.
"Kendala keberadaan mesin pembangkit swasta yang kontrak dengan PLN pusat diantaranya milik Perusaan Swatapa, Walama dan BPG di Kabupaten Dompu. Di antara mesin milik swasta tersebut sedang mengalami kerusakan dan pemeliharaan saat ini. Dan perbaikan mesih tersebut, berada di luar kewenangan manajemen PT. PLN," ujar Doni, belum lama ini di kantornya di Kelurahan Monggonao, Kecamatan Mpunda, Kota Bima.
"Dan untuk kantor PLN yang ada di Kota Bima disebut kantor PLN UP3 Bima. Di kantor ini, hanya melayani pemasangan baru bagi pelanggan dan juga perbaikan saat adanya gangguan listrik," sambungnya.
Diakuinya, untuk wilayah pelanggan kantor PLN UP3 Bima mencapai sekitar 212 ribu pelanggan, Dan dari keberadaan pelanggan tersebut. 95% nya adalah pelanggan rumah tangga. Dan dari pelanggan rumah tangga tersebut 65% adalah pelanggan bersubsidi atau rumah yang terpasang dengan daya 450-900.
"Dalam sebulan omzet yang didapat PT. PLN dari pembayaran listik dengan nilai pelanggan 212 ribu tadi. Ada kisaran Rp18 sampai dengan Rp20 miliar. Dan uang pembayaran ini, tidak seperti dulu masih ada yang melakukan pembayarannya lewat PLN Bima melainkan sudah dilakukan pembayaran secara online lewat PPOB dan langsung ke rekening pusat," jelas dia.
Sementara, kata dia, anggaran untuk PLN UP3 Bima sudah ditentukan sesuai dengan kebutuhan yang diajukan. Ibaratnya, seorang anak kos yang sudah dijatah per bulannya sekian untuk makan, untuk ongkos, untuk bayar kuliah dan lain-lain.
"Jadi, semua pembayaran sekarang sudah diterima langsung oleh pusat. Dan untuk Pajak Penerangan Jalan yang 10% dari pembayaran pelanggan per bulannya, langsung diberikan ke masing-masing rekening tiga pemerintah daerah yang ada di Kota dan Kabupaten Bima serta di Kabupaten Dompu," jelas Doni.
Kembali ke soal pemadamam bergilir, Dony menyebutkan, mesin diesel yang dimiliki PLN dengan daya 20% dari kebutuhan pelanggan di Bima dan Dompu terbagi ada di beberapa titik. Demikian pula dengan mesin diesel swasta yang menguasai 80% pembangkit listrik yang saat ini diantaranya ada sekitar 15% yang mengalami kerusakan dan pemeliharaan hingga menyebabkan adanya pemadaman bergilir dalam empat bulan terakhir ini.
"Mesin-mesin PLN yang mengeluarkan daya 10 Mega Watt atau 20% dari kebutuhan listrik masyarakat Bima dan Dompu di kantor UP3 Bima ada mesin dengan daya 2,5 MW, di Lingkungan Niu mesin dengan daya 4 MW, ada mesin 1 MW di Kecamatan Sape dan di Dompu PLN memiliki mesin dengan kemampuan daya 2 MW. Di luar mesin-mesin tersebut, merupakan mesin milik pihak swasta yang sudah lama bekerja sama dan kontraknya di buat di PLN Pusat," tandas Dony.
PLN Sedang Siapkan PLTG 50 MW
di Bonto, Kota Bima
Pembangunan buatan German yang ada di PLTG di Lingkungan Bonto, Kelurahan Kolo, Kecamatan Asakota, Kota Bima saat ini. METROMINI/Agus Mawardy |
Di tengah kondisi carut marut dengan berbulan-bulannya pemadaman listrik terjadi yang dialami pelanggan PLN UP3 Bima. Ternyata, PT PLN Perwakilan NTB, melalui Unit Pembangunan Pembangkitan (UUP) yang berkantor di Kecamatan Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat, sedang mengerjakan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTG) yang ada di Lingkungan Bonto, Kelurahan Kolo, Kecamatan Asakot, Kota Bima.
Kata Dony, pembangunan mesin PLTG sudah berlangsung lama dan masih di dalam satu kawasan pembangunan PLTU 10.000 MW yang dirancang di era Presiden SBY yang ada di Lingkungan Bonto saat ini.
