Mitigasi Banjir Bandang Bima, Pemerintah Wajib Baca
https://www.metromini.info/2017/03/mitigasi-banjir-bandang-bima-pemerintah.html
Kondisi banjir bandang di bima, akhir desember 2016 lalu. FACEBOOK/Usmand Ganggang |
KOTA BIMA - Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri oleh aliran sungai. Secara sederhana banjir dapat didefinisikan sebagainya hadirnya air di suatu kawasan luas sehingga menutupi permukaan bumi kawasan tersebut.
"Dalam cakupan pembicaraan yang luas, kita bisa melihat banjir sebagai suatu bagian dari siklus hidrologi, yaitu pada bagian air di permukaan Bumi yang bergerak ke laut. Dalam siklus hidrologi kita dapat melihat bahwa volume air yang mengalir di permukaan Bumi dominan ditentukan oleh tingkat curah hujan, dan tingkat peresapan air ke dalam tanah," ungkap alumni SMAN 1 Kota Bima, angkatan lulus 2004, Sulaiman, kepada Metromini, Rabu, 29 Maret 2017,
Alumnus Geologi Universitas Hasanudin (Unhas) itu menganalogikan :
[Aliran Permukaan = Curah Hujan – (Resapan ke dalam tanah + Penguapan ke udara)].
Dijelaskannya, air hujan sampai di permukaan Bumi dan mengalir di permukaan Bumi, bergerak menuju ke laut dengan membentuk alur-alur sungai. Alur-alur sungai ini di mulai di daerah yang tertinggi di suatu kawasan, bisa daerah pegunungan, gunung atau perbukitan, dan berakhir di tepi pantai ketika aliran air masuk ke laut.
"Secara sederhana, segmen aliran sungai itu dapat kita bedakan menjadi daerah hulu, tengah dan hilir. Daerah hulu: terdapat di daerah pegunungan, gunung atau perbukitan. Lembah sungai sempit dan potongan melintangnya berbentuk huruf “V”. Di dalam alur sungai banyak batu yang berukuran besar (bongkah) dari runtuhan tebing, dan aliran air sungai mengalir di sela-sela batu-batu tersebut. Air sungai relatif sedikit. Tebing sungai sangat tinggi. Terjadi erosi pada arah vertikal yang dominan oleh aliran air sungai," Eman, sapaan akrab pemuda kelahiran Wawo itu menjelaskan.
Diterangkannya, daerah tengah: umumnya merupakan daerah kaki pegunungan, kaki gunung atau kaki bukit. Alur sungai melebar dan potongan melintangnya berbentuk huruf “U”. Tebing sungai tinggi. Terjadi erosi pada arah horizontal, mengerosi batuan induk. Dasar alur sungai melebar, dan di dasar alur sungai terdapat endapan sungai yang berukuran butir kasar. Bila debit air meningkat, aliran air dapat naik dan menutupi endapan sungai yang di dalam alur, tetapi air sungai tidak melewati tebing sungai dan keluar dari alur sungai.
Daerah hilir, sambung dia, umumnya merupakan daerah dataran. Alur sungai lebar dan bisa sangat lebar dengan tebing sungai yang relatif sangat rendah dibandingkan lebar alur. Alur sungai dapat berkelok-kelok seperti huruf “S” yang dikenal sebagai “meander”.
"Di kiri dan kanan alur terdapat dataran yang secara teratur akan tergenang oleh air sungai yang meluap, sehingga dikenal sebagai “dataran banjir”. Di segmen ini terjadi pengendapan di kiri dan kanan alur sungai pada saat banjir yang menghasilkan dataran banjir. Terjadi erosi horizontal yang mengerosi endapan sungai itu sendiri yang diendapkan sebelumnya," jelasnya.
Dari karakter segmen-segmen aliran sungai itu, ia menjelaskan, banjir merupakan bagian proses pembentukan daratan oleh aliran sungai. Dengan banjir, sedimen diendapkan di atas daratan. Bila muatan sedimen sangat banyak, maka pembentukan daratan juga terjadi di laut di depan muara sungai yang dikenal sebagai “delta sungai.”
"Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di selokan sungai," papar dia saat bertandang ke kantor Metromini pagi tadi.
Ia pun menjelaskan tentang banjir bandang, penyebab dan cara penanggulangannya. Kata dia, banjir bandang merupakan salah satu bencana yang sering “memakan” banyak korban. Waktu kejadiannya bisa dipastikan setelah hujan lebat atau di musim penghujan. Dalam istilah inggris, ada yang menamakan banjir bandang sebagai flash flood karena datangnya sangat cepat (flash) dan ada juga yang menamakannya debris flow (aliran bahan rombakan).
Menurutnya, dia lebih memilih istilah debris flow untuk banjir bandang karena ketika banjir bandang terjadi, hanya membawa bahan rombakan (air, tanah, batu, dan kayu). Bahan rombakan ini bisa menambah momentum air (massa x kecepatan) sehingga apa saja yang ada di depannya pasti disapu bersih.
Menurutnya juga, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya banjir bandang di Kota dan Kabupaten bima bebarapa waktu lalu. Antara lain:
1. Iklim
Dilihat dari beberapa tahun kebelakang, Iklim ekstrim dengan curah hujan tinggi di kota dan kabupaten bima terjadi secara periodik antara 3-5 tahun. Masih segar dalam ingatan bencana banjir beberapa tahun lalu di mana mendiang bapak Bupati Bima meninggal (Almarhum H. Ferry Zulkarnain) pasca melakukan kunjungan ke daerah banjir. (Mari kita berharap bencana banjir Bima bukanlah bencana tahunan).
"Curah hujan yang terjadi di atas rata-rata dalam waktu yang relatif lama, sehingga volume air yang besar tak seimbang dengan daya tampung. Curah hujan yang tinggi terjadi hampir diseluruh wilayah Bima beberapa waktu yang lalu, dengan intensitas yang cukup lama tentu menyebabkan volume air sangat banyak dan tidak mampu ditampung oleh sungai utama," jelasnya.
2. Topografi dan litologi daerah Kota dan Kabupaten Bima.
Kota Bima adalah daerah dataran rendah yang merupakan muara dari beberapa sungai yang berhulu di daerah Wawo, Dodu, Lela Mase, Nungga, dan Jatiwangi. Sehingga apabila debit air dari kelima sungai tersebut cukup besar maka besar kemungkinan Kota Bima akan tergenang banjir.
"Faktor pendukung lain adalah topografi perbukitan pada daerah hulu sungai dengan kemiringan lereng yang tinggi serta litologi penyusun yang berupa batuan vulkanik yang rentan terhadap pelapukan sehingga menyebabbkan tingkat erosi yang tinggi pada saat hujan. Hal ini menyebabkan air aliran permukaan akan membawa material-material hasil erosi dan kebanyakan akan diendapkan pada bagian tengah sungai membetuk bendungan-bendungan alami. Selain itu material hasil erosi yang terlarut dalan aliran permukaan dapat menyebabkan meningkatnya volume air yang akan masuk ke sungai utama," paparnya.
"Topografi yang terjal juga menyebabkan laju aliran air permukaan cukup deras dan proses resapan air ke dalam tanah menjadi berkurang. Kurangnya air yang mersap meyebabkan volume aliran air permukaan menjadi jauh lebih besar," ujar dia menambahkan.
3. Tutupan hutan yang terdapat tak seimbang dengan DAS serta kegiatan penambangan Illegal pada daerah Hulu
Hutan pada daerah hulu memiliki peran penting dalam menbantu air merasap kadalam tanah, mengurangi erosi permukaan, serta menahan laju aliran air permukaan seperti yang disebutkan di atas.
Kurangnya tutupan hutan dapat menyebabkan air hujan dapat langsung mengerosi permukaan tanah dan batuan yang lapuk, material-material berukuran pasir hingga kerikir dan bouder terus terbawa arus air hingga ke sungai-sungai utama dan menyebabkan volume air bertambah. Selain itu, sambung dia, hutan berfungsi untuk mengurangi penguapan air yang meresap ke dalam tanah sehingga ketersediaan air tanah tercukupi.
