Selamatkan Bima Dari 'Free Sex'
https://www.metromini.info/2017/05/selamatkan-bima-dari-sex.html
Sepasang remaja berpacaran di pelataran tmur Museum ASI Mbojo, Jum'at (26/5/2017) sore. FACEBOOK/Khairunnisah Hamzah |
"Jika kamu tidak malu maka lakukanlah apa saja yang kamu mau! ( Al Hadits )"
OPINI - Kaget dan marah ketika muncul di Beranda Facebook berita pada Jum'at (26 Mei 2017) sepasang pelajar melakukan perbuatan mesum di Lokasi Musium Kesultanan Asi Mbojo. Tanpa rasa malu mereka melakukannya pada siang hari dan di depan banyak orang. Sungguh apa yang mereka lakukan telah menodai paling tidak tiga norma kehidupan.
Pertama norma budaya. Kita tahu bahwa mayoritas masyarakat Bima kita adalah muslim, dan masih menganggap mesum (berciuman atau berpelukan di depan umum) sebagai seseuatu yang tabu dilakukan apalagi di tempat terbuka–meski itu dilakukan oleh suami istri.
Kedua norma sosial, sungguh apa yang dilakukan kedua pelajar tidak beraadab tersebut telah mengusik nilai nilai kesopanan dalam kehidupan sosial, bagaimana tindakan yang seharusnya dilakukan di tempat tertutup dan privasi tetapi dilakukan ditempat terbuka tanpa lagi mengindahkan perasaan masyarakat sekitar. Bahkan yang melihatnya pun harus menutup mata karena malu.
Dan yang ketiga adalah norma agama. Saya yakin bahwa mereka berdua muslim, karena mereka mengenakan simbol islam berupa kerudung. Tetapi pemahaman sekuleriseme dan liberalisme telah menjalar kedalam pemahaman mereka. Meraka tidak memakai norma-norma dan aturan Islam dalam perbuatan mereka. Entah mereka sadar atau tidak akan sekularisme dalam diri mereka.
Pangkal masalah
Ilustrasi. GOOGLE/www.pekanews.com |
Perbuatan manusia dipengaruhi oleh sejumlah pemahaman dalam dirinya. Jika pemahamannya adalah pemahaman yang Islami, maka pasti akan menuntun perbuatan dan kecenderungannya kepada sesuatu yang bagus. Sebaliknya jika pemahamannya adalah liberal atau sekuler maka bisa dipastikan perbuatannya akan serba bebas dan menjauhkan agama dalam mengatur kehidupan, kecuali hanya dalam urusan urusan privat. Itu pun jika sempat.
Sehingga tidak jarang kita melihat seseorang dengan penampilan seolah meyakinkan dengan peci atau kerudung tetapi ternyata prilakunya tidak mencerminkan kepribadian Islam. Karena baju dan penampilan kadang menipu. Jika tidak dibangun dari pemahaman yang benar sesuai Islam.
Dalam diri manusia terdapat kepribadian, yang padanya dibangun dari Pola pikir dan pola sikap. Pola pikir adalah cara yang dipakai oleh seseorang untuk menghukumi sesuatu. Sementara pola sikap adalah cara yang dipakai oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan nalurinya. Jika cara yang dipakai adalah cara cara yang islami maka kepribadiannya adalah kepribadian yang Islami. Tetapi jika cara cara yang dipakai adalah cara cara yang tidak islami maka kepribadiannya bukanlah kepribadian yang islami.
Tidak jarang juga manusia dengan maslah split personality, yakni pola pikir islami. Artinya dia memahami banyak hukum hukum islam, tetapi pada saat yang sama pola sikapnya liberal dan tidak mau diatur oleh Islam. Atau pola sikap islami, tetapi pola pikirnya kosong dari nilai nilai Islam.
Manusia memiliki naluri melestarikan jenisnya ( Gharizatun Nau’ ). Manifestasinya dapat berupa tertarik kepada lawan jenis, cinta keluarga, rasa rindu dan bangga akan keturunan. dan naluri seperti memerlukan pemenuhan, meski tidak secara pasti. Artinya manusia tidak akan mati jika nalurinya ini tidak dipenuhi. Hanya saja dia akan merasa gelisah hingga terpenuhi.
Seorang muslim seharusnya memenuhi gharizatun nau’ nya dengan cara cara islami, misal dengan menikah. Dan tidak dengan pacaran karena hal itu hanya akan membawa manusia ke dalam penyesalan.
Maka jika seseorang memenuhi gharizatun nau’ nya ini dengan cara-cara liberal atau sekuler. Semisal ketertarikannya kepada lawan jenisnya dia penuhi dengan free sex atau pacaran, dengan alasan boleh saja asal suka sama suka. Maka saat itulah seseorang tersebut memiliki kepribadian yang tidak islami meski dia beragama islam alias sekuler. Kita bisa melihat di sekitar kita bagaimana seseorang tanpa rasa malu melampiaskan gharizatun nau nya di depan umum. Karena dalam pandangan mereka itu adalah hak mereka. Mereka menikmatinya karena menurut mereka apa yang dilakukannya tidak merugikan orang lain.
Solusi dalam Islam
Muhammad Ayyubi, Ketua Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Bima |
Paling tidak ada tiga cara yang bisa ditempuh untuk meminimalisir bahkan menghilangkan perilaku menyimpan tersebut. Pertama adalah dengan menanamkan nilai nilai ketaqwaan kepada setiap individu. Sehingga dengan taqwa di dadanya akan menjadi perisai bagi dia untuk melakukan kemaksiayatan termasuk pacaran dan perilaku ekshibisionisme atau kelainan mental yang dengan bangga memamerkan aktivitas seksualnya di depan umum. Tentu bagi orang yang bertaqwa akan malu dan risih melakukan kemaksiatan baik sendiri apalagi terbuka. Dan menginternalisasi nilai nilai ketaqwaan ini bisa dilakukan melalui pendidikan, kajian kajian rutin, pengajian rutin, halqah, atau semisalnya.
Kedua adalah kontrol masyarakat. Masyarakat tidak boleh abai dan acuh terhadap setiap kemaksiatan. Karena acuhnya mereka akan meligitimasi penyimpangan mereka. Kontrol masyarakat bisa dilakukan dengan mendorong penguasa dan aparat keamanan melakukan pembubaran dan penertiban. Dalam kata yang lain harus ada amar makruf nahi munkar sehingga setiap pelanggaran tidak mendapat tempat di dunia ini. Akan tetapi fenomena abainya aparat menjadi hal yang lumrah hari ini, sehingga memunculkan aksi aksi dari masyarakat maupun ormas untuk membasmi kejahatan.
Ketiga adalah peran serta negara. Negara sebagai institusi pelaksana dan pembuat UU bisa membuat peraturan yang malarang tidakan kriminal dan maksiat. Harus ada regulasi keberpihakan penguasa kepada kebaikan bukan sebaliknya. Karena jika tidak justru yang terjadi adalah kerusakan yang merata. Bahkan yang terpenting adalah penguasa harus menjadi perisai bagi rakyat dari setiap pemahaman pemahaman liberal dan sekular yang terbukti menejatuhkan manusia pada derajat hewan. Setuju?
Penulis adalah Ketua Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Bima.
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.