Cegah Banjir di Sumbawa, Berhentilah "Merantas Menebang" Hutan

Rusdianto Samawa, Caleg Partai Persatuan Pembangunan (PPP) DPRD Kabupaten Sumbawa, Nomor Urut 8, Dapil III Meliputi Kec. Tarano, Empang, Plampang, Labangka dan Maronge. METROMINI/Dok
Oleh: Rusdianto Samawa

OPINI - Banjir yang merendam Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), sejak Rabu dinihari, November 2018 ini menyebabkan ribuan rumah di lima kecamatan terendam. Apalagi, beberapa wilayah di Pulau Sumbawa terancam banjir bandang akibat ratusan ribu hektar sudah menjadi lahan tandus. Akibat banjir, masyarakat yang mengungsi dan dievakuasi ke sejumlah tempat juga tidak sedikit.

Setelah musibah banjir terjadi, baru melakukan mitigasi dan pencegahan. Seharusnya pemerintah, stakeholders dan petani, apabila melihat fungsi hutan sebagai penyangga sudah habis. Maka, harus menumbuhkan kesadaran untuk menanam kembali. Jangan biarkan hutan gundul.

Semoga jadi pelajaran bagi masyarakat ke depannya untuk memulihkan kondisi lingkungan sekitarnya, terutama hutan yang paling utama untuk dilakukan pengembalian fungsinya sebagai penyangga. Kalau dibiarkan begitu saja, maka banjir yang melanda beberapa Kota di Nusa Tenggara Barat seperti Sumbawa, Bima, dan Dompu juga dipicu oleh keberadaan petani jagung yang merambat hutan hingga habis dan tanpa ada upaya pengembalian fungsinya lagi.

Ditambah, wikayah Pulau Sumbawa seringkali, adanya siklon tropis yang telah memicu hujan ekstrem di beberapa wilayah di NTB. Selain itu, Kota Bima berada pada topografi cekungan sehingga lebih mudah diterjang banjir. Akibat banjir yang menerjang Bima tahun lalu pada 2017. Maka semua fasilitas, seperti: listrik padam dan komunikasi sulit dilakukan. Tahun lalu juga, Bandara Bima juga sempat tak bisa digunakan karena terendam banjir. Artinya, bukti banjir itu sudah seharusnya menjadi pelajaran penting bagi pemerintah dan masyarakat agar berhentilah merantas dan menebang hutan secara serampangan.

Harus diantisipasi bahwa Pulau Sumbawa curah hujan tinggi beberapa hari terakhir, banjir di Dompu juga kemungkinan disebabkan penggundulan hutan yang terjadi di kawasan tersebut. Sungai yang ada tidak mampu lagi menampung debit air yang melimpah sehingga membanjiri kawasan berbentuk perbukitan itu dan mengalir jauh menerjang pedesaan maupun perkotaan.

Yang penting itu, menjaga lingkungan dan memastikan semua saluran berfungsi karena intensitas hujan di Kabupaten Sumbawa saja misalnya menyentuh angka 145 mili meter (mm) per hari, atau di atas dari intensitas normal yang sebesar 100 mm. Kekhawatirannya mengingat angka tersebut tak terpaut jauh dengan saat musibah banjir bandang yang melanda di Kota Bima tahun lalu dengan intensitas 150 mm per hari. Maka, pemerintah dan masyarakat sendiri perlu waspada dan siaga.

Apalagi, di Kota Sumbawa penyebab lain dari banjir adalah prasarana dasar di bidang drainase sangat buruk sekali. Ditambah, pedangkalan dan penyempitan aliran sungai yang terus meningkat setiap tahunnya. Kemudian, fungsi tanggul juga banyak yang jebol lantaran sudah terlalu lama tidak direhabilitasi. Masyarakat juga buat rumah permanen di tepi sungai, bahkan menjorok ke sungai. Ini yang terjadi.

Sekarang ini pemerintah harus mampu menggerakkan masyarakat untuk melakukan normalisasi sungai dengan catatan pemda melakukan pembebasan lahan terhadap rumah yang menjorok untuk dibongkar. Kembalikan saluran sungai sebagaimana mestinya. Di Kabupaten Sumbawa, banyak Kecamatan dalam kategori semua rawan banjir, air sifatnya mengalir ke yang rendah, tugas kita air buatkan jalan yaitu drainase, kalau itu tidak dibuat, jangan salahkan air cari jalan sendiri.

Sekali hujan deras yang mengguyur kabupaten Sumbawa, maka bisa menjadi penyebab terjadinya banjir. tingginya intensitas hujan membuat air sungai naik secara cepat. Data jumlah terdampak pada banjir di Dompu kemaren itu mencapai 3.000 jiwa merendam masyarakat.

Menurut data BPBD NTB bahwa bencana banjir Labuhan Badas dan Unter Iwes, Sumbawa, pada tanggal 18 Maret 2018. Disebabkan siklon Tropis Marcus posisi 14.9LS - 125.1 BT sebelah selatan Tenggara Kupang arah gerak barat dengan kecepatan 13 Knot (24 km/jam) membawa pengaruh terjadinya hujan disertai angin dan petir di Wilayah Pulau Sumbawa yang berdampak terjadinya bencana banjir di Kabupaten Sumbawa.

BPBD juga merilis datanya, bahwa akibat peristiwa banjir di Kecamatan Uter Iwes: 1). Dusun Nijang atas 67 KK/268 Jiwa Terdampak 2). Dusun Nijang Tengah 34 KK/36 Jiwa Terdampak 3). Dusun Nijang Bawah 98 KK/392 Jiwa. Sementara terdampak di Kecamatan Labuan Badas: 1). Desa Karang Dima Dusun Batu Nisung 30 KK/120 Jiwa: 2). Dusun Sumer Payung 157 KK/628 Jiwa, Mengungsi 25 KK/ 100 Jiwa: 3). Dusun Buin Pandan 71 KK/284 Jiwa Terdampak dan mengungsi: 4). Dusun pamulung 20 KK/80 Jiwa: 5). Dusun Tanjung Pangamas 25 KK/20 Jiwa. Jumlah penduduk terdampak: 502 KK / 1300 Jiwa. Jumlah pengungsi sebanyak: 96 KK / 384.

Akibat hujan terus menerus di Sumbawa, banjir melanda beberapa Kecamatan: Plampang, Empang, Tarano, Maronge dan Lape. Banjir di Kota Sumbawa Besar mengenangi pemukiman selama tiga hari berturut: Selasa - Kamis 7- 9 Februari 2017 lalu.

Mulai sekarang, pemerintah harus mulai mengimbau masyarakat berhenti penggundulan dan merantas menebang hutan. Kita harus menanam kembali banyak pohon, karena terjadi penebangan hutan besar-besaran yang mengakibatkan musibah banjir dan pemanasan global.

Apalagi selama ini pepohonan dihutan, digantikan oleh kelapa sawit, jagung, dan lain sebagainya, sehingga menyebabkan kerusakan besar terhadap lingkungan. Masyarakat harus sadar dengan kerusakan lingkungan dan berkomitmen menjalankan tanggung jawab untuk mengembalikan fungsi hutan senagai penyangga kehidupan manusia. Berhentilah, berhentilah, berhentilah. ***

Related

Opini 3914856061687418864

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.

emo-but-icon

FANSPAGE METROMINI

METROMINI VIDEO

Arsip Blog

Ikuti Tweet Metromini

item