Workshop Videografi, 'Akal-akalan' Kompas dan Dispar Provinsi
https://www.metromini.info/2017/04/workshop-videografi-kompas-dan-dispar.html
Kegiatan Workshop Videografi, di Museum ASI Mbojo Bima, Rabu (5/4/2017) pagi tadi. METROMINI/Agus Mawardy |
KOTA BIMA - Acara Workshop Videogtrafi yang di Dinas Pariwisata Provinsi Nuisa Tenggara Barat (NTB), di Musem ASI Mbojo-Bima, Rabu, 5 April 2017 dituding asal diselenggarakan dan penuh dengan asas pemanfaatan oleh kelompok tertentu.
Kegiatan yang diundang langsung oleh Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTB, H. L. Moh. Faozal, S.Sos, M, Si, namun pada sesi acara tidak ada pejabat atau pihak dari Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi NTB.
"Pihak Dinas Provinsi cuman datang kemarin (Selasa, 4/4/2017) sore dan mereka hanya mengantar EO (Event Organizer) yang katanya dari Kompas, lalu balik lagi ke Mataram," ucap ASN, seorang wanita asal Dispar Kota Bima yang tampak sedikit berperan dalam kegiatan itu, kepada Metromini, usai kegiatan di Musem ASI Bima, Rabu siang tadi.
Pantauan Metromini, kegiatan yang menyambut event nasional Festival Pesona Tambora (FPT) 2017,yang dimulai dari pukul 09.00 WITA itu, selain tak dihadiri pihak Dispar Provinsi NTB, tidak jug diikutsertakan pihak terkait soal Videografi. Pihak Pemerintah Kabupaten Bima pun tak ada. Di arena kegiatan workshop yang mensimulasikan penggunaan drone (alar pembuat foto/video di udara) hanya di ikuti jajaran pegawai dari Dispar Kota Bima, Komunitas Fotografer dan beberapa pewarta asal Bima.
Seorang peserta Agus Mawardy mengatakan, kegiatan ini tampak jelas sebatas melaksanakan program dan penghamburan anggaran di Dispar Propinsi NTB. Semestinya, kegiatan ini jangan dihelat di Bima, apalagi menggunakan pelataran Museum ASI Bima.
"Acara level media kompas dan gawe asal Pemerintah Provinsi, kok cari gratisan tempatnya di Pelataran Museum Bima. Yang bonafit dikit, cari hotel atau lokasi yang layak. Jika pun ini ada niatan cari untung, tidak memanfaatkan ASI Mbojo. Pemerintah terlalu menganggap enteng hal ini, padahal semua diakomodir oleh uang rakyat," tandas wartawan Metromini, yang merasa kegiatan ini tak jauh dari cara berdagang birokrasi semata dan akal-akalan Dispar Provinsi NTB dan Kompas.
Senada dengan Agus, peserta lainnya, Nasarudin pada sesi tanya jawab awalnya mengapresiasi. Namun, di tengah pengajuan pertanyaannya, Nas merasa bahwa kegiatan ini hanyalah penghamburan uang negara saja. Dan jika ini merupakan kegiatan milik Dispar NTB, dia merasa heran tak ada pejabat Dispar di kegiatan ini.
"Ini kegiatan sebenarnya bagus. Namun, membahas videografi, saya sangat sayangkan jika itu saja program yang dijadikan pilihan dalam menyambut FPT 2017. Harusnya, pihak Dispar ada di kegiatan ini. Yang saya lihat kok pegawai asal Dispar Kota saja," ujar Wartawan asal Kota Bima itu.
"Sementara pemilik aset Museum ASI pihak Pemkab Bima tak ada di sini. Ini acara hanya menghabiskan uang rakyat saja. Dan bicara vidografi, saya juga baru kali ini melihat drone, dan sebenarnya belum kami butuhkan saat ini. Output acara ini, tidak ada sama sekali manfaatnya," tambah Nasarudin yang di akhir acara ikut mendapat souvenir bersama 5 penanya lainnya, sebagai cinderamata dari Kompas.
Sementara itu, pihak Dinas Pariwisata Kota Bima, Julkarnain yang juga sebagai pemandu acara itu mengatakan, pihaknya di sini hanya membantu pelaksanaan program dari Dinas Pariwisata NTB.
"Kami hanya membantu dan mungkin ada honornya. Serta diharapkan untuk bisa mencarikan peserta dalam kegiatan ini," kata dia.
ASN Kota Bima, asal Dinas Kominfo pun menyayangkan kegiatan ini diselenggarakan tanpa persiapan dan koordinasi lintas Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang berhubungan dengan videografi.
"Sebenarnya acara ini harus menggandeng pihak Dinas Kominfo baik Kota dan Kabupaten Bima. Bicara soal drone untuk membuat videografi, ini berhubungan dengan frekuensi yang ranah nomenklaturnya adalah kewenangan Kominfo," tandas lelaki yang tak ingin menuangkan namanya itu.
Di sisi lain, pihak Kompas yang diwakili Event Officer, Novi Rianto mengatakan, pihaknya dalam kegiatan workshop videografi ini dimintai bantuan untuk menjadi fasilitator acara.
