Haji Agus Salim, Pewarta Cerdas yang Langka dan Luar Biasa
https://www.metromini.info/2017/06/haji-agus-salim-pewarta-cerdas-yang.html
Haji Agus Salim. GOOGLE/www.merdeka.com |
HISTORIA - Reporter situs www.brilio.net, Nur Romdlon merilis tentang sepak terjang sosok Pahlawan Nasional, Haji Agus Salim. Sebenarnya, secara fisik tubuh Haji Agus Salim sangatlah kecil. Pada salah satu fotonya tampak sekali tubuh kecil Haji Agus Salim saat berhadapan dengan seorang petinggi kolonial penjajah di masa pra kemerdekaan lalu.
Namun, di tengah fisiknya yang kecil, tapi soal nyali, keberanian, semangat dan membela kebenaran, sosok pendiri Sarikat Islam tak diragukan lagi. Nyali Haji Agus Salim sangatlah besar. Haji Agus Salim adalah wartawan, sastrawan, ulama, ahli bahasa, diplomat dan politikus yang merupakan satu dari sekian Tokoh Nasional yang sangat berpengaruh di masa merebut kemerdekaan Republik Indonesia di masa lalu.
Berikut salah satu foto Haji Agus Salim saat berhadapan dengan petinggi kolonial penjajah.
GOOGLE/www.merdeka.com |
Sosok pahlawan Indonesia ini patut diteladani yang tak akan lekang oleh zaman. Tindakan Haji Agus Salim saat itu patut untuk terus dipelajari dan diteladani oleh seluruh masyarakat Indonesia.
"Kepandaiannya luar biasa. Dalam seratus tahun hanya lahir satu manusia semacam itu," puji Bung Hatta, di salam satu catatan naskah sejarah kemerdekaan republik Indoneisa..
Berikut bukti-bukti yang berhasil dihimpun Metromini, dilansir dari situs www.brilio.net, yang dipublish akhir tahun 2015 lalu diwartakan sebagai berikut.
1. Menguasai 9 Bahasa, Tak Ingin Disetir dan Berani Hidup Melarat.
GOOGLE/www.merdeka.com |
Menurut catatan harian Prof Schermerhorn, pemimpin delegasi Belanda dalam perundingan Linggarjati, Haji Agus Salim adalah orang yang sangat pintar. Ia seorang jenius yang mampu menguasai dengan sempurna sedikitnya sembilan bahasa. Tapi hanya satu kelemahan dari Haji Agus Salim, yaitu hidup melarat.
Meskipun hidup miskin, tapi nyali Haji Agus Salim sungguh luar biasa. Jika tidak setuju, maka ia tak akan mengubah pendiriannya hanya karena keadaannya yang pas-pasan. Salah satu contohnya, dia memilih keluar dari media yang memaksanya menuruti kemauan pemiliknya, yakni orang Belanda. Padahal saat itu ia harus menanggung hidup 6 anaknya.
Temannya mengejek bahwa tindakannya salah, apa yang ia lakukan justru membuatnya miskin. Namun, dengan sikapnya yang keras kepala dan mendengarkan suara hati, dia justru disegani dan dihormati oleh banyak orang Belanda.
2. Tidak Menggurui Tapi Memberi Solusi.
GOOGLE/www.merdeka.com |
Suatu ketika, generasi muda yang mendapati kesulitan datang kepadanya untuk meminta solusi. Agus Salim pun dengan tegas memberikan pandangannya kepada anak-anak muda yang sedang menunggu solusi.
"Jawabannya ada di saudara-saudara. Ini persoalan saudara, bukan saya. Lihat anak saya (sambil menunjukkan anak kecilnya), kalau dia kugendong terus, maka tidak akan bisa berjalan. Biarlah dia mencoba berjalan, jatuh sekalipun, maka dia akan beroleh pengalaman,” kata Agus Salim seperti yang diceritakan oelh Natsir.
4. Agus Salim Tidak Emosional.
GOOGLE/www.merdeka.com |
Suatu hari dalam sebuah rapat Sarekat Islam (SI), Haji Agus Salim mendapat ejekan dari Muso, tokoh Si Merah yang berhaluan komunis, sedangkan Agus Salim adalah SI Putih.
Dalam buku Mengikuti Jejak H Agus Salim dalam Tiga Zaman karangan Untung S, pada awalnya Muso memulai ejekan itu ketika berada di podium. "Saudara saudara, orang yang berjanggut itu seperti apa?"
"Kambing!" jawab para hadirin.
"Lalu, orang yang berkumis itu seperti apa?"
"Kucing!"
Haji Agus Salim sadar sedang menjadi sasaran ejekan Muso karena dialah yang memelihara jenggot dan kumis. Tak ia tak langsung emosi. Saat gilirannya berpidato tiba, ia tak mau kalah.
"Saudara-saudara, orang yang tidak berkumis dan tidak berjanggut itu seperti apa?"
"Hadirin berteriak riuh," Anjing!"
"Saudara-saudara, orang yang tidak berkumis dan tidak berjanggut itu seperti apa?"
"Hadirin berteriak riuh," Anjing!"
5. Berani Memberitakan Fakta (Penderitaan Buruh di Pedalaman Jawa, Sumatera dan kalimantan.
GOOGLE/www.merdeka.com |
Sebagai pemimpin surat kabar Fadjar Asia, Haji Agus Salim berani turun tangan ke lapangan untuk melihat keadaan buruh di pedalaman Jawa, Kalimantan, dan Sumatera. Dengan berani ia memberitakan tentang keadaan buruh-buruh yang diperas tenaganya dengan upah sangat minim.
Agus Salim sangat sedih melihat rakyat Indonesia dipaksa kerja oleh pemerintah Hindia Belanda. Ia menceritakan bagaimana rakyat dipaksa membuka hutan belukar, diperas tenaganya dari matahari terbit sampai terbenam. Berkat itu, Himpunan Serikat Buruh Belanda (Nederlands Verbond va Vakverenigingen) mengangkat Agus Salim sebagai penasihat penuh di Konferensi Buruh Sedunia (ILO) yang berlangsung di Jenewa. (RED | WWW.BRILIO.NET)
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.