Dua Tahun Jena Teke Dilantik, Upacara "Hanta U'a Pua" Dilupakan

Jena Teke Kesultanan Bima di halaman Kesultanan Bima. GOOGLE/www.bimasumbawa.com
KABUPATEN BIMA - Perayaan kegiatan budaya "Hanta U'a Pua" yang biasanya dirangkaikan setiap pelaksanaan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW dalam setiap tahunnya di Kabupaten Bima dan sering terjadi selama kepemimpinan Almarhum H. Feri Zulkarnain, ST selaku Bupati Bima yang juga Sultan Bima yang terakhir. Pasca dilantiknya Jena Teke atau Putra Mahkota di tahun 2016 silam, kegiatan ini belum dilaksanakan lagi. 

Kepemimpinan Bupati Bima yang dinahkodai oleh istri dari mediang almarhum Feri Zulkarnain, terkahir di dua tahun terakhir yaitu tahun 2017 dan 2018 ini tidak lagi mengadakan kegiatan sakral yang biasa dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Bima yang bekerjasama dengan Majelis Adat Sara Dana Mbojo. 

Catatan yang dihimpun Metromini sebelumnya. Tepat pada hari Minggu tanggal 18 September 2016, moment pelantikan seorang pria muda yang gagah fisiknya bernama Muhamad Putera Feryandi sebagai Jena Teke (Putra Mahkota) Kesultanan Pria. Pria yang telah menempuh pendidikan semester akhir di Universitas Padjajaran Bandung adalah putra sulung dari mantan Sultan Bima alm H. Ferry Zulkarnain, ST (mantan Bupati Bima) dan Hj. Indah Dhamayanti Putri (Bupati Bima saat ini). 

Saat itu, memang terjadi pro dan kontra yang menyertai prosesi pelantikan Jena Teke. Namun banyak kalangan memberikan apresiasi positif atas pelantikan Jena Teke dan berharap bisa sebagai momen kebangkitan budaya di Bima. 

Seorang Akademisi yang juga seorang sejarawan  Bima, Prof. H. Imran Ismail mengungkapakan, dengan diangkatnya Jena Teke, ia sangat berharap kondisi ini mampu menjadi penjaga “Marwah Kebudayaan dan Tridisi Bima, 

"Bahkan kegiatan rutin tiap tahunnya seperti Budaya Hanta U'a Pua harus terus dilaksanakan dalam tiap tahunnya dengan kehadiran Jena Teke dalam simbol kekuasaan di Kesultanan Bima sekarang,' ujar Imran, tahun 2016 silam pasca dilantiknya Jena Teke ini, dalam artikel bertajuk "Senandung Untuk Jena Teke".

Kata dia, pelantikan Jena Teke diharapkan dapat memperkuat ikatan kekeluargaan dan silaturahmi serta semangat kerja sama membangun Dana Mbojo (tanah bima) di kota maupun di kabupaten Bima.

Namun, fakta bicara berbeda. Sorotan kembali menerpa wajah keberadaan Kesultanan Bima maupun Bupati Bima saat dalam dua tahun terakhir momentum Maulid Nabi Muhammad yang meniadakan kegiatan Hanta U'a Pua. Parahnya, di peringatan malam Maulid Nabi, di Pandopo atau kediaman Bupati Bima menyuguhi acara yang diselingkan dengan alunan lagu dangdut, yang bukan merupakan bagian dari budaya dan adat orang Bima. 

Baca juga: Malam Maulid, Ada Alunan Dangdut di Pandopo Bupati, "Yan dan Kabag Humas Beda Sampaikan Tema Acara"

Sedikit menjelaskan tentang upacara Hanta U'a Pua yang dilansir dari situs www.bimasumbawa.com. Kegiatan ini tujuan utamanya adalah sebagai momentum memuliakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Selain itu, momentum itu harus menjadi gelaran acara tahunan untuk mengenang kembali sejarah masuknya agama Islam di Tanah Bima dan sekaligus sebagai wahana penghormatan atas jasa-jasa para penghulu Melayu beserta seluruh kaum keluarga yang telah menyebarkan agama Islam di Tanah Bima.

Arti penting kegiatan Hanta U’a Pua yaitu, meningkatkan pemahaman dan pengamalan Ajaran Islam yang bersumber dari Kitab Suci Alqur’an dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bima dan ditunjukan dengan penyerahan Kitab Suci Alqur’an kepada Sultan sebagai pemimpin untuk dilaksanakan secara bersama-sama dengan seluruh rakyat," tulis situs www.bimasumbawa.com dalam artikelnya yang bertajuk "Jejak Para Sultan Bima" itu. 

Diterangkan, kegiatan Hanta U’a Pua merupakan salah satu Upacacara Adat Spektakuler yang telah digelar turun temurun pada masa lalu, terutama pada masa-masa keemasan dan kejayaan kesultanan Bima. Upacara Adat yang erat kaitannya dengan sejarah masuk Agama Islam di Tanah Bima ini, te;ah menjadi rutinitas seluruh elemen masyarakat Bima sejak dekade awal masuknya Islam. Hanta U’a Pua dilaksankan pada bulan Rabiul Awal bertepatan dengan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW setiap tahun. 