"Pihak Dispar bertemu kami. Mereka mengatakan ada kegiatan Workshop Videografi. Kami sebenarnya bukan Event Organizer (EO) tapi hanya memfasilitasi berjalannya kegiatan workshop ini," ungkap dia.
Kata dia, dari Kompas dalam mengikuti serangkaian program FPT 2017, yang berperan adalah Kompas Cetak, bukan Kompas TV dan Kompas Media online. (RED)
Kegiatan yang diundang langsung oleh Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTB, H. L. Moh. Faozal, S.Sos, M, Si, namun pada sesi acara tidak ada pejabat atau pihak dari Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi NTB.
"Pihak Dinas Provinsi cuman datang kemarin (Selasa, 4/4/2017) sore dan mereka hanya mengantar EO (Event Organizer) yang katanya dari Kompas, lalu balik lagi ke Mataram," ucap ASN, seorang wanita asal Dispar Kota Bima yang tampak sedikit berperan dalam kegiatan itu, kepada Metromini, usai kegiatan di Musem ASI Bima, Rabu siang tadi.
Pantauan Metromini, kegiatan yang menyambut event nasional Festival Pesona Tambora (FPT) 2017,yang dimulai dari pukul 09.00 WITA itu, selain tak dihadiri pihak Dispar Provinsi NTB, tidak jug diikutsertakan pihak terkait soal Videografi. Pihak Pemerintah Kabupaten Bima pun tak ada. Di arena kegiatan workshop yang mensimulasikan penggunaan drone (alar pembuat foto/video di udara) hanya di ikuti jajaran pegawai dari Dispar Kota Bima, Komunitas Fotografer dan beberapa pewarta asal Bima.
Seorang peserta Agus Mawardy mengatakan, kegiatan ini tampak jelas sebatas melaksanakan program dan penghamburan anggaran di Dispar Propinsi NTB. Semestinya, kegiatan ini jangan dihelat di Bima, apalagi menggunakan pelataran Museum ASI Bima.
"Acara level media kompas dan gawe asal Pemerintah Provinsi, kok cari gratisan tempatnya di Pelataran Museum Bima. Yang bonafit dikit, cari hotel atau lokasi yang layak. Jika pun ini ada niatan cari untung, tidak memanfaatkan ASI Mbojo. Pemerintah terlalu menganggap enteng hal ini, padahal semua diakomodir oleh uang rakyat," tandas wartawan Metromini, yang merasa kegiatan ini tak jauh dari cara berdagang birokrasi semata dan akal-akalan Dispar Provinsi NTB dan Kompas.
Senada dengan Agus, peserta lainnya, Nasarudin pada sesi tanya jawab awalnya mengapresiasi. Namun, di tengah pengajuan pertanyaannya, Nas merasa bahwa kegiatan ini hanyalah penghamburan uang negara saja. Dan jika ini merupakan kegiatan milik Dispar NTB, dia merasa heran tak ada pejabat Dispar di kegiatan ini.
"Ini kegiatan sebenarnya bagus. Namun, membahas videografi, saya sangat sayangkan jika itu saja program yang dijadikan pilihan dalam menyambut FPT 2017. Harusnya, pihak Dispar ada di kegiatan ini. Yang saya lihat kok pegawai asal Dispar Kota saja," ujar Wartawan asal Kota Bima itu.
"Sementara pemilik aset Museum ASI pihak Pemkab Bima tak ada di sini. Ini acara hanya menghabiskan uang rakyat saja. Dan bicara vidografi, saya juga baru kali ini melihat drone, dan sebenarnya belum kami butuhkan saat ini. Output acara ini, tidak ada sama sekali manfaatnya," tambah Nasarudin yang di akhir acara ikut mendapat souvenir bersama 5 penanya lainnya, sebagai cinderamata dari Kompas.
Sementara itu, pihak Dinas Pariwisata Kota Bima, Julkarnain yang juga sebagai pemandu acara itu mengatakan, pihaknya di sini hanya membantu pelaksanaan program dari Dinas Pariwisata NTB.
"Kami hanya membantu dan mungkin ada honornya. Serta diharapkan untuk bisa mencarikan peserta dalam kegiatan ini," kata dia.
ASN Kota Bima, asal Dinas Kominfo pun menyayangkan kegiatan ini diselenggarakan tanpa persiapan dan koordinasi lintas Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang berhubungan dengan videografi.
"Sebenarnya acara ini harus menggandeng pihak Dinas Kominfo baik Kota dan Kabupaten Bima. Bicara soal drone untuk membuat videografi, ini berhubungan dengan frekuensi yang ranah nomenklaturnya adalah kewenangan Kominfo," tandas lelaki yang tak ingin menuangkan namanya itu.
Di sisi lain, pihak Kompas yang diwakili Event Officer, Novi Rianto mengatakan, pihaknya dalam kegiatan workshop videografi ini dimintai bantuan untuk menjadi fasilitator acara.
"Pihak Dispar bertemu kami. Mereka mengatakan ada kegiatan Workshop Videografi. Kami sebenarnya bukan Event Organizer (EO) tapi hanya memfasilitasi berjalannya kegiatan workshop ini," ungkap dia.
Kata dia, dari Kompas dalam mengikuti serangkaian program FPT 2017, yang berperan adalah Kompas Cetak, bukan Kompas TV dan Kompas Media online. (RED)
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.