Tolak dan Boikot Festival Pesona Tambora itu Harga Mati
https://www.metromini.info/2017/03/tolak-dan-boikot-festival-pesona.html
Latar Promosi FPT yang tidak menggunakan latar Gunung Tambora namun berlatar Gunung Kalimutu (kiri) dan Gunung Bromo (kanan), menuai kecaman dan penolakan FPT itu digelar. FACEBOOK/Bima Mawardy |
KOTA BIMA - Kegiatan Festival Pesona Tambora (FPT) yang sedianya akan diselenggarakan tanggal 5 hingga 11 April 2017 mendatang, bukan saja menuai masalah dalam promosi yang dimuat salah satu media nasional Ibukota 'K', pada background (latar iklan) yang ditampilkan adalah latar Gunung Kalimutu di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Parahnya lagi, pada penerbitan iklan yang baru-baru beredar, kritikan publik NTB pada pemuatan iklan berlatar gunung Kalimutu bukannya diperbaiki dengan mengganti latar gunung tambora, melainkan digunakan latar gunung bromo. sontak, hal ini menuai kecaman bahkan penolakan kegiatan FPT itu dilaksanakan oleh berbagai kalangan.
Budayawan Bima misalnya, Husain Laodet menilai bahwa acara tahunan FPT semestinya diharapkan akan lebih baik dari tahun tahun sebelumnya.
"Tahun ini adalah kali ketiga perhelatan Festival Pesona Tambora (FPT). Dari tahun ke tahunnya, sebenarnya FPT ini selalu menyisahkan banyak persoalan, baik itu materi acara ataupun soal keterlibatan masyarakat pelaku wisata di 5 Kabupaten/Kota yang ada di Pulau Sumbawa," kata dia dalam rilisnya yang disampaikan ke redaksi Metromini, Jum'at, 31 Maret 2017.
Menurutnya, penyelenggara kegiatan, EO (Event Organizer) yang ditunjuk oleh pemerintah pusat dan bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB, setidaknya harus melakukan evaluasi atau monitoring setiap tahap proses maupun progres dari kinerja pihak penyelenggara.
"Dalam penerbitan media KOMPAS, baik itu isi konten yang dipublikasi dan promosi kegiatan, baik itu di spanduk, gambar di baligho dll. Hal ini menjadi sangat penting untuk dipikirkan dan dimonitor. Soalnya, materi acara kegiatan selama ini, seakan pihak penyelenggara tidak memiliki strategi kebudayaan dalam merumuskan konsep kegiatan, paling tidak melibatkan berbagai pihak lokal, mulai dari menggagas desain acara hingga pelaksanaannya," pungkas Ketua Dewan Kesenian Kota Bima itu.
Ditambahkannya, persoalan iklan yang tayangkan EO di media KOMPAS, di mana foto sebagai background/latar poster FPT, yang terpampang adalah Gunung Kalimutu (NTT) dan tidak mencantumkan foto Gunung Tambora, yang merupakan destinasi vulkanik dunia, hal ini tentu sangat disesalkan banyak pihak.
"Ini kebangetan jika media nasional sekelas KOMPAS tidak faham gambar Gunung Tambora. Apakah kegiatan FPT ini bisa dianggap profesional? Saya kira FPT hanyalah sebuah acara seremonial, terbukti dengan poster promosi saja mereka tidak serius menggarap event yang cukup banyak menghabiskan anggaran negara ini," tukasnya.
Jika dianalisa dari berbagai item kegiatan yang direncanakan oleh panitia FPT, ia pun mempertanyakan apakah hal ini bersentuhan langsung dengan penerima manfaat yakni masyarakat di Pulau Sumbawa?
"Kira-kira apa kegiatan yang mampu mendorong peningkatan kesejahteraan secara ekonomi atau meningkatnya kesediaan fasilitas yang memadai bagi Gunung Tambora itu sendiri yang notabene kini menjadi Taman Nasional! Bagaimana perlakuan Taman Nasional ini, apakah memenuhi standar kelayakan? Atau hanya buat jargon yang nggak jelas?," tutur dia penuh tanya.
