Kedok Almamater "Berwajah Kriminal ", Catatan Dibalik Chaos Demo Mahasiswa di Kampus Biru,
https://www.metromini.info/2018/11/kedok-almamater-berwajah-kriminal.html
Kondisi chaos yang terjadi saat aksi yang berlangsung, Kamis (15/11/2018) lalu di STIE Bima. METROMINI/Dok |
KOTA BIMA - Belasan tahun kampus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bima di Kelurahan Sarae, Kecamatan Rasanae Barat, Kota Bima berjuang dan memproduksi Sarjana Ekonomi yang telah memberikan kontribusi bagi Kota dan Kabupaten Bima dengan statusnya saat telah Berakreditasi-B.
Kampus STIE merupakan kampus yang berkarakter. Mahasiswa beralmamater biru dalam studinya STIE Bima lebih fokus pada pengembangan jiwa dan pembelajaran tentang kewirausahaan. Jarang terlihat kawanan berkampus biro sebagai artis jalanan atau ikut terlibat dalam aksi demostrasi sebagaimana eksistensi kampus-kampus lain yang ada di Bima.
Namun, kabar menghebohkan tepat se pekan yang lalu, Kamis, 15 November 2018 terjadi di depan kampus STIE Bima. Pasalnya, dengan menyewa mobil sound, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STIE menggelar aksi unjuk rasa. Aksi itu pun berakhir bentrok dan berujung anarkis. Beberapa demonstran jatuh terkena bogem mentah dari warga yang melihat aksi mahasiswa mulai bersifat anarkis.
Sederet yang dilakukan oleh oknum mahasiswa di balik lembaga BEM STIE Bima yang akhirnya berujung pada kebijakan DO yang dilakukan Ketua STIE Buima kepada beberapa orang mahasiswa. METROMINI/Dok |
Dilansir dari www.indikatorbima.com, Kordinator Lapangan, Pion menjelaskan, aksi ini berawal tidak adanya kebijaksanaan pihak lembaga terkait pembayaran uang kuliah, walau sudah membayar setengah tapi tidak bisa mengikuti ujian.
"Aksi kami mulai pukul 08:30 WITA (Kamis 15 Novvember 2018). Dan aksi ini berlangsung ricuh, karena ada preman yang sengaja disewa langsung oleh Ketua kira-kira berjumlah 20 orang. Anehnya, kenapa tidak meminta bantuan pihak berwajib saja? Kenapa mesti preman yang disuruh menghadapi aksi kami?" ujar Pion, Jumat (16/11/18) lalu.
Pion mengatakan, dari chaos yang terjadi mahasiswa ada yang mengalami patah tangan, pelipisnya berdarah akibat dihantam besi. Ada juga mahasiswa sampai dilarikan ke rumah warga karena dikejar-kejar preman dengan golok, besi dan kayu.
Rentetan perriswiwa yang terjadi di tengah peristiwa chaos yang terjadi pekan lalu di STIE Bima. METROMINI/Dok |
Kata dia, Ketua STIE sempat mempermasalahkan tidak adanya surat aksi. Padahal, seminggu sebelum aksi tersebut berlangsung, pihak BEM sudah menyurati kampus terkait aksi ini. Bahkan, sudah diadakan audiensi juga. Namun Ketua tidak menghadirinya dan diwakilkan oleh Wakil Ketua I dan Ketua Prodi.
"Seminggu yang lalu, kami sudah audiensi dengan pihak kampus. Ketua STIE tidak hadir dan yang mewakilinya adalah Wakil Ketua I dan Ketua Prodi," kata dia.
Ia pun mengatakan, pihaknya memberikan dua opsi. Pertama, ingin audiensi kembali dan mendapat undangan dari pihak lembaga dan kedua akan melakukan aksi jika tidak diindahkan.
"Kami akhirnya memilih opsi kedua setelah seminggu menunggu undangan dari pihak lembaga yang tak kunjung diberikan," tandasnya.
