'Sehat' Pak? Luas Mushola di 'White House' itu Mungil (4 x 6 meter)

Kantor Wali Kota Bima. GOOGLE/www.dreamfile.co.cc
KOTA BIMA - Bukan anomali, tapi memang ada yang ganjil memandang fenomena ini. Pasalnya, Kantor Wali Kota Bima, yang dikenal juga dengan sebutan 'White House' (Gedung Putih) ternyata di dalam gedung yang mewah itu ukuran Mushola (tempat sholat-nya) sangat mungil. 


Senin, 12 Juni 2017 siang tadi, Wartawan Metromini yang bertandang ke kantor kebanggan rakyat Kota Bima itu melihat sesuatu yang yang kurang apik di pandang mata. Di dalam kantor yang didirikan era kepemimpinan Wali Kota Bima, almarhum H. M. Nur A. Latif memang tak sempat dihuni oleh almarhum.

"Dalam pencanangannya dulu, di samping kantor itu, akan di bangun mesjid yang ukurannya sebanding dengan kemegahan bangunan itu. Namun sayang, almarhum Nur Latif ke buru meninggal di tahun 2010 dan belum sempat beliau menikmati hasil karyanya itu," ujar Ad, loyalis almarhum Wali Kota Bima kepada media ini.


Bangunan itu difungsikan di era Wali Kota Bima yang sekarang (H. Qurais H. Abidin) di periode sebelumnya, tepatnya di tahun 2011 Kantor Wali Kota Bima yang masuk dalam wilyah Kelurahan Penatoi, Kecamatan Mpunda, Kota Bima itu difungsikan.

Kantor Wali Kota Bima. GOOGLE/www.dreamfile.co.cc
Di gedung yang berlantai dua, dipusatkan seluruh pelayanan untuk aktivitas pemerintah di Kota Bima. Ruang kerja Wali dan Wakil Wali Kota Bima, ruang Sekda Kota Bima, dan sekitar 10 Organisasi Perangkat Daerah (OPD) berkantor di gedung itu. 

Pantauan Metromini, ada yang kontras jika memasuki waktu sholat di kantor megah itu. Apalagi di bulan puasa seperti saat ini, ratusan Aparatur Sipil Negara (ASN) harus mengantri jika ingin beribahah (sholat) di kantor itu.

Kantor Wali Kota Bima. GOOGLE/www.dreamfile.co.cc
Ukuran gedung yang mewah dan andalan kebanggaan Kota Bima, mushola di dalam kantor itu hanya seluas 4 x 6 meter saja. Dan diperkirakan jumlah ASN muslim ada sekitar 200 orang yang harus mengantri tiap kali ingin sholat Dzuhur dan Ashar di hari kerja yang berlangsung sejak pukul 08.00 hingga 16.00 WITA itu.

Seorang warga, Ad menilai, sungguh kebijakan yang aneh melihat karakter dari program Wali Kota dalam membangun rumah peribadatan. Di tempat kerjanya saja, ukuran Mushola hanya 4 x 6 meter. Di tengah itu, dengan bangganya beliau menggelontorkan anggaranRp20 miliar yang kemudian disahkan di DPRD menjadi Rp12,5 miliar untuk membangun mesjid terapung di kawasan pantai amahami.

"Mesjid terapung pun sudah mulai dikerjakan proyeknya. Namun, mushola di kantor Wali Kota, 7 tahun beliau menjabat hingga saat ini tak ada berubah keadaannya. Jangankan ingin melebarkan dari ukurannya yang mungil seperti saat sekarang, melanjutkan program dan rencana almarhum Wali Kota Bima yang dulu itu saja tidak pernah,:" ujar warga asal Rabadompu Barat itu, namun meminta namanya untuk tidak dituangkan dalam berita, Minggu, 11 Juni 2017 kemarin. 

Mesjid Agung Alk Muwahidin saat ini. FACEBOOK/Can
Ia pun menilai, walau belum termasuk kebijakan yang anomali. Tapi, cara pandang kepemimpinan Kota Bima di balik membangun mesjid terapung, dan di tengah kurang berpihaknya Pemerintah Kota Bima terhadap mushola di dalam kantornya dan menuntaskan pembangunan Mesjid Agung Al Muwahidin Bima. 

"Motifnya membangun Mersjid Terapung di Amahami, patut dicurigai. Tidak sekedar untuk memfasilitasi adanya rumah peribadatan, dan tampaknya lebih kental pada motif ekonomi di balik pembangunan itu," pungkas dia.

"Bapak sehatkan?," tambah dia.

Sementara itu, Bagian Umum setda Kota Bima, sebagai OPD tehnis yang mengelola asset daerah, masih di konfirmasi atas penyediaan layanan mushola yang dinilai terlalu mungil dan kurang mendukung ibadah para ASN di dalam kantor Wali Kota Bima itu. (RED)

Related

Pemerintahan 7388791581297450954

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.

emo-but-icon

FANSPAGE METROMINI

METROMINI VIDEO

Arsip Blog

Ikuti Tweet Metromini

item