Ia mengungkapkan pula, jia dibayangkan oleh semua orang Gunung Tambora di samping dikenal dengan kawahnya yang berdiameter super dengan berbagai spesies flora dan fauna yang alami dan subur di dalamnya. Belum lagi keberadaan Padang Savana yang luar biasa indahnya. Kondisi saat ini, diakuinya, sudah berubah menjadi 'lautan' tumbuhan tebu, dari Pekat sampai Doroncanga.
":Jika demikian kondisinya, lalu apakah yg memikat lagi bagi Tambora? Dari savana kita bisa melihat utuh keanggunan Gunung Tambora yang pernah tercatat oleh manusia sebagai Gunung Api terbesar yang telah tercatat dalam sejarah hidup manusia," ungkapnya.
Ia melanjutkan, pertanyaannya lagi, apakah Taman Nasional bisa dijamah sesuka hati atas nama pembangunan? Atau demi kepentingan ekonomis atau bisnis yang tanpa aturan yang bisa membatasinya, sehingga kegiatan eksploitatif mudah dilakukan di Tambora?
"Mengapa Taman Nasional Tambora berbeda perlakuannya dengan Taman Nasional Komodo misalnya?Kita berharap Pemerintah {rovinsi dan Pemda se Pulau Sumbawa untuk bersuara. Memberikan respek terhadap berbagai persoalan destinasi tambora yang dijadikan komoditi industri wisata tanpa mempertimbankan aspek sosial budaya masyarakat daerah setempat," ucap dan harap Bang Odet, nama sapaan akrabnya.
Diakuinya, iklan FPT tapi isi gambar foto gunung yang lain sebagi promosi sebuah destinasi wisata itu adalah pelecehan. Kata dia, sampai hari ini sama sekali pihak penyelenggara (Baca: Kompas) belum minta maaf secara terbuka atas kesalahan yang dinilai fatal terebut. Dan parahnya lagi, proses perbaikan makin menyayat hati. Bukannya, latar diganti dari Gunung Kalimutu menjadi puncak kawah Gunung Tambora. Pada promosi iklan di Kompas yang saat ini beredar di dunia maya, Gunung Kalimutu diganti dengan latar Gunung Bromo.
"Amis, parah, kacau, pelecehan sungguh sangat amatir dan sangat disayangkan," sumpal pemilik akun Facebook Hasain Laodet II itu disertai sumpah serapahnya.
Dia sedikit menceritakan juga, jika tahun lalu FPT ada bumbu goyang Trio Macan, sekarang pelecehan lagi dengan publikasi EO atau pihak penyelenggara yang kian parah pada proses perbaikannya
"Wajar saja warga di Pulau Sumbawa memprotes dan berteriak lantang, boikot acara yang jelas-jelas tidak profesional seperti itu. Kalau bisa ditiadakan saja, dari pada menghabiskan anggaran negara dan uang rakyat semata," tukiknya.
Di sisi lain, Politisi di DPRD NTB bereaksi atas terbitnya iklan Festival Pesona Tambora di sebuah media nasional. Kesalahan itu dinilai fatal, karena pada gambar justru muncul Danau Kelimutu, NTT.
Dilansir dari situs berita kicknews.today, Menurut Ketua Komisi III DPRD NTB mengatakan, jika pemuatan kawah Kelimutu itu memang kesalahan Kemenpar, maka Dinas Pariwisata harus protes ke Pusat.
“Jangan sampai jualan kita ini malah mendatangkan kekecewaan. Di gambar ada air, padahal di Tambora tidak ada air. Kita jual sejarah, histori,” protesnya, Kamis (30/3/2017) kemarin.
Sementara itu, nada yang sama juga di sampaikan oleh Ketua Pengurus Karang Taruna Kota Bima. Amirudin, S.Sos menilai dari kegiatan FPT yang diselenggarakan kala perayaan dua abad tambora tahun lalu, volume sampah yang sangat dasyat tidak menjadi atensi pihak penyelenggara untuk membersihkan kawasan destinasi wisata dunia yang dimiliki masyarakat Pulau Sumbawa itu.
