Aktivis, Budayawan Bahkan Preman Ingin Boikot FPT 2017
https://www.metromini.info/2017/04/aktivis-budayawan-bahkan-preman-ingin.html
Latar Promosi FPT yang tidak menggunakan latar Gunung Tambora namun berlatar Gunung Kalimutu (kiri) dan Gunung Bromo (kanan), menuai kecaman dan penolakan FPT itu digelar. FACEBOOK/Bima Mawardy |
KOTA BIMA - Tidak adanya tanggapan dan respon dari Pemerintah selaku pelopor acara Festival Pesona Tambora (FPT) dan pihak Event Organizer (EO), yang dipercayakan kepada salah satu media nasional di Ibukota (Kompas, Red), gelombang kecaman dan nada reaksioner pun kian lantang dikumandangkan.
"Sesuai adab dan istiadat, pelecehan ini harga mati untuk diperjuangkan. Jika pun keinginan pemuda memboikot FPT akan berdampak buruk pada asumsi masyarakat dunia terhadap orang bima, itu tidak menjadi soal. Mereka (Kementrian Pariwisata dan pihak EO) harus bertanggung jawab dan menyampaikan permakluman maaf atas pelecehan pemuatan promosi FPT 2017 ini," tegas Mulyaidin, Sekretaris Persatuan Masyarakat Sape-Lambu (PS-Salam) belum lama ini kepada Metromini.
Baca: Soal Iklan FPT: Konten dari Kemenpar, KOMPAS Hanya PublikasiDi sisi yang sama, Selasa, 4 April 2017 kemarin, para pelaku seni dan budaya bima, organisasi kemasyarakatan dan beberapa keterwakilan organisasi kepemudaan menggelar rapat secara mendadak. Mereka berkonsolidasi dan tegas menyampaikan sikapnya pada Festival Pesona Tambora yang digelar bulan Aril 2017 ini.
Kelompok ini, mengafiliasikan diri dengan nama Aliansi Penolakan Perayaan Festival Tambora (APPFT). Di dalamnya tergabung Dewan Kesenian Kota Bima, Komunitas Sarangge Mbojo (KSM), Persatuan Mahasiswa Sape Lambu (PS Salam) dan Forum Pengurus Karang Taruna (FPKT) Kota Bima.
Informasi yang dihimpun Metromini, pada rapat yang digelar di teras Museum ASI Mbojo Bima, APPFT akan menggelar aksi demonstrasi di dua kantor Pemerintahan di Bima.
"Kami akan menggelar demostrasi yang rencananya digelar Rabu, 5 April 2017 (hari ini, red) di depan kantor Bupati dan Wali Kota Bima. Disertai dengan aksi teatrikal dan pembagian brosur/pamflet serta pemasangan kain spanduk sepanjang 1 kilometer sebagai bentuk sikap dan meminta dukungan masyarakat dengan membubuhi tanda tangan di atasnya," ujar Ketua FPKT Kota Bima, Amirudin, S.Sos.
Ia menjelaskan, pada iklan promosi FPT kesan kesalahan yang tampaknya disengaja tidak ingin diklarifikasi. Bahkan cenderung melecehkan lagi. Menurut mantan Ketua BEM STISIP Bima itu, pihak 'pengeksploitasi' Gunung Tambora sangat sombong dan menganggap hal itu sebelah mata.
"Pemuatan promosi FPT di Kompas yang menggunakan latar gambar Gunung Kalimutu itu sangat disayangkan. Tambora sudan menjadi Taman Nasional. Tidak mungkin se-kelas Kementrian dan Media Kompas tidak tahu mana gambar gunung tambora. Diklarifikasi bukannya mengganti dengan Gunung Tambora, tapi dibuat kesalahan yhang lebih fatal dengan background gambar gunung bromo. Ini miris dan menyayat hari," ungkap Emo, sapaan akrab Amirudin yang juga pernah menjabar sebagai Ketua BEM di STISIP Mbojo-Bima.
Nada sikap yang sama juga disampaikan Ketua KSM Mbojo, Isnaini, S.Pdi. Ia mengecam keras dan meminta pihak Kementrian, Pemerintah Provinsi NTB dan pihak EO meminta maaf atas keteledoran ini.
Sebelumnya, anggota DPRD NTB pun menyampaikan sikapnya. Dan di sosial media Facebook pun nada-nada seirama kian didengungkan kelompok yang lainnya.
