Giling Jagung Pasca Panen di Sanggar, Tersendat
https://www.metromini.info/2017/04/giling-jagung-pasca-panen-di-sanggar.html
Kondisi jagung petani di Sanggar, Kabupaten Bima yang ditunda digiling karena kondisi cuaca yang tidak mendukung. METROMINI/Agus Gunawan |
KABUPATEN BIMA - Kondisi cuaca yang ekstrim di Kecamatan Sanggar membuat petani jagung setempat meradang. Pasalnya, pasca panen jagung bulan lalu, kondisi hujan yang hampir sebulan di Sanggar verdampak pada proses penggilingan jagung yang ditunda kurang lebih sebulan lamanya.
Baca: Antara Jagung dan Banjir
"Hujan yang berturut-turut hampir satu bulan, membuat kami menunda giling jagung yang sudah dipanen," ungkap Abdulah, warga Desa Piong,Kecamatan Sanggar yang ditemui Metromini, Kamis (6/4/2017) kemarin.
Kata Abdullah, jagung yang dipanennya sekitar dua minggu yang lalu, masih tersimpan dan belum juga digiling. Kata dia, sementara ini kondisi jagung terpaksa dilepaskan secara manual kulitnya dulu.
"Hampir dua minggu jagung saya belum berani digiling. Hujannya masih tinggi di sini, terpaksa kami mengupas kulitnya dulu agar jagung tidak rusak kondisinya," katanya.
Abdullah menambahkan, kondisi tahun ini berbeda dengan kondisi pasca panen di tahun sebelumnya di mana jagung langsung digiling dengan kulitnya pasca panen.
Baca juga: Petani Jagung di Sanggar Terancam Gagal Panen
"Kalau tahun lalu kami langsung giling dengan kulitnya. Sekarang, kalau tidak dikupas dulu kulitnya, kondisi biji jagung pasti rusak karena bijinya akan penuh dengan zat kapur. Kondisi ekstirm ini harus membuat kami menunda penggilingan. Dampaknya, selain melelahkan karena harus mengupas kulit jagung dan kalau pun biji jagung penuh kapur maka harga jagung dipastikan akan turun drastis," ujarnya. (RED)
Baca: Antara Jagung dan Banjir
"Hujan yang berturut-turut hampir satu bulan, membuat kami menunda giling jagung yang sudah dipanen," ungkap Abdulah, warga Desa Piong,Kecamatan Sanggar yang ditemui Metromini, Kamis (6/4/2017) kemarin.
Kata Abdullah, jagung yang dipanennya sekitar dua minggu yang lalu, masih tersimpan dan belum juga digiling. Kata dia, sementara ini kondisi jagung terpaksa dilepaskan secara manual kulitnya dulu.
"Hampir dua minggu jagung saya belum berani digiling. Hujannya masih tinggi di sini, terpaksa kami mengupas kulitnya dulu agar jagung tidak rusak kondisinya," katanya.
Abdullah menambahkan, kondisi tahun ini berbeda dengan kondisi pasca panen di tahun sebelumnya di mana jagung langsung digiling dengan kulitnya pasca panen.
Baca juga: Petani Jagung di Sanggar Terancam Gagal Panen
"Kalau tahun lalu kami langsung giling dengan kulitnya. Sekarang, kalau tidak dikupas dulu kulitnya, kondisi biji jagung pasti rusak karena bijinya akan penuh dengan zat kapur. Kondisi ekstirm ini harus membuat kami menunda penggilingan. Dampaknya, selain melelahkan karena harus mengupas kulit jagung dan kalau pun biji jagung penuh kapur maka harga jagung dipastikan akan turun drastis," ujarnya. (RED)
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.