"Panitia penyelenggara tidak bertanggungjawab atas sampah yang mereka tinggalkan. Apakah sinkron dengan sebutan Taman Nasional? Sangat anomally dan benar-benar ini eksploitatif kepentingan segelintir pihak pusat dibalik keindahan dan nilai jual Gunung Tambora," tuturnya.
Untuk itu, dia yang saat ini menjabat sebagai Ketua Forum Pengurus Karang Taruna (FPKT) Kota Bima menolak keras dan memboikot dan menolak seluruh rangkaian kegitan FPT bulan April 2017 mendatang. Ditegaskannya pun, penolakan tersebut harga mati.
"Ini sudah melecehkan adat istiadat dan leluhur kami yg mendiami 4 kerajaan di kawasan Gunung Tambora. Keberadaan Gunung Tambora adalah cikal bakal dari 5 kabupaten/kota di Pulau Sumbawa. Dan dengan memasang foto Gunung Kelimutu dan Gunung Bromo sebagai latar promosi pesona tambora ini adalah pelecehan. Dan harga bayarannya hanyalah boikot dan penolakan acara tersebut diselenggarakan," tutup mantan Ketua BEM STISIP Mbojo Bima yang juga memiliki nama Facebook Ncuhi Dara itu.
Namun dari informasi yang dihimpun Metromini di salah satu status Facebook Ardian Jose Samsa menulis, "Volcano Caracter Politisi Pulau Sumbawa, Johan Rosihan di Udayana Mataram Mulai Memanas. Sebagai reprentasi politik masyarakat Sumbawa-KSB (Pulau Sumbawa) di DPRD NTB, Johan Rosihan, menggunakan hak konstitusinya dan mewakili ketersinggungan Pulau Sumbawa atas materi periklanan event Fest Pesona Tambora 2017 yang menampilkan gambar Danau Kalimutu, keberadaannya bukan di Pulau Sumbawa, akan tetapi di NTT."
Komentator dengan nama Abraham Nur Syarif membalas di tengah diskusi komentar status tersebut menyatakan bahwa, "saya dpt info dri EO lokal mrk sdh klarifikasi di dispar propinsi bahwa itu design bukan dr EO mrk. Smua design dr kami sdh di edarkan sesuai buku panduan saat launching tgl 23 maret di jkt dan baliho di mataram jg sdh terpasang tdk ada gambar gunung kalimutu... Berikut penampakan baligonya," tuturnya.
Namun, pemilik akun Facebook Abraham Nur Syarif yang dikonfirmasi lanjut Reporter Metromini terkait penanggung jawab dalam kesalahan tersebut, tidak menggubris lebih lanjut. (RED | WWW.KICKNEWS.TODAY)
Parahnya lagi, pada penerbitan iklan yang baru-baru beredar, kritikan publik NTB pada pemuatan iklan berlatar gunung Kalimutu bukannya diperbaiki dengan mengganti latar gunung tambora, melainkan digunakan latar gunung bromo. sontak, hal ini menuai kecaman bahkan penolakan kegiatan FPT itu dilaksanakan oleh berbagai kalangan.
Budayawan Bima misalnya, Husain Laodet menilai bahwa acara tahunan FPT semestinya diharapkan akan lebih baik dari tahun tahun sebelumnya.
"Tahun ini adalah kali ketiga perhelatan Festival Pesona Tambora (FPT). Dari tahun ke tahunnya, sebenarnya FPT ini selalu menyisahkan banyak persoalan, baik itu materi acara ataupun soal keterlibatan masyarakat pelaku wisata di 5 Kabupaten/Kota yang ada di Pulau Sumbawa," kata dia dalam rilisnya yang disampaikan ke redaksi Metromini, Jum'at, 31 Maret 2017.
Menurutnya, penyelenggara kegiatan, EO (Event Organizer) yang ditunjuk oleh pemerintah pusat dan bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB, setidaknya harus melakukan evaluasi atau monitoring setiap tahap proses maupun progres dari kinerja pihak penyelenggara.