Selanjutnya, U'a Pua dalam bahasa melayu disebut” Sirih Puan” adalah satu rumpun tangkai bunga telur berwarna warni yang dimasukkan ke dalam satu wadah segi empat. Jumlah bunga telur tersebut berjumlah 99 (Sembilan Puluh Sembilan) tangkai yang sesuai dengan Nama Asma’ul Husna. Kemudian di tengah-tengahnya ada sebuah Kitab Suci Alqur’an.

"Ua Pua ditempatkan di tengah-tengah sebuah Rumah Mahligai (Bima: Uma Lige) yang berbentuk segi empat berukuran 4 x 4 M2 yang bentuknya terbuka dari ke empat sisinya. Atapnya bersusun dua, sehingga para Penari Lenggo Mbojo yang terdiri dari empat orang gadis dan penari lenggo melayu yang terdiri dari empat orang perjaka, beserta para penghulu melayu dan pengikutnya yang berada di atas dapat dilihat oleh seluruh mayarakat sepanjang jalan," rilisnya.

Setelah itu, Uma Lige tersebut diusung oleh 44 orang pria yang berbadan kekar sebagai simbol dari keberadaan 44 dari Mbojo yang terbagi menurut 44 jenis keahlian dan ketrampilan yang dimilikinya sebagai bagian dari struktur Pemerintahan kesultanan Bima. Mereka melakukan start dari kampung melayu menuju Istana Bima untuk diterima oleh Sultan Bima dengan amanah yang harus dikerjakan bersama yaitu memegang teguh ajaran Islam.

Di tengah tak diselenggarakannya dalam dua tahun terakhir pasca dilantiknya Jena Teke, kondisi ini memicu pertanyaan dan kritikan dari warga di Bima. Tak ayal, kecaman dan protes pun mengalir ke wajah Bupati Bima, apalagi kegiatan Hanta U'a Pua yang biasa dilakukan dalam peringatan Maulid Nabi secara sadar tidak dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Bima. 

Warga asal Kelurahan Pane, Kota Bima, Dian mengatakan, di momentum Maulid Nabi yang jatuh pada tanggal 20 November 2018 terlewati tanpa ada acara Hanta U'a Pua yang menjadi tradisi tahunan di  Bima.

Biasanya, kata Dian, dalam setiap tahunnya melalui pos anggaran yang ada di Dinas Pariwisata Kabupaten Bima, kegiatan Hanta Ua Pua selalu menjadi acara yang selalu dilakukan sebagai ciri khas maasyarakat Bima yang Islami dan sebagai momentum pengenalan budaya yang masih lestari dan berkelanjutan untuk selalu diadakan tiap tahunnya. 

"Setelah lantik Jena Teke, malah dua tahun terakhir ini, kegiatan Hanta U'a Pua tak lagi digelar. Apa kira-kira masalahnya," heran Dian.

Senada dengan dian, seorang akademisi di Bima, Akhyar atau yang akrab dikenal dengan nama Ayat Fokar mengungkapkan, hilangnya kegiatan Hanta U'a Pua, mungkin saja yang mengendalikan pemerintahan maupun yang diberi amanah dalam mejaga marwah kesultanan bima bukanlah mereka yang merasa sebagai orang Bima. Tentunya, kata dia, budaya Hanta U'a Pua adalah budaya Bima yang harus terus dilestarikan.

"Bisa jadi saja karena pengauasa sekarang merasa bukan orang Bima, maka tradisi dan prosesi itu tidak terlalu penting dalam pandangannya. Tak perlu menjadi atensi bagi pemerintahannya untuk tetap melaksanakan setiap tahunnya," ungkapnya, belum lama ini. 

Namun, kata Ahyar, di tengah kondisi yang ingin menghilangkan budaya dan kelestarian adat dan istiadat di bima, dari sisi pemerhati budaya tidak ada suaranya, 

"Kok bisa ompong begini. Padahal, pasca dilantik Jena Teke, perayaan Hanta U'a Pua sengaja tidak diadakan dan ini sungguh merugikan sisi kebudayaan bima yang harus dipelihara. Budayawan atau pemerhati budaya di Bima, sudah pada ke mana?," sorotnya tajam/

Warga lain, Na'im Ranggareo mengungkapkan, hilangnya kepedulian pemerhati budaya mungkin saja keberadaannya masih butuh perhatian., Sebenarnya, yang perlu disesali adalah cara berpikir pemimpin di Bima saat ini. Rasa kepekaan atas kelestarian budaya yang harus dijaga dan menjadi tanggung jawabnya, bisa dibilang tidak pernah terlintas dalam pikirannjya.

"Bupati Bima perlu dievaluasi sqaya kira kenapa tidak mau mempertahankan nilai-nilai kebimaan. Padahal ini sangat penting. Bisa hancur budaya bima katau tidak dilestarikan kegiatan-kegiatan budaya lokal ditengah tajamnya arus globalisasi dengan budaya sekuler yang ditawarkannya kepada masyarakat saat ini," jelas Na'im Ranggareo .

Di sisi yang lainnya, dengan tidak diselenggarakannya kegiatan Hanta Ua Pua sejak tahun 2017 lalu, pihak Pemkab Bima masih dikonfirmasi terkait hal ini. (RED| WWW.BIMASUMBAWA.COM)

Related

Pemerintahan 1510868454475602074

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.

emo-but-icon

FANSPAGE METROMINI

METROMINI VIDEO

Arsip Blog

Ikuti Tweet Metromini

item