Antara Jagung dan Banjir.
https://www.metromini.info/2017/04/antara-jagung-dan-banjir.html
Kondisi banjir bandang di Kota Bima, akhir desember 2016 lalu. FACEBOOK/Usmand Ganggang |
Alan Malingi |
Kepala Desa Kaowa di lereng Lambitu dengan bangga memaparkan keberhasilan tanaman jagung yang sangat membantu peningkatan pendapatan masyarakat di desanya dan bahkan bisa naik haji dan menyekolahkan anak. Hal senada juga dikemukakan oleh beberapa kepala desa dan warga di desa desa yang berada di pegunungan dan perbukitan.
Namun, saat ini warga yang berada di wilayah hilir telah merasakan akibat dari kerusakan hutan dan lingungan di wilayah hulu. Hujan dengan intensitas sedang lebat selama lebih dari dua jam saja telah mengakibatkan banjir di wilayah wilayaj hilir seperti di kota Bima. Kepanikan pun melanda jika langit pekat dan hitam memayung dari arah timur.
Salahkah warga di hulu saat ini menanam jagung,palawija dan kacang kacangan di wilayah hulu? Tentu tidak salah. Meskipun banyak celetukan yang muncul.
"Gara gara Jago Ake Mai kai ba Mbere re" (gara gara jagung inilah sehingga banjir datang).
Bupati Dompu, H. Bambang M. Yasin sedang duduk di atas sebuah batu pinggir sawah, memandang lepas ke arah hamparan tanaman jagung di Dompu, baru-baru ini. Budidaya jagung di Dompu sedang mendapat apresiasi bagus dari Presiden RI, Joko Widodo, 9 Januari 2017 lalu. Sumber foto: Suara NTB/ula | GOOGLE |
Baca: Ini Dampak Banjir di Dompu, Operator Exsa Belum Ditemukan
Sebenarnya pemerintah dapat mengupayakan bibit tanaman buah untuk warga di daerah hulu untuk mereka petik dalam jangka panjang. Sedangkan jagung dan kacang untuk satu sampai dua musim.
Jika lereng lereng pegunungan di sekitar kota dan kabupaten Bima ditanami tanaman buah buahan dan diserahkan pengelolaannya kepada masyarakat, maka proses rehabilitasi hutan dan lingkungan akan berjalan indah karena masyarakat telah memiliki tanaman buah sebagai komoditi dan pendapatan dalam jangka panjang. Sedangkan jagung dan kacang kacangan dalam jangka pendek.
Dalam 5 tahun, ketika tanaman buah itu tunbuh, maka hutan dan lereng perbukitan akan menghijau dengan tanaman buah. Kota dan kabupaten Bima akan menjadi obyek wisata agro. Apalagi jika masyarakat diberikan lagi bibit ternak sebagai tambahan usaha sebagai penopang pendapatan mereka.
Sekedar berbagi gagasan...........!
Oleh: Alan Malingi
Ketua Mekembo (Majelis Kebudayaan Mbojo)
Sumber Opini: https://www.facebook.com/alan.malingi?hc_ref=NEWSFEED&fref=nf
Baca juga:
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.