"Dalam penerbitan media KOMPAS, baik itu isi konten yang dipublikasi dan promosi kegiatan, baik itu di spanduk, gambar di baligho dll. Hal ini menjadi sangat penting untuk dipikirkan dan dimonitor. Soalnya, materi acara kegiatan selama ini, seakan pihak penyelenggara tidak memiliki strategi kebudayaan dalam merumuskan konsep kegiatan, paling tidak melibatkan berbagai pihak lokal, mulai dari menggagas desain acara hingga pelaksanaannya," pungkas Ketua Dewan Kesenian Kota Bima itu.
Ditambahkannya, persoalan iklan yang tayangkan EO di media KOMPAS, di mana foto sebagai background/latar poster FPT, yang terpampang adalah Gunung Kalimutu (NTT) dan tidak mencantumkan foto Gunung Tambora, yang merupakan destinasi vulkanik dunia, hal ini tentu sangat disesalkan banyak pihak.
"Ini kebangetan jika media nasional sekelas KOMPAS tidak faham gambar Gunung Tambora. Apakah kegiatan FPT ini bisa dianggap profesional? Saya kira FPT hanyalah sebuah acara seremonial, terbukti dengan poster promosi saja mereka tidak serius menggarap event yang cukup banyak menghabiskan anggaran negara ini," tukasnya.
Jika dianalisa dari berbagai item kegiatan yang direncanakan oleh panitia FPT, ia pun mempertanyakan apakah hal ini bersentuhan langsung dengan penerima manfaat yakni masyarakat di Pulau Sumbawa?
"Kira-kira apa kegiatan yang mampu mendorong peningkatan kesejahteraan secara ekonomi atau meningkatnya kesediaan fasilitas yang memadai bagi Gunung Tambora itu sendiri yang notabene kini menjadi Taman Nasional! Bagaimana perlakuan Taman Nasional ini, apakah memenuhi standar kelayakan? Atau hanya buat jargon yang nggak jelas?," tutur dia penuh tanya.
Ia mengungkapkan pula, jia dibayangkan oleh semua orang Gunung Tambora di samping dikenal dengan kawahnya yang berdiameter super dengan berbagai spesies flora dan fauna yang alami dan subur di dalamnya. Belum lagi keberadaan Padang Savana yang luar biasa indahnya. Kondisi saat ini, diakuinya, sudah berubah menjadi 'lautan' tumbuhan tebu, dari Pekat sampai Doroncanga.
":Jika demikian kondisinya, lalu apakah yg memikat lagi bagi Tambora? Dari savana kita bisa melihat utuh keanggunan Gunung Tambora yang pernah tercatat oleh manusia sebagai Gunung Api terbesar yang telah tercatat dalam sejarah hidup manusia," ungkapnya.
Ia melanjutkan, pertanyaannya lagi, apakah Taman Nasional bisa dijamah sesuka hati atas nama pembangunan? Atau demi kepentingan ekonomis atau bisnis yang tanpa aturan yang bisa membatasinya, sehingga kegiatan eksploitatif mudah dilakukan di Tambora?
"Mengapa Taman Nasional Tambora berbeda perlakuannya dengan Taman Nasional Komodo misalnya?Kita berharap Pemerintah {rovinsi dan Pemda se Pulau Sumbawa untuk bersuara. Memberikan respek terhadap berbagai persoalan destinasi tambora yang dijadikan komoditi industri wisata tanpa mempertimbankan aspek sosial budaya masyarakat daerah setempat," ucap dan harap Bang Odet, nama sapaan akrabnya.
Diakuinya, iklan FPT tapi isi gambar foto gunung yang lain sebagi promosi sebuah destinasi wisata itu adalah pelecehan. Kata dia, sampai hari ini sama sekali pihak penyelenggara (Baca: Kompas) belum minta maaf secara terbuka atas kesalahan yang dinilai fatal terebut. Dan parahnya lagi, proses perbaikan makin menyayat hati. Bukannya, latar diganti dari Gunung Kalimutu menjadi puncak kawah Gunung Tambora. Pada promosi iklan di Kompas yang saat ini beredar di dunia maya, Gunung Kalimutu diganti dengan latar Gunung Bromo.