"Proyek PLTG ini sedang dikerjakan oleh UPP yang kantornya di Taliwang. Sementara untuk kontraktor proyek ini adalah Perusahaan WIKA. Sementara mesin pembangkit yang disiapkan di Bonto merupakan mesin buatan dari German," jelas Dony yang sudah mengabdi selama 15 tahun di PT. PLN itu.
Ia mengatakan, kekuatan daya mesin yang ada di Bonto sebesar 50 MW dan saat ini ada tiga mesin yang sudah terpasang, namun masih dikerjakan oleh Tehnisi yang datang dari German untuk menyesuaikan parameternya agar bisa dioperasikan dengan segera.
"Pembangkit yang ada di Bonto memiliki daya 50 MW dan hampis sama besarnya dengan semua mesin yang berfungsi di wilayah Bima dan Dompu untuk kebutuhan listrik selama ini. Sebenarnya, Desember 2018 lalu pekerjaan ini selesai dilakukan dalam target awal yang disiapkan. Namun, setelah tiga mesin terpasang. Masih ada masalah dalam menyesuaikan parameternya," jelas Dony.
Kata dia, pihaknya sudah berkordinasi dengan kantor UPP di Taliwang sebagai penanggung jawab proyek tersebut. Menurut kantor yang merupakan salah satu divisi PLN Perwakilan NTB itu memprediski mesin PLTG 60 MW ini akan beroperasi dalam bulan Januari atau bulan Februari 2019 mendatang.
"Saya sudah terlanjur tidak enak menyampaikan Desember 2018 lalu sudah bisa dioperasikan dan takkan ada lagi pemadaman bergilir. Namun, masih ada kendala di parameter. Kordinasi terakhir saya dengan kantor UPP Taliwang, diupayakan bulan Januari atau ngak bulan Februari 2019 depan, mesin ini sudah beroperasi," ujar alumni Tekhnik Nuklir Universitas Gajah Mada, Jogyakarta itu.
"Dan jika PLTG ini sudah bisa dioperasikan dengan mesin PLN yang awalnya 10 MW ditambah lagi dengan yang baru sebesar 50 MW. Bisa dipastikan tidak akan ada lagi pemadaman bergilir nantinya," pungkasnya menambahkan.
Lantas bagaimana dengan mesin milik swasta yang ada di Bima?
Dony mengatakan, kemungkinan akan ada pembahasan di tingkat PT. PLN pusat dan hal itu di luar kewenangannya sebagai Manager UP3 Bima untuk menjawab dan memberikan penjelasannya.
Ia pun meminta kesabaran dan dukungan serta do'a dari masyarakat di Bima dan Dompu untuk lebih cepat selesainya pekerjaan pada pembangunan PLTG di Bonto. Diakuinya, selama menjadi Manager PLN UP3 Bima yang sudah setahun lamanya, dalam empat bulan terakhir, Dony mengaku merasa tidak bisa menikmati karena adanya pemadaman bergilir ini.
"Tiap malam saya selalu di lantai dua dan melihat perkembangan daya yang mulai menurun karena sebagaian warga sudah mulai mematikan kebutuhan listriknya, baru menyalakan di lokasi yang mengalami pemadaman. Sebab, jika pun harus dipaksakan, maka mesin akan colaps dan keadaan mesin semakin parah," jelas dia.
"Selama menjadi Manager hanya awal tahun saya menikmati. Dalam empat bulan terakhir benar-benar mau tutup kuping akibat pemadaman ini. Setiap hari saya selalu memantau di lantai dua kantor untuk melihat perkembangan mesin hingga wilayah yang padam bisa segera dinyalakan listriknya," cerita warga asal Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah itu.
Di akhir wawancaranya dengan Metromini, Dony mengatakan, masalah pemadaman listrik sebenarnya bisa tidak terjadi, asal setiap rumah atau pelanggan mau mematikan dua bola lampu yang biasa dinyalakan menjelang malam yang merupakan beban puncak listrik di tengah kemampuan mesin yang beroperasi berada di bawah daya yang dinyalakan pelanggan yang biasa defisit sekitar 15% atau di 6 hingga 7 Mega Watt.
"Jika dari 212 ribu pelanggan tidak menyalakan dua lampu saja di beban puncak menjelang malam hari. Tentu pemadaman bergilir bisa diminimalisir dan terus terang pengguna listrik di Bima jika dibandingkan dengan di Pulau Jawa, termasuk pelanggan yang cukup boros penggunaannya," pungkas Manager PLN UP3 Bima yang sebelumnya mengabdi di PLN yang ada di Pulau Kalimantan itu. (RED | ADV)
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.