Surat penawaran kontrak dari pihak mahasiswa yang meminta Ketua STIE memfasilitasi ke Bupati Bima untuk mendapatkan uang Rp250 juta. METROMINI/Dok |
Di sisi lain, Ketua STIE Bima, Firdaus, ST, MM menguraikan perihal yang terjadi atas polemik dan sikap non akademis yang dilakukan pengurus BEM STIE Bima. Kata dia, masalah ini berawal adanya permintaan dari pihak BEM atau mahasiswa yang mempertanyakan tentang rencan Ibu Bupati atau Hj. Dinda Dhamayanti Putri yang akan diwisudah di tahun 2018 ini.
Kata dia, mahasiswa ingin bertemu dengan Ibu Bupati yang harus ia fasilitasi. Menurut mahasiswa, jika pertemuan dan keinginan mereka dipenuhi yaitu bertemu dengan Bupat, maka pihaknya tidak mengganggu proses wisuda yang akan digelar kala itu.
"Karena secara lisan tak saya indahkan. Mereka pun mengajukan secara tertulis dalam bentuk surat kontrak perjanjian yang meminta uang kepada Umi Dinda dengan besaran Rp250 juta dan meminta saya memfasilitasinya," jelas dia.
"Selain, terendus juga isu bahwa pihak lembaga STIE atau saya sudah menerima uang dari Bupati yang sebenarnya kabar itu sengaja dilempar dan seolah-olah pihak lembaga menerima uang tersebut padahal saya tidak pernah satu rupiah pun uang dari Bupati agar ia bisa diwisuda," jelasnya.
Dijelaskannya, Bupati Bima menjadi mahasiswa STIE sejak tahun 2012 atau 6 tahun yang lalu. Selama menjadi mahasiswa, perlakuan terhadap Bupati sama\ saja dengan yang diberlakukan kepada mahasiswa lainnya. Sebelum diwisuda, Bupati sudah mengikuti KKN, Uji Semonar dan Skripsi dajn memenuhi syarat untuk diwisuda tahun ini,
Pengakuan mahasiswa lainnya di STIE Bima menanggapi aksi demo yang terjadi. METROMINI/Dok |
Ia menambahkan, akibat tidak direspon dan setiap hari hidupnya digerogoti oleh mahasiswa dan semua aspirasi sudah dijelaskan baik olehnya maupun Wakil Ketua STIE dan juga Kepala Prodi. Namun, tingkah pengurus BEM yang memang setiap harinya terlihat acuh dengan peraturan kampus memakai kaos oblong dan sandal jepit, tak mau mendengar penjelasan yang ada.
"Jalan demonstrasi pun mereka lakukan. Dan menggunakan mobil sound seperti ada yang berdosa di dalam lembaga. Padahal kontes keadaannya karena mereka yang tak mau ikuti aturan dan ingin mencari manfaat atas dugaan kesalahan dan mengabaikan penjelasan sampai dengan keinginan mereka bisa diwujudkan," papar Firdaus, Selasa, 20 November 2018.
Selain itu, saat aksi yang dilakukan pekan lalu, awal mula chaos karena ada yang mempdrovokasi dari pihak mahasiswa dengan melempar kaca jendela depan dan akhirnya mengundang reaksi warga sekitar. Ditegaskannya, warga yang hadir bukan preman tapi kolega atau tetangga kampus dari keluarga security dan juga keluarga yayasan yang memang akan mempertahankan kampus STIE saat aksi mereka berubah menjadi anarkis.
"Saya tak pernah sewa preman. Warga yang masuk itu saudara dari kami pengelola maupun keluarga security yang ada di kampus dan kepedulian pihak warga lingkar STIE yang mungkin tidak senang dengan cara mahasiswa yang merusak lebih awal fasilitas yang ada," paparnya.
Pengakuan mahasiswa lainnya di STIE Bima menanggapi aksi demo yang terjadi. METROMINI/Dok |
Ia akui, dari pihak mahasiswa ada yang melaporkan ke pihak yang berwajib. Dan sebenarnya, dari semua korban, sudah tanggung jawab dari kampus baik perhatian, kompensasi maupun permintaan maaf atas kejadian yang sebenarnya sangat ia sayangkan itu pun harus terjadi.
"Dan atas semua kejadian ini saya akan berlaku adil, tegas, bertanggung jawab dan siap menerima apapun yang menjadi akhir dari kisruh yang saya duga ada pihak yang mungkin ingin sengaja mengganggu dan menghancurkan STIE Bima," tandas dia. (RED | WWW.INDIKATORBIMA.COM)
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.