Sakit Batu Ginjal, Abdullah pun 'Sakit' Biaya Penyembuhan
https://www.metromini.info/2017/03/sakit-batu-ginjal-abdullah-pun-biaya.html
H. Abdullah (65), warga Desa Piong, Kecamatan Sanggar, Kabupaten Bima, penderita sakit batu ginjal selama 3 tahun. FOTO: Agus Gunawan/METROMINI |
KABUPATEN BIMA - Sudah tiga tahun H. Abdullah (65) menderita batu ginjal. Di tengah usianya yang kian senja, semangat ingin menyembuhkan penyakitnya pun tak kunjung padam.
Namun, kondisi ekonomi H. Abdullah, warga Desa Piong, Kecamatan Sanggar, Kabupaten Bima sejauh ini tak setara dengan semangatnya yang ingin sembuh. Kondisinya kini hanya menunggu nasib, lantaran pihak keluarga sudah pasrah karena kondisi ekonomi yang tak memadai lagi.
Di kediamannya di RT. 05/RW 02, Metromini mengunjungi H. Abdullah. Sakit Batu ginjal yang beliau rasakan selalu berdampak pada perihnya bagian perut H. Abdullah. Karena sudah terbiasa dengan sakit yang ada, derita itu pun kian sanggup ditahannya selama tiga tahun terakhir ini.
Nuraini (37) salah satu anak H. Abdullah bercerita. Terakhir pengobatan terhadap ayahnya dilakukan pekan lalu.
"Minggu kemarin, kita sudah coba periksa ke Pukesmas Sanggar. Karena keterbatasan alat, kita mengambil rujukan untuk pemeriksa lebih lanjut ke Rumah Sakit (RS) Kabupaten Dompu," ucap Nur'aini, Rabu (1/3/2017) kemarin.
Setelah sampai di RS Dompu, sambung Nur'aini, hasil pemeriksaan menerangkan bahwa kondisi sakit batu ginjal yang dialami bapaknya kian parah. Disarankan pihak RS untuk melakukan obat lanjut atau rujukan ke Rumah Sakit di Mataram.
"Waktu diperiksa di Rumah Sakit Dompu, kata Dokter kalau keadaan batu ginjal Bapak sudah kian parah. Pihak RS menganjurkan kami untuk merujuk Bapak ke Mataram. Tujuannya dilakukan operasi," terang Nur'ani yang duduk bersama-sama Metromini dan juga keluarga besarnya itu.
Diakuinya, pihak keluarga saat ini tidak mampu merujuk H. Abdullah untuk berobat lanjut ke Mataram. Kendati kuat keinginan yang ada, namun kondisi ekonomi keluarga mereka yang tidak mendukungnya.
"Kami sebagai pihak keluarga sangat ingin sekali memberikan pengabdian yang terbaik untuk Bapak. Namun, kami tidak mampu melakukan itu semua, karena keterbatasan ekonomi," ujar dia dengan nada memelas.
Selanjutnya, Nur'ani pun mengaku tak lama Bapaknya dirawat di RS Dompu dan langsung dibawa kembali untuk berobat menanti kesembuhan yang diberikan nasib di rumahnya di Desa Piong, Kecamatan Sanggar.
"Kami membawa pulang lagi Bapak kita ke rumah. Kami hanya bisa berdoa saja, moga bapak kita bisa sembuh. dan kami berharap, pemerintah bisa membantu dan melihat keadaan bapak kita yang hanya bisa terbaring lemas hingga saat ini," tutup dia penuh harapnya. (RED)
Baca juga:
Namun, kondisi ekonomi H. Abdullah, warga Desa Piong, Kecamatan Sanggar, Kabupaten Bima sejauh ini tak setara dengan semangatnya yang ingin sembuh. Kondisinya kini hanya menunggu nasib, lantaran pihak keluarga sudah pasrah karena kondisi ekonomi yang tak memadai lagi.
Di kediamannya di RT. 05/RW 02, Metromini mengunjungi H. Abdullah. Sakit Batu ginjal yang beliau rasakan selalu berdampak pada perihnya bagian perut H. Abdullah. Karena sudah terbiasa dengan sakit yang ada, derita itu pun kian sanggup ditahannya selama tiga tahun terakhir ini.
Nuraini (37) salah satu anak H. Abdullah bercerita. Terakhir pengobatan terhadap ayahnya dilakukan pekan lalu.
"Minggu kemarin, kita sudah coba periksa ke Pukesmas Sanggar. Karena keterbatasan alat, kita mengambil rujukan untuk pemeriksa lebih lanjut ke Rumah Sakit (RS) Kabupaten Dompu," ucap Nur'aini, Rabu (1/3/2017) kemarin.
Setelah sampai di RS Dompu, sambung Nur'aini, hasil pemeriksaan menerangkan bahwa kondisi sakit batu ginjal yang dialami bapaknya kian parah. Disarankan pihak RS untuk melakukan obat lanjut atau rujukan ke Rumah Sakit di Mataram.
"Waktu diperiksa di Rumah Sakit Dompu, kata Dokter kalau keadaan batu ginjal Bapak sudah kian parah. Pihak RS menganjurkan kami untuk merujuk Bapak ke Mataram. Tujuannya dilakukan operasi," terang Nur'ani yang duduk bersama-sama Metromini dan juga keluarga besarnya itu.
Diakuinya, pihak keluarga saat ini tidak mampu merujuk H. Abdullah untuk berobat lanjut ke Mataram. Kendati kuat keinginan yang ada, namun kondisi ekonomi keluarga mereka yang tidak mendukungnya.
"Kami sebagai pihak keluarga sangat ingin sekali memberikan pengabdian yang terbaik untuk Bapak. Namun, kami tidak mampu melakukan itu semua, karena keterbatasan ekonomi," ujar dia dengan nada memelas.
Selanjutnya, Nur'ani pun mengaku tak lama Bapaknya dirawat di RS Dompu dan langsung dibawa kembali untuk berobat menanti kesembuhan yang diberikan nasib di rumahnya di Desa Piong, Kecamatan Sanggar.
"Kami membawa pulang lagi Bapak kita ke rumah. Kami hanya bisa berdoa saja, moga bapak kita bisa sembuh. dan kami berharap, pemerintah bisa membantu dan melihat keadaan bapak kita yang hanya bisa terbaring lemas hingga saat ini," tutup dia penuh harapnya. (RED)
Baca juga:
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.