Siapa Haji Muhammad Lutfi Iskandar?

Haji Muhammad Lutfi Iskandar, Anggota DPR RI/Balon Wali Kota Bima. GOOGLE/www.koranstabilitas.com
HISTORIA - Secara silsilah genetik, Haji Muhammad Lutfi Iskandar adalah orang yang lahir di Bima, dari keluarga dan keturunan orang baik. Keturunannya ada kalangan keluarga yang taat beragama. Istri Almarhum Abu To'i/ H. Umar Gowa, Putra Ngali yang pernah lama bertugas di Kuwaid adalah tante/bibi Muhammad Lutfi Iskandar. 

Haji Muhammad Lutfi Iskandar, Anggota DPR RI/dan
Balon Wali Kota Bima.  
METROMINI/Dok
"Sementara H. To'i/H. Umar Gowa merupakan kakek saya dari silsilah bapak," ungkap Mubadin, aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam rilisnya kepada Metromini.

Aktivis gerakan di Jakarta itu mengungkapkan, Haji Muhammad Lutfi Iskandar adalah aktivis Gerakan Pemuda (GP) Ansor. Lutfi pernah menjabat Ketua PP GP Ansor Jakarta di tahun 2010-2015 lalu. 

"GP Ansor merupakan sayap ormas keagamaan Nahdlatul Ummat (NU). Dan Lutfi juga adalah mantan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jakarta. Singkatnya, Muhammad Lutfi Iskandar adalah trah Nahdiyin," sebutnya.

Dijelaskannya, sosok Muhammad Lutfi Iskandar menamatkan SMA di Jakarta Tahun 1991. Kemudian ia mengambil konsentrasi Ekonomi di Fakultas Ekonomi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Yayasan Administasi Indonesia, Jakarta, dan tamat di tahun 2008 lalu.

Menurutnya H. Lutfi ini adalah aset bangsa, aset Daerah Bima. Kata dia. H. Lutfi memang harus ditegur, dia harus dilawan, bahkan dia harus ditempeleng manakala yang bersangkutan menjadi sosok bauran memperkuat sistem yang korup. 

"Tapi menelisik riwayat dan silsilahnya, setidaknya dapat diyakani untuk sementara waktu sebagai figur yang baik. Dan perjalanan karirnya sebagai pejabat publik/Anggota DPR RI Daerah Pemilihan Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dari Partai Golkar, pernah terjadi dialektika kontroversial kala dia menjadi Caleg saat itu. Ia dihantam badai ancaman dalam karir politiknya pasca rezim Presiden Soeharto tumbang di tahun 1998 lalu," pungkasnya.  

"Dan siapa sangka, Lutfi bisa dua periode terpilih menjadi legislator di senayan kebanggan masyarakat NTB. Dan di 2017 ini adalah tahun ke 8 Lutfi bekerja di Senayan, Jakarta (Kantor DPR/MPR RI)," kata dia..

Aktifis FORKOT saat Reformasi di tahun 1998 lalu. GOOGLE/www.wikipedia.co.id
Diakuinya, Muhammad Lutfi Iskandar adalah bagian dari aktivis sekaligus pendiri Forum Kota (FORKOT). Saat reformasi bergulir, FORKOT merupakan simbol gerakan yang paling kuat menolak Kepemimpinan BJ Habibie di era transisi. 

"FORKOT juga paling keras meminta pembubaran Partai Golkar. Bukankah FORKOT adalah sayap tak langsung dari garis gerakan kelompok nasional anti BJ Habibie? Muhammad Lutfi Iskandar justru menyalip ideologi gerakan FORKOT dgn melirik dan berlabuh di Partai Golkar," ungkap dia. 

"Tentu saja hak personal Muhammad Lutfi Iskandar meski sebagai mantan aktivis gerakan FORKOT dapat dilihat sebagai perilaku politik anomali," tambahnya. 

Saat ini, sambung dia, Muhammad Lutfi Iskandar melirik Pilkada Kota Bima sebagai Kandidat dalam kontestasi politik Kota Bima. 

"Ada peluang, ada harapan, ada ancaman, ada tantangan adalah kisah yang bakal mewarnai langkah dan semangat positif Muhammad Lutfi Iskandar dalam menggapai cita-citanya memimpin Kota Bima pasca Kepemimpinan H. Qurais Abidin," imbuh dia. 

"Dan Semoga Allah SWT melapangkan jalanmu, wahai Saudaraku," tutup aktivis dan anak gerakan Kajarta yang pernah dipenjara karena menghancurkan wisma NTB di masa lalu. (RED)

Aktifis FORKOT saat Reformasi di tahun 1998 lalu. GOOGLE/www.wikipedia.co.id



LUTFI FORKOT
Dari Parlemen Jalanan Menuju Senayan


Perjuangan butuh konsistensi. Melaui jalur apapun, tujuannya harus tetap sama yaitu mewujudkan keadilan, kedaulatan dan kesejahteraan rakyat.

Maka, setelah matang di parlemen jalananMuhammad Lutfi memilih menuju Senayan.

Gerakan massa di era reformasi bergulir di tahun 1998 lalu. GOOGLE/www.wikipedia.co.id
JAKARTA - Bagi dunia gerakan mahasiswa, nama Muhammad Luthfi tidaklah terdengar asing. Mantan aktifis Forum Kota (FORKOT) ini adalah bagian penting dari pelaku sejarah tumbangnya rezim Orde Baru –sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto– yang ditandai dengan turunnya Soeharto dari kursi presiden RI pada tanggal 21 Mei 1998. 

Saat ditemui di kawasan perumahan Kalibata Indah, Bang Lutfhi, demikan ia akrab disapa, bercerita banyak kepada POLEMIK tentang dinamika gerakan mahasiswa saat itu, menjelang pemilu di tahun 2009 lalu.

