Nihil Acara Budaya di Daerah, Warga Sorot Rombongan Kesultanan Bima Yang Hadir FKN di Padang

Rombongan Kesultanan Bima yang ikut kegiatan FKN di Padang, Sumbar. METROMINI/Dok
KOTA PADANG – Acara Festival Keraton Nusantara (FKN) ke XII yang dilaksanakan mulai tanggal 28 November 2018 sampai dengan 2 Desember 2018 diselenggaran di Sumatera Barat dengan tuan rumah yaitu Kesultanan Pagaruyung Kabupaten Tanah Datar, Padang, Sumatera Barat (Sumbar). Untuk diketahui, FKN adalah sebuah pameran tahunan di Indonesia yang diikuti oleh berbagai kerajaan di seluruh Nusantara.

Selain peserta lokal, juga dihadiri oleh perwajukab sejumlah negara-negara asing seperti dari Belanda, Singapura, Malaysia, Filipina, Pakistan, Brunei, Sri Lanka, dan Korea Selatan.

Dilansir dari www.beritasampit.co.id mengabarkan, pameran tersebut biasanya menampilkan pakaian adat beserta senjata dari berbagai kerajaan atau kesultanan yang hadir sebagai tamu atau peserta kegiatan tersebut. Selama kegiatan festival berlangsung, pameran budaya dan seni dari berbagai daerah pun disuguhkan dalam momentum tahunan itu.

Sebelumnya, di Kota Bima, kegiatan FKN pernah dilangsungkan. Dan pada tahun 2018 ini, rombongan dari kesultanan bima ikut hadir di Padang dengan armada personil puluhan orang. Bahkan, putra mahkota (Jena Teke), M. Putra Feriyandi atau Dae Yandi didampingi pula oleh Ibunda tercinta yang kini menjabat sebagai Bupati Bima, Hj. Indah Dhamayanti Putri. Hadir pula pada acara itu, beberapa pejabat lainnya seperti Kabag HumasPro serga Kabupaten Bima.

Namun dalam realita saat ini, pasca dilantiknya M. Putra Feriyandi atau Dae Yandi sebagai Jena Teke pada tahun 2016 silam. Tak ada kegiatan budaya yang dilaksanakan pihak Kesultanan Bima seperti acara Hanta U'a Pua yang biasa digelar dalam agenda tahunan di momentum hari Maulid Nabi Muhammad SAW.

Menurut seorang warga, Basir menilai, majelis adat sepeninggalan Ina Kau Mari, rasanya kehidupan untuk melestarikan kebudayaan bima pun kian redup beberapa terakhir ini. Pemangku struktural baik di tingkat Majelis Adat Dana Mbojo dan Kesukltanan Bima, sudah tidak ada yang mempunyai semangat dalam melsetarikan keluhuran buadaya dan kesenian yang ada di Bima.

"Setelah diangkat Jena Teke di dua tahun yang lalu. Kegiatan seni budaya kian redup di Bima. Pelestarian budaya tidak dilakukan secara sepenuh hati baik oleh pihak Kesultanan Bima maupun Majelis Adat Dana Mbojo setelah ditinggal mangkat oleh Ina Kau Mari atau adik Sultan Bima yang merupakan kakek Jena Teke saat ini," ujar pemuda asal Kecamatan Sape, Kabupaten Bima, Jum'at (30/11/2018).

Basir mengatakan, kondisi yang miris dirasakan saat ini dalam aspek pelestarian budaya di Kesultanan Bima. Di tengah vakumnya kegiatan-kegiatan kebudayaan, kata dia, dirinya merasa kaget dengan keberangkatan puluhan orang sebagai perwakilan Kesultanan Bima yang mendapat undangan FKN di Sumbar saat ini.

"Kita kan heran. Masa di daerah tak pernah ada dilaksanakan kegiatan yang melestarikan adat maupun budaya bima oleh pihak Kesultanan. Tiba-tiba rombongan Kesultanan Bima dengan menggunakan Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) di Pemerintah Kabupaten Bima hadir di acara FGN di Padang," tutur dia.

Ia mengatakan, harusnya para pihak yang ikut FKN merasa malu. Sebab, tak pernah menghidupkan dan melestarikan budaya dengan berbagai kegiatan yang biasa digelar tiap tahun seperti acara Hanta U'a Pua. Tiba-tiba saja, rombongan Kesultanan Bima berbondong-bondong berangkat ke Padang yang menghabiskan ratusan juta anggaran dari Pemkab Bima.

"Memang berbekal undangan dan menghargai acara di level nasional. Kami tak mempermasalahkan. Namun yang disayangkan, selama ini sudah tak ada lagi semangat melestarikan nilai-nilai kebudayaan dari pihak Kesultanan Bima, tapi tiba-tiba rombongan puluhan orang ke Padang dengan SPPD ratusan juta rupiah," tuturnya.

Basir pun menduga, kehadiran pejabat ke Padang ada juga yang tidak berkompeten dengan kegiatan itu. Misalnya, kata dia, keberangkatan Kabag Humas Protokoler setda Kabupaten Bima yang mendampingi Bupati Bima sebagaimana yang beredar di sosial media itu tak ada kompetensi dan hubungannya sama sekali. 

Selain itu, akademisi di Bima, Ahyar menilai, kegiatan seremonial yang menelan anggaran daerah seperti acara 'jalan-jalan' itu. Ia berharap, semoga sepulang dari Padang dapat memberikan semangat baru dalam meningkatkan kelestarian nilai-nilai budaya dan kesenian di Bima.

"Kami harap, kevakuman  beberapa tahun terakhir atau kegiatan Hanta U'a Pua yang terakhir dilaksanakan saat pengangkatan almarhum Dae Fery sebagai Sultan Bima agar dapat dilaksanakan secara reguler tiap tahunnya. Sebab,  dengan tetap dilaksanakannya kegiatan kebudayaan di Bima semakin membuat ketertarikan tamu luar daerah bahkan dari mancanegara untuk bisa hadir di Bima," jelasnya.

Kata dia, dengan tetap adanya kegiatan kebudayaan tiap tahun yang dilaksanakan merupan bentuk dan cara mengenalkan budaya bima untuk generasi di masa selanjutnya. 

Selain itu, warga asal Kecamtan Bolo, Aba mengungkapkan, dugaan besar anggaran rombongan Kesultanan Bima yang sudah hadir di Kota Padang, menelan anggaran sebesar Rp450 juta. 

"Anggarannya untuk rombogan asal Bima, menurut informasi yang dikabari seorang wartawan atas keterangan salah seorang yang ikut ke Padang. Pemkab Bima menggelontorkan  sebesar Rp450 juta untuk kegiatan FTN di Padang," ungkap Aba, belum lama ini.

Sementara itu, Kepala Bidang Budaya Dinas Dikbudpora Kabupaten Bima yang kabarnya juga ikut rombongan ke Kota Padang,, sudah berupaya dihubungi via ponselnya, namun belum bisa terhubung dan dimintai tanggapannya atas pemberitaan ini. (RED | WWW.BERITASAMPIT.CO.ID)

Related

Kabar Rakyat 7409277901732954774

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.

emo-but-icon

FANSPAGE METROMINI

METROMINI VIDEO

Arsip Blog

Ikuti Tweet Metromini

item