Kampanye Mari Menanam, Lebih Baik Dari Pada "Mengutuk Alam"
https://www.metromini.info/2018/11/kampanye-mari-menanam-lebih-baik-dari.html
Kegiatan anggota Mapola Londa yang menanam bibit untuk di tanam di kawasan hutan dan gunung. FACEBOOK/Mapala Londa |
KOTA BIMA - Gerakan kesadaran dalam menyikapi potensi gersangnya Bumi Gora dengan kebijakan jagungnisasi yang mengorbakan ekosisten gunung perlu dikempanyekan. Saat ini, liarnya penebangan pepohonan pada kawasan pegunungan demi lahan jagung dinilai tindakan yang kebablasan. Sebab, kondisi gunung sudah tak hijau dan asri seperti dulu kala.
"Di Pulau Sumbawa, kondisi gunung kian memprihatinkan. Gunung sengaja dibuat gundul oleh warga tanpa ada pengawasan dari pihak terkait demi membenarkan program jagungnisasi saat ini. Padahal, dampak kerusakan hutan dan gunung berpotensi mengancam kehidupan masyarakat dengan hadirnya bencana longsor banjir dan juga kemarau yang berkepanjangan," ungkap mantan aktivis Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Londa, Agus Gunawan, warga Kota Bima itu.
Kata Agus, fungsi hutan dan gunung kini sudah teralihkan. Dulunya, sebagai kawasan menyimpan sumber air, namun kini sudah menjadi lahan penanaman jagung yang disponsori oleh pemerintah.
Kata dia, pola jagungnisasi yang diterapkan saat ini begitu acak, kacau dan mengancam.
Semestinya, kata dia, program jagungnisasi yang serentak diterapkan di Kabupaten dan Kota di Pulau Sumbawa, diawali dengan pemetaan kawasan yang layak tanam dan tidak serta jangan mengganggu wilayah kawasan yang mudah berdampak pada ancaman ekosistim di berbagai musim kehidupan.
"Saat musim kemarau, gundulnya hutan dan rusaknya paru-paru dunia, berdampak pada kondisi tingkatnya panas bumi yang berbeda dari keadaan sebelum ini. Demikian pula di musim hujan, rusaknya kawasana hutan dan gunung yang berfungsi sebagai penyerap dan penyimpan air tak lagi berfungsi dan tingginya intensitas hujan berpotensi mudahnya terjadi longsor dan banjir bandang," jelas dia.
Ia menegaskan, di tengah sudah tak seimbangnya kondisi ekosistem lingkungan yang ada di Pulau Sumbawa yang disebabkan salah satunya dengan program jagungnisasi dan kegiatan illegal logging tanpa pengawasan dan diduga bagian permainan sistim saat ini. Perlu segera adanya kebijakan yang tegas dan mendesak sebelum berbagai bencana alam yang akan terjadi dan pastinya mengancam kehidupan manusia saat ini,
"Kami meminta pemrintah untuk bisa meninjau progra jagungnisasi dan tidak terlibat bahkan harus tegas dan memili komitmen dalam pemberatasan praktek pembalakan liar yang semakin merusak ekosistem dan membunuh kehidupan manusia di bumi baik saat ini dan di masa depan nanti," jelasnya.
"Pilihan rasional bagi manusia saat ini mari mulai menanam, Dengan menanam, itu jauh lebih baik ketimbang mengutuk keadaan alam dan sikap yang saling menyalahkan. Walau memang pemerintah sebagai regular yang gagar dengan pembiaran kerusakan pada hutan dan gunung yang terjadi sekarang," tambahnya, Senin (19/11/2018).
Sementara itu, mahasiswa yang tergabung di Mapala Londa, dalam aktivitas yang dituangkannya di Facebook, tampak sedang melakukan penanaman bibit. Rencananya, bibit tersebut nantinya akan ditanamdi kawasan hutan dan gunung yang mulai tandus keadaannya.
Dalam akun Facebook-nya, Mapala Londa menyentik sikap kemanusiaan dan kurang peduli terhadap alam dengan pengungkapan, ada pohon yang tumbuh tinggi, namun daunnya tak bisa ayomi. Ada pohon yang rendah, namun pohonnya lebat dan rindang untuk berteduh di hari nanti.
“Ada manusia yang hanya mengejar prestasi tinggi, namun kurang bermanfaat. Ada yang prestasinya biasa-biasa saja, namun sangat bermanfaat bagi sekitarnya," tulis Mapala Londa sambil, Senin (19/11/2018).
Organisasi peduli lingkungan asal STKIP Kota Bima itu menyerukan, sudah saatnya perdayakan pengetahuan sebagai bentuk pengabdian terhadap lingkungan, bangsa dan negara.
"Karena pengakuan rasa memiliki dan mencintai alam Indonesia tidak hanya sekedar dengan katap-kata dan retorika. Salam Lestari," tulis akun milik organisasi ekstra kampus itu. (RED)
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.