'Bogem Mentah' Melayang ke Wajah Wartawan di Bima, Ibrahim Adukan ke Polres Bima
https://www.metromini.info/2019/01/bogem-mentah-melayang-ke-wajah-wartawan.html
Surat pengaduan kepolisian yang dilayangkan Ibrahim di Polres Bima, Senin, 28 Januari 2019. METROMINI/Dok |
KABUPATEN BIMA - Kekerasan dan penganiayaan dialami seorang jurnalis media online di Bima, Ibrahim (44), di depan kantor Camat Palibelo, di Desa Teke, Kabupaten Bima, Senin, 28 Januari 2019. Kejadian kekerasan yang dilakukan oleh oknum PNS itu berawal saat Ibrahim ingin mengkorfimasi terkait pernyataan oknum PNS di SDN 1 Teke atas dugaan asusila yang dilakukan oknum berinisial R.
Ibrahim menceritakan, sebelumnya ia mendengar kabar bahwa ada oknum PNS yang bekerja di SDN 1 Teke telah membuat pernyataan dan mengakui kesalahannya atas tindakan asusila yang dilakukannya. Kasus itu pun terungkap akibat digrebek oleh warga dan terjadi beberapa waktu yang lalu. Diakuinya, informasi kasus ini pun diperolehnya dari seorang warga yang ada di Desa Teke, Kecamatan Palibelo, Kabupaten Bima.
"Saya awalnya mendapat info soal pengungkapan kasus asusila seorang PNS berinisial R yang bekerja di SDN 1 Teke dari seorang teman. Dan dalam kasus itu, oknum PNS berinisial R ini sudah membuat pernyataan dan mengakui perbuatannya," ungkap Ibrahim, Senin (28/1/2019) malam.
Ia mengaku, dalam kasus asusila oknum PNS tersebut, kebetulan pihak perempuan yang terlibat masih ada hubungan keluarga dengannya. Namun, sambung dia, dalam kasus yang melilit si R ini, dirinya dituding sebagai penyebar surat pernyataan yang dibuat oleh si R ini.
"Sebenarnya, surat pernyataan ini sudah diketahui banyak orang. Dan saat melakukan asusila pun mereka digrebek oleh warga. Tapi, kok saya dituduh yang menyebarluaskan surat tersebut oleh PNS yang memukul wajah saya ini," imbuh wartawan di situs jurnal NTB itu.
Surat pernyataan yang dibuat oleh oknum PNS berinisial R di SDN 1 Teke. METROMINI/Dok |
Diakuinya, saat bertemu dengan R di depan kantor Camat Palibelo di Desa Teke, tiba-tiba si R naik pitam dan langsung melayangkan pukulannya ke arah Ibrahim. Disebutkannya, sebanyak lima kali wajah Ibrahim mendapat 'bogem mentah' dari oknum PNS tersebut. Akibat dari tindakan kekerasan tersebut, Ibrahim mengalami luka lebam pada wajahnya dan dia mengaku sudah melakukan visum atas penganiayaan yang dirasakannya.
"Saat saya bertemu dengan R di depan kantor camat. Saat saya ingin konfirmasi kasus asusila yang dilakukannya. Tiba-tiba saja sumber berita tersebut melayangkan pukulannya ke wajah saya. Dia pukul sekitar lima kali. Dan saya tak melakukan perlawanan saat itu," kisah mantan pewarta Metromini Media itu.
Ia melanjutkan, dalam kasus kekerasan tersebut, diakuinya telah dilaporkan secara resmi ke pihak yang berwajib. Kata dia, pengaduan ke SPKT Polres Bima sudah disampaikan. Ia berharap, agar pihak kepolisian dapat memproses laporannya tersebut. Ia menegaskan, tidak ada istilah damai dalam kasus yang sudah menciderai profesi jurnalis yang dilakukan oleh oknum PNS tersebut.
"Untuk laporan resminya sudah saya masukkan ke Polres Bima. Tidak ada istilah damai dalam kasus yang sudah menodai profesi sebagai seorang jurnalis ini," tandas Bram, sapaan akrabnya.
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.