Keterlibatannya sebagai aktifis gerakan mahasiswa didasari atas keprihatinannya terhadap kondisi mahasiswa yang selalu dipasung dalam kungkungan rezim pemerintahan yang tertutup dan otoriter. Mahasiswa tidak diberikan ruang gerak untuk melakukan aktivitas politik baik di kampus maupun di masyarakat. 
Kelompok-kelompok kritis hanya mampu memberi pencerahan bagi anggotanya masing-masing dan harus selesai hanya sebatas diskusi. 

Bulan Mei 1998 bisa dianggap sebagai sejarah keberhasilan gerakan mahasiswa dalam meruntuhkan orde baru dan melahirkan era reformasi. Tetapi bagi Luthfi, tumbangnya rezim orde baru hanyalah babak awal bagi suatu perubahan iklim politik di Indonesia. Yang terpenting adalah mahasiswa harus mampu mengawal agenda-agenda politik dan ekonomi yang bertujuan untuk melahirkan keadilan, kedaulatan dan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia.

Keberhasilan sebuah gerakan mahasiswa tidak hanya dilihat dari tumbangnya sebuah rezim, melainkan kemampuan mengisi dan mengawal agenda-agenda yang diperjuangkan di era reformasi ini. Fase ini membuat pilihan-pilihan bagi kalangan aktivis. Ada yang memposisikan diri masuk pada ranah sirkulasi dan permainan elit politik kekuasaan dan ada juga memilih terlibat di partai politik seperti dirinya yang kini aktif di Partai Golkar. Juga, seperti Budiman Sujatmiko (PDIP), Pius (Partai Gerindra), dan Yusuf Lakaseng (PBR).

Menuju Senayan

Haji Muhammad Lutfi Iskandar,
Senyum mengembang dari bibir Muhammad Lutfi saat mengetahui perolehan suaranya dalam pemilihan umum legislatif, April lalu, selalu bertengger di posisi tiga sampai lima besar perolehan suara di daerah pemilihannya. Calon anggota legislatif (caleg) DPR RI dari Partai Golkar ini akhirnya ditetapkan sebagai caleg terpilih dari daerah pemilihan Nusa Tenggara Barat. Inilah buah dari kesungguhan dan perjuangannya selama bertahun-tahun melakukan pembinaan di tengah-tengah masyarakat.

Banyak kalangan yang tidak menyangka jika dirinya akan terpilih, lebih-lebih dengan perolehan suara yang sangat signifikan yaitu 57.843 suara. Maklum, selain memiliki pesaing-pesaing berat sekelas Hamdan Zoelfa (PBB), Fahri Hamzah (PKS), dan tokoh-tokoh lokal lainnya, ia juga telah lama meninggalkan tanah kelahirannya itu yaitu sejak berusia 2 tahun. Orang tak menyangka bahwa ia mempunyai pemilih panatik yang senantiasa dibina sejak kekalahannya pada Pemilu 2004 lantaran penetapan caleg terpilih masih dengan sistim nomor urut.

Memang, Luthfi menyadari betul bahwa sistem pemilu 2009 membuang banyak energi bagi para caleg. Dan bagi mantan aktifis seperti dirinya, sistem pemilu kali ini menjadi tantangan tersendiri. Aktifis seringkali hanya mampu menggerakkan kelompok terdidik dan jarang bersinggungan langsung dengan masyarakat. Aktifis terkadang hanya sebagi menara gading –berdiri di puncak, tidak melihat ke bawah–, tidak pernah mendekatkan diri dengan masyarakat.

Tidak demikian dengan Luthfi. Meskipun hampir seluruh anggota keluarganya menetap di Jakarta, setidaknya hampir setiap tiga bulan sekali, ia pulang menyambangi kampung halamannya. Hasilnya, ia semakin dekat dengan konstituen dan tentu saja, popularitasnya sebagai tokoh gerakan mahasiswa terdengar pula hingga di telinga kalangan aktifis mahasiswa di NTB dari generasi ke generasi.

Hanya satu keinginannya, sebagai putra daerah, ia harus bisa berbuat demi perubahan daerahnya. Ia sangat menyadari kebutuhan masyarakat yang kebanyakan tinggal di daerah pedalaman. Mereka hanya menginginkan terpenuhinya kebutuhan pokok, menikmati pasilitas negara, dan mendapatkan pekerjaan.

“Sesungguhnya tuntutan masyarakat di tingkat daerah terutama kawasan pedalaman sangatlah sederhana, yaitu bagaimana mengalami perbaikan dalam hidupnya. Bisa makan tiga kali sehari, bisa menikmati fasilitas negara, ada pekerjaan, sudah cukup. Terlalu jauh yang selama kita pikirkan. Jadi kebutuhan konkrit saja yang dibutuhkan masyarakat,” tutur Bang Lutfhi berbagi pengalaman yang didapatkannya selama suksesi.

Maka, jika seorang anggota DPR bersungguh-sungguh menjalankan amanat tersebut, tuntutan masyarakat semacam itu tidaklah terlalu berat untuk dilakukan. Sebagai wakil rakyat, seorang anggota DPR cukup berunding dengan penguasa di daerah tentang program yang bisa dikembangkan untuk kepentingan masyarakat sembari mengawal kebijakan tersebut sampai di pemerintah pusat.
(RED | WWW.MUSLIM-PEMILU.BLOGSPOT.COM)

Related

Politik dan Hukum 4942270099028875111

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.

emo-but-icon

FANSPAGE METROMINI

METROMINI VIDEO

Arsip Blog

Ikuti Tweet Metromini

item