Giliran Tokoh Budaya Dompu Protes Soal Iklan FPT
https://www.metromini.info/2017/04/giliran-tokoh-budaya-dompu-protes-soal.html
Pendiri MAKKA (Majelis Sakaka Dana Dompu), Imran Kasiri. METROMINI/Agus Gunawan |
KABUPATEN DOMPU - Rasa kecewa yang bukan hanya dirasakan para pegiat Organisasi Pecinta Alam (PA) di Pulau Sumbawa pada umumnya.
Baca: Soal Iklan FPT: Konten dari Kemenpar, KOMPAS Hanya Publikasi
Dalam rilisnya ke Redaksi Metromini, Imran Kasiri, Pendiri MAKKA (Majelis Sakaka Dana Dompu) yang bergerak di Bidang Budaya dan Sejarah Dompu, pun mengambil sikap dan lantang memprotes kesalahan Kementrian Partiwisata dan juga Media Kompas yang mengekspose Iklan Promosi Festival Pesona Tambora tahun 2017 yang dinilai syarat pelecehan dan penghinaan itu, Sabtu, 1 April 2017.
"Kami sebagai Masyarakat Dompu menerima Tantangan Pak Kadis Pariwisa NTB seperti pernyatan di Media Online Kicknews.Today itu. Dalam berita yang mengungkap keinginan Kadis Pariwisata NTB Bersama-sama ke Gunung Tambora agar bisa melihat secara langsung dengan mata kepala, apakah foto latar itu Gunung Tambora atau yang lainnya," tegas Imran Kasiri dalam press rilisnya.
Baca: Tolak dan Boikot Festival Pesona Tambora itu Harga Mati
Menurutnya, Iklan dengan memuat gambar di latar setelah perubahan kesalahan Gunung Kelimutu itu adalah wajah puncak Gunung Tambora, pihaknya mempertanyakan kapan kesiapan Kepala Dinas Pariwisata NTB ingin mengunjungi Tambora?
"Kapan beliau bersedia ke Tambora. Silahkan tentukan waktunya, biar sama-sama kita ke sana dan memastikan foto promosi yang kedia itu puncak Tambora atau puncak gunung lain yang dicaplok atas kebodohan bersama pihak Kementrian Pariwisata dan penyelenggara yang mempublikasi tanpa melakukan verivikasi konten," tandas dia.
Menurutnya, Perusahaan Media Kompas itu perusahaan yang bonafit, sudah senior dan profesional.
"Harusnya konten atau materi yang disiarkan, perlu dilakukan verifikasi. Apalagi sudah ada kesalahan yang pertama dan dalam fase pembenahan. Kok fase pembenahan malah parah kesalahan yang dilakukan. Mestinya di rubah dengan gambar puncak Tambora, ini puncak gunung bromo yang diganti sebagai latar promosi kegiatannya," pungkasnya.
Ia menilan FPT ini sangat amatir, tidak profesional dan memandang keberaan masyarakat lokal hanya sebatas obyek dan komunitas sekunder yang terlihat bahwa kegiatan ini tidak memiliki konsep kearifan lokal dan berkontribusi secara sistimik kepada masyarakat luas.
"Kalau kegiatan ini hanya untuk formalitas dan menghamburkan uang rakyat, lebih baik di pending dan dipersiapkan lebih matang ke depannya," saran Imran Kasiri
"Seharusnya kekeliruan itu tidak terjadi. Dan saya tegaskan kembali, kalau dalam kegiatan tersebut tidak ada keterlibatan kearifan dan masyarakat lokal, jangan harap kesuksesan kegiatan tersebut dapat dicapai. Peranan dan kontribusi masyarakat lokal serta partisipasinya adalah faktor utama kesuksesan acara FPT ini. Jika masyarakat di sakiti. Apa yang mau diharapkan dari kegiatan berskala nastional bahkan dunia ini," tutup dia. (RED)
Baca juga:
Baca: Soal Iklan FPT: Konten dari Kemenpar, KOMPAS Hanya Publikasi
Dalam rilisnya ke Redaksi Metromini, Imran Kasiri, Pendiri MAKKA (Majelis Sakaka Dana Dompu) yang bergerak di Bidang Budaya dan Sejarah Dompu, pun mengambil sikap dan lantang memprotes kesalahan Kementrian Partiwisata dan juga Media Kompas yang mengekspose Iklan Promosi Festival Pesona Tambora tahun 2017 yang dinilai syarat pelecehan dan penghinaan itu, Sabtu, 1 April 2017.
"Kami sebagai Masyarakat Dompu menerima Tantangan Pak Kadis Pariwisa NTB seperti pernyatan di Media Online Kicknews.Today itu. Dalam berita yang mengungkap keinginan Kadis Pariwisata NTB Bersama-sama ke Gunung Tambora agar bisa melihat secara langsung dengan mata kepala, apakah foto latar itu Gunung Tambora atau yang lainnya," tegas Imran Kasiri dalam press rilisnya.
Baca: Tolak dan Boikot Festival Pesona Tambora itu Harga Mati
Screen Berita di |
"Kapan beliau bersedia ke Tambora. Silahkan tentukan waktunya, biar sama-sama kita ke sana dan memastikan foto promosi yang kedia itu puncak Tambora atau puncak gunung lain yang dicaplok atas kebodohan bersama pihak Kementrian Pariwisata dan penyelenggara yang mempublikasi tanpa melakukan verivikasi konten," tandas dia.
Menurutnya, Perusahaan Media Kompas itu perusahaan yang bonafit, sudah senior dan profesional.
"Harusnya konten atau materi yang disiarkan, perlu dilakukan verifikasi. Apalagi sudah ada kesalahan yang pertama dan dalam fase pembenahan. Kok fase pembenahan malah parah kesalahan yang dilakukan. Mestinya di rubah dengan gambar puncak Tambora, ini puncak gunung bromo yang diganti sebagai latar promosi kegiatannya," pungkasnya.
Ia menilan FPT ini sangat amatir, tidak profesional dan memandang keberaan masyarakat lokal hanya sebatas obyek dan komunitas sekunder yang terlihat bahwa kegiatan ini tidak memiliki konsep kearifan lokal dan berkontribusi secara sistimik kepada masyarakat luas.
"Kalau kegiatan ini hanya untuk formalitas dan menghamburkan uang rakyat, lebih baik di pending dan dipersiapkan lebih matang ke depannya," saran Imran Kasiri
"Seharusnya kekeliruan itu tidak terjadi. Dan saya tegaskan kembali, kalau dalam kegiatan tersebut tidak ada keterlibatan kearifan dan masyarakat lokal, jangan harap kesuksesan kegiatan tersebut dapat dicapai. Peranan dan kontribusi masyarakat lokal serta partisipasinya adalah faktor utama kesuksesan acara FPT ini. Jika masyarakat di sakiti. Apa yang mau diharapkan dari kegiatan berskala nastional bahkan dunia ini," tutup dia. (RED)
Baca juga:
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.