Usia Ahmad Boleh 'Senja', Semangatnya Tiada Tara

Ahmad Yunus (65), salah seorang pasukan kuning di Kabupaten Bima. 
METROMINI/Dok
KABUPATEN BIMA - Pengabdian sosok orang tua yang patit ditiru. Bagaimana tidak, Bapak Ahmad Yunus, warga Desa Naru, Kecamatan Woha, Kabupaten Bima menunjukkan pengabdianya yang tidak sekedar mengukur dari uang atau materi.

Sehari-harinya, Kakek yang telah menginjakkan usia lebih dari 60 tahun ini adalah salah seorang pasukan kuning (pembersih sampah-red) di lintasan jalan negara. Tepatnya, rute kerha Pak Ahmad mulai dari cabang Talabiu hingga Desa Godo, wilayah berdirinya kantor Bupati Bima, di Kecamatan Woha. 

Menjadi pasukan kuning adalah pekerjaan yang sudah digeluti selama puluhan tahun. Hingga usia yang kian senja dan menua, semangatnya membersihkan pinggi jalan negara itu rutin dan tetap dirunaikannya. Setelah subuh, dia mempersiapkan peralatannya. Biasanya, sekitar pukul 6.30 WITA, Oak Ahmad dan rekan-rekan pasukan kuning lainnya mulai membersihkan setiap bahu jalan negara di lokasi yang telah ditetapkan sebelumnya. 

"Menjadi pasukan kuning, tidaklah pekerjaan yang hina. Kami bangga dengan profesi ini, walau gaji tak seberapa, tapi ini pengabdian kami buat daerah," tutur Kakek yang sudah memiliki 4 cucu itu yang ditemui Kontributor Metromini pinggir troktoar usai dia bekerja, Senin, 15 Mei 2017 kemarin.

Ahmad Yunus (65), salah seorang pasukan kuning di Kabupaten Bima.
METROMINI/Dok
Ahmad mengaku, menyapu dan mengangkut sampah yang berceceran di sepanjang jalan sudah menjadi rutinitas dan bagian hidpnya. Malahan, kata Ahmad, ada yang kurang dalam hidupnya, jika tidak keluar rumah dan menggeluti rutinitasnya otu.

"Usai solat subuh saya sudah berangkat. Demikian pula dengan rekan-rekan pasukan kuning lainnya. Kalau saya, membersihkan jalan di lintasan Cabang Talabiu ini, sampai ke kantor Bupati yang baru. Setelah itu, langsung saya balik ke Desa Naru dan siap-siap untuk ke tambak atau ngak ke sawah di areal belakang rumah," tutur Ahmad, dengan santai dan tanpa beban di matanya.

Kontributor Metromini mengungkapkan, kisah Ahmad Yunus adalah sosok tauladan yang jarang bagi aparatur pemerintahan saat ini. Yang dilakukan Pak Ahmad, menurutnya, adalah fenomona yang terbalik dengan maraknya pemberitaan para abdi pemerintah yang semakin tinggi jabatannya harus merengek-rengek dan perhitungan dengan timbal balik, berapa nilai materi yang didapat untuk sebuah tanggung jawab yang harus dilaksanakan.

"Sungguh, potret kehidupan Pak Ahmad, seharusnya menjadi pelajaran buat kita semua. Bahwa pengabdian untuk tanah kelahiran tidak semata-mata harus diukur dengan uang saja. Saya mencintai pekerjaan saya dan selalu bersyukur pada hidup ini," ujarnya.

"Dan semestinya atas nama pengabdian, yang muda yang harus melihat itu sebagai contoh dan tauladan kita semua," ujar D'Egos, sapaan akrab Kontributor Metromini saat meliput aktivitas Pak Ahmad di Cabang Talabiu, Kabupaten Bima, kemarin. (RED)

Related

Pemerintahan 2301311799474938945

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.

emo-but-icon

FANSPAGE METROMINI

METROMINI VIDEO

Arsip Blog

Ikuti Tweet Metromini

item