"Kami dari DMC (DahaMbojoClub) menolak festival tambora, dimana pencatutan gambar obyek wisata lain sebagai icon tambora adalah hal yang memalukan,.... karena telah mencoderai eksistensi tambora itu sendiri,....," ujar Mujahidin dalam akun Facebooknya bernama Ndaikaso Santuda Aby Hannah.
Seorang guru wanita, warga Kabupaten Dompu, Wasidan pun menyatakan pendapatnya. Dalam Facebook mengomentasi status Ndaikaso Santuda Aby Hannah, ia menuliskan:
"Bang ndaikaso santuda aby hannah....sy kira rangkaian acara FPT (menyqmbut Hut Kab.Dompu ke 202) itu Tidak Memalukan....Tp Muatan Media KOMPAS Itu yg Sangat MEMALUKAN..(kamipun GERAM dgn itu)..... ...jikalau civitas kota n kab Bima MEMBOIKOT itu adalah hakx....kami civitas Dompu hy bisa mengikuti sgla proses menyukseskan acara ini yg memeang sudah di POAC olh panitianya..... bagus juga tu wujud Boikotnya dengan Gerakan srentak untuk melestarikan Budaya MBOJO😊😊😊😊😊😊😊," ungkap akun Wasidan, Umihafiz Sidan, yang juga pernah menjadi Ketua BEM di STIT Sunan Giti Bima itu.
Sementara itu, tidak ingin tak ambil bagian soal pelecehan, seorang yang mengaku preman di Kota Bima pun yang menganggap gunung tambora adalah gunung keramat memperingati pihak penyelenggara terutama pihak media yang menyiarkan kesalahannya.
Rifaid, alias Mega RDK mengatakan jika tidak segera dimuat oleh Kompas penayangan klarifikasi iklan promosi FPT Tambora, dirinya akan mencari wartawan Kompas untuk diajari cara mengakui kesalahan.
"Kalau pemerintah saya tidak tau, yang jelas koran mana yang muat salah itu yang saya ingin cari tahu. Kok berani melecehkan gunung keramat tambora itu," kata dia yang dimintai keterangannya oleh Metromini belum lama ini.
Dia pun menduga, mungkin dengan didiamkannya kesalahan ini biar semakin heboh. Tapi, kata Mega, jangan kesalahan yang dijadikan bahan untuk promosi dan mengundang daya tarik.
"Itu kurang ngajar namanya. Catat baik-baik Pak Wartawan. Jangan bilang kesalahan ini disengaja, karena ingin mencari sensasi. Jika itu caranya, bukan lagi boikot acaranya, boikot sekalian saja sama panitianya," tandas dia via selullernya.
Kawah Gunung Tambora. FACEBOOK/Surahman Man Penolakan dari kalangan Budayawan pun disampaikan oleh Ketua Dewan Kesenian Kota Bima, Husain La Odet. Menurut Budayawan Bima itu, kegiatan FPT ini justru tidak melibatkan warga lokal, sebenarnya adalah alat untuk jualan yang dinikmati kalangan tertentu saja. Kata dia, dari tahun-tahun sebelumnya juga seperti itu. |
"Kegiatan ini tak lebih dari proyek segelintir orang yang mengeksploitasi tambora. Dan dengan tidak mengakomodirnya komunitas atau warga lokal yang jelas ini tak lebih dari kegiatan hura-hura dan jika pun diboikot itu lebih baik. Karena uang negara terselamatkan dan tidak dihamburkan secara percuma," tandasnya.
Odet pun menegaskan sikap boikot dan penolakan acara FPT yang sekedar seremonial belaka dan hanya kepentingan segelintir kelompok saja dengan sajak yang dibuatnya.
"Jangan pernah jadi babu di negeri sendiri"
Harga diri adalah memiliki sikap,
"Sikap hidup sebagai manusia !!
Sebab ini tanah bimaTanah tua
Yang mengajarkan adab hidup kepada anak-anaknya
Untuk saling menghargai dan percaya
Seumpama tanahnya para kesatria
YANG TAK PERNAH TUNDUK
APALAGI MENJADI BABU DI TANAHNYA
Dia akan berdiri dengan keyakinan itu....
"WALAU HARUS SENDIRI"
Sementara itu, pihak EO (Kompas) dan Dinas Pariwisata Provinsi NTB yang kabarnya akan mengadakan acara pelatihan videografi di Museum ASI Mbojo-Bima, Rabu (5/4/2017) pagi nanti. Pihak Redaksi Metromini akan mengklarifikasi dan mengkonfirmasi lanjut terkait penolokan dan boikot FPT 2017 yang disampaikan para sumber berita. (RED)
Baca juga:
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.