Banjir "Bertamu" di Rumah Warga Sape dan Lambu, "Di Sanggar Warga Kesulitan Lintasi Jembatan Boro Yang Roboh"

Kondisi jembatan di Desa Boro, Kecamatan sanggar, Kabupaten Bima yang sudah tak bisa dilewati lagi, Kamis (29/11/2018) sore. METROMINI/Agus Gunawan
KABUPATEN BIMA - Hujan yang melanda wilayah Kabupaten Bima, Kamis, 29 November 2018 siang kemarin. Akibat, gundulnya kawasan gunung dan hutan yang ditengarai akibat perladangan liar dan pembuatan lahan untuk penanaman jagung dalam dua tahun terakhir ini. Hujan yang hanya datang beberapa jam saja, sudah menyebabkan banjir bandang.

Musibah kali ini dialami di wilayah Kecamatan Sape dan Kecamatan Lambu. Tingginya curah hujan di wilayah Kecamatan Wawo, Sape dan juga Kecamatan Lambu. Sekitar pukul 16:15 WITA, beberapa desa di Kecamatan Lambu seperti di Desa Rato dan Sumi, air gunung yang meluap dari aliran sungai. Membanjiri kondisi jalan dan ada juga yang menggenangi rumah warga. 

Warga asal Desa Rato, Muliadin mengatakan, hujan yang datang tidak terlalu lama. Diperkirakan sekitar jam 12:00 WITA mulai turun hujan. Dan sekitar jam 16:00 WITA atau setelah Ashar, tiba-tiba saja air membanjiri kawasan jalan dan mulai memasuki rumah-rumah warga.

"Tinggi air seukuran betis orang dewasa. Namun, yang mengherankan, tidak biasanya hujan seperti itu, langsung menyebabkan air membanjiri jalan dan beberapa rumah yang ada di Desa Sumi dan juga Desa Rato," ujar dia, kemarin. 

Calon anggota DPRD Kabupaten Bima asal Partai Hanura itu berharap, pemerintah harus memikirkan kembali program jagung yang menyebabkan masyarakat menciptakan lahan tanam dan bahkan merusak kondisi hutan dan gunung. Selain itu, sambung Mul, pemerintah harus tegas dengan segala bentuk pembalakan liar yang terjadi di lingkar Kecamatan Wawo, Sape dan juga Lambu.

"Sudah saatnya pemerintah memikirkan kembali program jagung yang membuat warga menciptakan lahan dan merusak kondisi hutan dan gunung saat ini. Dan kepada aparat keamanan, harus tindak tegas pelaku illegal logging. Jika tidak, bencana takkan pernah berhenti di wilayah Kabupaten Bima ini," tandas tokoh pemuda Kecamatan Lambu itu.

Tak hanya di Lambu, seorang warga asal Kecamatan Sape, Imam mengaku, di Desa Rai Oi, kondisi air yang meluber di sungai sudah menggenangi sebagian rumah warga. Hampir di setiap jalan kecil yang ada di Desa Rai Oi sudah digenangi air yang tingginya hanya sekitar 20 sampai 30 CM saja.

"Akibat hujan deras dan tingginya debit air di sungai. Air meluap dan masuk ke rumah warga yang ada di Desa Rai Oi. Sementara di desa lain, tidak terlalu berdampak akibat banjir bandang yang terjadi di Kecamatan Sape," ucap Imam, semalam.

Di Sanggar Tranportasi Macet Total

Banjir bandang yang terjadi di Kecataman Sape dan Lambu. Kamis, 29 November2018 sore kemarin, kondisi yang cukup memprihatinkan dialami warga di Kecamatan Sanggar, Kabupaten Bima. Pasalnya, jembatan yang roboh dari tahun lalu di Desa Boro yang selama dilewati melalui jalur alternatif di samping jembatan itu. Kondisi kini sudah tak bisa dilintasi lagi. 

Warga baik yang datang dari Desa Piong atau dari Kabupaten Bima menuju Kecamatan Tambora, terhenti dan tak bisa melanjutkan perjalanan. Seorang warga asal Desa Piong, Agus mengatakan, kondisi macetnya kendaraan di Kecamatan Sanggar berlangsung sekitar pukul 15:00 WITA, saat kondisi sungai mengalami banjir dan meningkatnya debit airnya. 

"Akhirnya, warga yang biasanya melintasi jalan alternatif sudah tidak bisa lagi. Dan antrian kendaraan panjang terjadi hingga menunggu air sungai menurun dan bisa dilintasi kembali," kata Agus, Kamis (29/18/2018) sore.

Agus mengaku, dia yang datang dari Kota Bima hendak menuju Desa Piong, akhirnya terpaksa menyewa jasa warga, untuk menundu motornya agar melintasi arus sungai dan melanjutkan perjalanannya. 

"Banyak pengguna kendaraan roda dua, terpaksa menyewa jasa warga untuk bisa melintasi arus sungai di jembatan boro yang roboh itu. Sementara kalau kendaraan roda empat, hanya menunggu dibit air menurun dan jalan alternatif yang sudah rusak kondisinya terpaksa harus dilewati," tutur Agus.

Warga lainnya, Dedi merasa menyesal dengan sikap Pemerintah Kabupaten Bima yang tak langsung peduli atas aspirasi dan kebutuhan masyarakat di Kecamatan Sanggar. Ia mengatakan, permintaan perbaikan jembatan boro ke pihak Pemkab Bima sudah setahun yang lalu. Namun, tak juga digubris dan ia pun mengancam, jika tetap tak diperhatikan, warga akan sekalian memblokir jalan yang ada di Kecamatan Sanggar.

"Jika kondisi jembatan di Desa Boro ini tidak juga diperhatikan dalam waktu dekat. Kami akan sekalian melakukan pemblokiran jalan di Sanggar," ancam dia.

Sementara itu, salah seorang pejabat eselon II di Lingkup Pemkab Bima, Andi Sirajudin menerangkan bahwa keberadaan jembatan yang rusak di Desa Boro merupakan kewenangan dari Pemerintah Provinsi NTB. Ia pun menulis tenang kerusakan jembatan Boro ini lewat akun Facebook pribadinya yang bernama Andi Sirajudin dan meminta Gubernur NTB untuk memperhatikan jembatan tersebut.

"Assalamu,alaikum.wr.wb. mohon ijin Pak Gubernur, untuk menyampaikan uneg2, hari Sabtu 24 November 2018,sy ke kec Sanggar, Jembatan Di Desa Boro menurut Informasi Sejak.bulan Februari 2018 sudah ambruk. Berhubung Jembatan ini, masuk dijalan Provinsi mohon perhatian Bapak Gubernur agar Jembatan ini.bisa di perbaiki,mengingat saat Banjir seperti hari ini Masyarakat di beberapa dari dan ke Ibukota Kecamatan tidak bisa lewat dan harus menunggu air/Banjir berhenti. Sekali lagi mohon perhatian Bapak Gubernur agar Jembatan ini bisa di Perbaiki," tulis Andi Sirajudin yang menjabat Kadis PMDes Kabupaten Bima, kemarin.

Dalam statusnya itu, Andi juga mengupload dua foto tentang keadaan jembatan di Desa Boro yang roboh sejak tahun lalu itu. (RED)

Related

Kabar Rakyat 8216523086075056032

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.

emo-but-icon

FANSPAGE METROMINI

METROMINI VIDEO

Arsip Blog

Ikuti Tweet Metromini

item