Seorang Ibu, Pasutri dan 3 Balita Hidup 'Miskin' di Karara
https://www.metromini.info/2017/05/seorang-ibu-pasutri-dan-3-balita-hidup.html
Juriah (50) dan menantunya, hidup sederhana dan kondisi cucunya yang sakit, karena tak ada biaya pengobatannya pun pasrah dan diserahkan pada Yang Maha Kuasa. METROMINI/Agus Gunawan |
KOTA BIMA - Pasangan Suami istri (Pasutri) asal Desa Kamba, Kecamatan Waingapu, Nusa Tenggara Timur sudah satu setengah tahun mereantau di Pulau Sumbawa. Sebelumnya, Arif (38) dan Istrinya (Siti Nurbaya, Red) tinggal di Dompu. Namun, dia pun meninggalkan Dompu dan saat ini bersama istri dan ketiga anaknya yang masih balita serta Ibunya memilih tinggal di Kota Bima.
Kurang lebih lima bulan Arif dan keluarganya tinggal di Kota Bima, dan kini hidup mereka dalam keadaan ekonomi keluarga yang pas-pasan dan 'miskin'. Sungguh potret hidup yang memprihatinkan.
"Kami sebelumnya berasal dari Desa Kamba Jawa, Kecamatan Waingapu, Kabupaten Kilo Meter Empat. Kami berada di Kota Bima ini baru lima bulan Pak. Satu Tahun kita tinggal di Dompu. Saat ini, saya bersama Istri (Siti Nurbaya, Red) bersama ketiga anak kami tinggal dengan Ibu kandung Saya, Juriah (50)," ujar dia di tempat tinggalnya saat ini, Rabu, 10 Mei 2017 kemarin.
Di temui di Kediaman di RT.07/03, Lingkungan Karara, Kelurahan Monggonao, Kecamatan Mpunda, Nurbaya, Istri Arif terlihat tak banyak bicara. Selain mengenakan cadar sebagai keyakinannya berIslam, dia terlihat hanya menggendong buah hatinya yang ketiga yang baru berusia empat bulan dalam kondisi sakit sesak napas yang tak biasa.
Juriah, Ibu Arif mengungkapkan, anak arif yang ketiga bernama ini bernama Adit. Saat ini, Adit mengalami sakit sesak napas. Pernah di rawat di RSUD Bima, namun karena tak ada kemampuan ekonomi, Adit hanya dirawat inapkan lima hari saja di sana.
Kondisi rumah yang ditempati Arif dan keluarganya di Ling. Karara. METROMINI/Agus Gunawan |
"Kemarin cucu ketiga dari anak saya Arif masuk Rumah Sakit. Nama cucu saya itu Adit dan dia baru berumur empat bulan. Adit mengalami gejala sakit sesak napas. Hari Selasa (2/5/2017) lalu, kami harus membawanya keluar, karena kemampuan kami hanya untuk perawatan 5 hari saja untuk di rawat inap di RSUD Bima," ujar janda lanjut usia itu.
Kata Juriah, rasa sakit yang diderita oleh cucunya saat ini tidak ada upaya pengobatan yang bisa dia atau kedua orang tua adit lakukan.
"Kami hanya bisa berdoa dan serahkan semuanya sama Allah SWT. Mudah-mudahan cucu saya bisa sembuh dengan penyakit yang dialaminnya saat ini," ungkap dia dengan nadanya yang pelan dan terdengar sedih itu.
Diakuinya, tinggal di Kota Bima, sebenarnya bukan menjadi tujuan kami meninggalkan Nusa Tenggara Timur. Saat ini, keberadaan Juriah, anak, mantu dan ketiga cucunya tanpa ada keluarga atau handetolan yang dikenalnya.
"Kami hidup di sini sebatang karang. Tidak memiki Saudara, dan rumah yang kami tempatin ini pun milik orang. Untuk bayar listrik dan air, keberadaan kami hanya bisa merepotkan tetangga. Syukurnya, tetangga-tetangga di sini baik dan selalu membantu kami selama ini," ungkapnya.
Juriah mengatakan, dalam mendapatkan penghasilan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari, dia dan mantu serta anaknya membantu tetangga yang berjualan. Dan upah dari hasil penjualan milik tetangga baru, dibelanjakan untuk membeli beras dan yang lainnya.
"Selain upah yang didapat dari membantu jualan milik tetangga, kadang-kadang ada juga bantuan yang datangnya dari tetangga. Mereka kadang memberikan kami beras atau nasi, atau apapun untuk kami makan. Keadaan sudah seperti ini, mau bagaimana lagi. Saya dan keluarga kecil kami di sini harus bersukur. Untung kami masih bisa berkumpul, walau hidup seadanya di Kota Bima ini," tutup Juriah yang tak banyak angkat kepala memberikan keterangannya di rumah panggung yang di tempatinya saat ini. (RED)
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.