"Amis, parah, kacau, pelecehan sungguh sangat amatir dan sangat disayangkan," sumpal pemilik akun Facebook Hasain Laodet II itu disertai sumpah serapahnya.
Dia sedikit menceritakan juga, jika tahun lalu FPT ada bumbu goyang Trio Macan, sekarang pelecehan lagi dengan publikasi EO atau pihak penyelenggara yang kian parah pada proses perbaikannya
"Wajar saja warga di Pulau Sumbawa memprotes dan berteriak lantang, boikot acara yang jelas-jelas tidak profesional seperti itu. Kalau bisa ditiadakan saja, dari pada menghabiskan anggaran negara dan uang rakyat semata," tukiknya.
Salah seorang anggota DPRD NTB pun menyorot soal promosi FPT. GOOGLE/Kicknews |
Dilansir dari situs berita kicknews.today, Menurut Ketua Komisi III DPRD NTB mengatakan, jika pemuatan kawah Kelimutu itu memang kesalahan Kemenpar, maka Dinas Pariwisata harus protes ke Pusat.
“Jangan sampai jualan kita ini malah mendatangkan kekecewaan. Di gambar ada air, padahal di Tambora tidak ada air. Kita jual sejarah, histori,” protesnya, Kamis (30/3/2017) kemarin.
Kawah Gunung Tambora. FACEBOOK/Surahman Man |
"Panitia penyelenggara tidak bertanggungjawab atas sampah yang mereka tinggalkan. Apakah sinkron dengan sebutan Taman Nasional? Sangat anomally dan benar-benar ini eksploitatif kepentingan segelintir pihak pusat dibalik keindahan dan nilai jual Gunung Tambora," tuturnya.
Untuk itu, dia yang saat ini menjabat sebagai Ketua Forum Pengurus Karang Taruna (FPKT) Kota Bima menolak keras dan memboikot dan menolak seluruh rangkaian kegitan FPT bulan April 2017 mendatang. Ditegaskannya pun, penolakan tersebut harga mati.
"Ini sudah melecehkan adat istiadat dan leluhur kami yg mendiami 4 kerajaan di kawasan Gunung Tambora. Keberadaan Gunung Tambora adalah cikal bakal dari 5 kabupaten/kota di Pulau Sumbawa. Dan dengan memasang foto Gunung Kelimutu dan Gunung Bromo sebagai latar promosi pesona tambora ini adalah pelecehan. Dan harga bayarannya hanyalah boikot dan penolakan acara tersebut diselenggarakan," tutup mantan Ketua BEM STISIP Mbojo Bima yang juga memiliki nama Facebook Ncuhi Dara itu.
Namun dari informasi yang dihimpun Metromini di salah satu status Facebook Ardian Jose Samsa menulis, "Volcano Caracter Politisi Pulau Sumbawa, Johan Rosihan di Udayana Mataram Mulai Memanas. Sebagai reprentasi politik masyarakat Sumbawa-KSB (Pulau Sumbawa) di DPRD NTB, Johan Rosihan, menggunakan hak konstitusinya dan mewakili ketersinggungan Pulau Sumbawa atas materi periklanan event Fest Pesona Tambora 2017 yang menampilkan gambar Danau Kalimutu, keberadaannya bukan di Pulau Sumbawa, akan tetapi di NTT."
Komentator dengan nama Abraham Nur Syarif membalas di tengah diskusi komentar status tersebut menyatakan bahwa, "saya dpt info dri EO lokal mrk sdh klarifikasi di dispar propinsi bahwa itu design bukan dr EO mrk. Smua design dr kami sdh di edarkan sesuai buku panduan saat launching tgl 23 maret di jkt dan baliho di mataram jg sdh terpasang tdk ada gambar gunung kalimutu... Berikut penampakan baligonya," tuturnya.
Namun, pemilik akun Facebook Abraham Nur Syarif yang dikonfirmasi lanjut Reporter Metromini terkait penanggung jawab dalam kesalahan tersebut, tidak menggubris lebih lanjut. (RED | WWW.KICKNEWS.TODAY)
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.