Petani di Sadia Keluhkan Kekurangan Air

Ilustrasi. GOOGLE/www.pikiran-rakyat.com
KOTA BIMA - Kondisi lahan pertanian di So Samporo, Kelurahan Sadia, Kecamatan Mpunda, Kota Bima dikeluhkan oleh para petani pemilik lahan di sana. 

Menurut petani, kondisi air di lahan pertaniannya kini mengalami kendala. Sebabnya, petani menduga karena proyek normalisasi sungai yang sedang berjalan di sekitar kantor Lurah Sadia saat-saat ini.


"Kawah pertanian di So Samporo kekurangan air. Hal ini karena kondisi paritnya rusak dan menghambat laju aliran sungai hingga menuju lahan pertanian warga," ujar Syamsudin, warga setempat, Jum'at pagi tadi.

Syamsudin bersama pemilik lahan lainnya mengeluhkan kekeringan di lahan pertanian mereka sejak pelaksanaan proyek normalisasi sungai dilakukan di Kelurahan mereka.

"Sejak adanya proyek normalisasi sungai sebagai upaya meminimalisir dampak banjir yang dilakukan pemerintah saat ini. Proyek itu berdampak pada kerusakan keberadaan parit yang mengaliri air sungai. Keadaan parit yang dilintasi sebagai jalan untuk lalulintas kendaraan proyek kini rusak dan menghambat lajur air," jelas dia.

Sebelumnya, Syamsudin mengaku, pernah mengkomunikasikan hal ini kepada pihak pelaksana proyek untuk menjaga kondisi parit agar tetap bisa berfungsi sebagai wadah laju air sungai ke areal persawahan. 

"Sebelumnya, kondisi ini sudah diupayakan minta solusi kepada oknum kontraktor proyek untuk jalan yang digunakan dalam proyek ini agar tetap memperhatikan kondisi paritnya. Namun himbauan kami tidak ada tanggapan," katanya.

Sementara itu, Pungga (penjaga aliran air) di So Samporo Sadia, Ahmad membenarkan kondisi lahan pertanian yang kering kerontang saat ini. 

"Biasanya air mengalir melalui parit dari sungai. Namun, air tidak bisa mengalir lagi, lantaran tersumbat tumpukan tanah proyek, untuk jalur kendaraan proyek normalisasi sungai saat ini," tandas Ahmad.

Kata dia, sementara ini, para petani mensiasasi untuk memasok air dilahannya dengan menggunakan mesin.

"Saat ini sudah kami coba pakai mesin air. Namun, air tidak bisa tersedot. Dan, harus menungu waktu beberapa hari lagi," cetus dia. 

Ahmad mengaku, lahan pertanian do So Samporo adalah lahan yang di sewa petani dari Yayasan Islam Bima. Biaya sewa yang dikeluarkan dan masih dikeluhkan nilainya yang mahal oleh petani, ditambah dengan macetnya aliran air tentu akan menjadi beban para petani yang mengelola lahan sewaan di areal itu. 

"Kami sudah laporkan ke Yasim juga. Tapi, belum ditindaklanjut," ujarnya

Ia dan petani lainya berharap agar Pemerintah Kota (Pemkot) Bima ataupun Pihak Yasim bisa menjembatani dan mencarikan solusi atas masalah ait ini. 

"Kami berharap pemerintah dan pihak terkait mendengar keluh kesah dan masalah air yang kami alami saat ini. Dengan kondisi macetnya air tentu dalam mengelola dan melakukan bercocok tanam hanya kerugian yang kami alami. Ya, kami mohon masalah ini segera dapat diselesaikan oleh pihak-pihak terkait," tutup Ahmad yang juga dikelilingi oleh para petani lain yang berharap hal ini segera diselesaikan secepatnya.  (RED)

Related

Pemerintahan 6378100131252635192

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.

emo-but-icon

FANSPAGE METROMINI

METROMINI VIDEO

Arsip Blog

Ikuti Tweet Metromini

item