"Kegiatan penambangan Ilegal yang dilakukan pada daerah Hulu tentu dijalankan tanpa mengikuti kaedah penambangan yang semestinya. Sehingga, tingkat kerusakan yang ditimbulkan akan jauh lebih besar. Hubungan kegiatan penambangan tersebut dengan bencana banjir yang terjadi beberapa waktu lalu adalah: kegiatan penambangan merupakan penyumbang terbesar material tanah, pasir, kerikil dan boulder yang menyebabkan pendangkalan sungai. Material-material tersebut akan terbawa arus air secara terus-menerus. Apabila arus air tidak cukup dera maka akan terendapkan membentuk bendungan-bendungan alami penahan air pada bagian tengah sungai," ungkap dia.
4. Daerah Aliran Sungai (DAS) Utama dalam kondisi kritis telah mengalami pendangkalan dan sedimentasi. Serta kondisi bantaran sungai yang tidak stabil.
Pendangkalan dan sedimentasi kebanyakan terjadi pada daerah Hilir dan Tengah Sungai. Dalam Hal ini, ia mengatakan, di daerah bima pendangkalan dan sedimentasi terjadi di sepanjang aliran sungai di Kota Bima sampai daerah Kelurahan Lampe, Kecamtan Rasanae Timur.
"Seperti yang disebutkan di atas, sedimentasi yang terjadi secara terus-menerus menyebabkan terbentukanya bendungan-bendungan atau genangan-genangan air alami di sepanjang sungai. Genangan-genangan dan material sedimen tersebut akan menjadi masalah besar apabila curah hujan cukup tinggi sehingga volume aliran air mampu untuk menyapu semua material yang terendapkan tadi.
Dijelaskannya juga, kondisi bantaran sungai yang tidak stabil erat kaitannya dengan pemanfaatan daerah bantaran sungai (sempadan/tanggul sungai) yang berlebihan. Secara ideal sungai seharusnya memiliki yang disebut dengan sempadan (tanggul) sungai sehingga aliran air tidak serta-merta menggenangi daerah perkampungan apabila volume air besar. Erosi bantaran sungai diperparah oleh kegiatan pemanfaatan pasir dan kerikil (Sirtu) di sepanjang sungai Lampe dan Dodu," tuturnya.
5. Selanjutnya faktor Tata Ruang Kota dan Sampah di sepanjang Sungai
Pertanyaannya? kata dia, apakah pemanfaatan tata ruang itu sudah sesuai dengan peruntukan?
Menurutnya, sudah menjadi resiko bahwa perkembangan dan kemajuan kota akan memakan korban kerusakan lingkungan, pembangunan-pembangunan yang dilakukan tidak akan memperhatikan fungsi dan tata guna lahan tersebut.
Kata dia, daerah hilir (Kota Bima) memiliki topografi yang relatif datar sehingga seharusnya resapan air dapat bekerja dengan maksimal sehingga dampak banjir dapat berkurang. Akan tetapi pembangunan di sekitar daerah aliran sungai menyebabkan daerah resapan tersebut berkurang sehingga air dapat meluap kepemukiman penduduk.
"Secara Alami, bagian sungai di daerah hilir telah di desain untuk memiliki area-area resapan yang dapat mengurangi dampak banjir. Selain sempadan sungai, di daerah hilir terdapat bagian sungai yang berupa meander dan delta sebagai daerah resapan. Sehingga pembangunan bangunan fisik pada daerah-daerah tersebut dapat menyebabkan resapan air berkurang. Ketika volume air melebihi kapasitas sungai maka air akan memotong lurus daerah meander dan tidak mengikuti aliran sungai hal ini menyebabkan genangan pada pemukiman di daerah meander sungai," pungkasnya.
Dia pun menambahkan, selain itu lahan lahan mangrove dan rawa di daerah pesisir Kota Bima sangat efektif untuk mengurangi dampak banjir, sehingga pemanfaatan lahan-lahan tersebut untuk bangunan fisik dan penimbunan menyebabkan kurangnya daerah resapan, dapat meningkatkan resiko banjir. Selain dapat mengurangi dampak banjir, ketersediaan lahan mangrove dan rawa di pesisir dapat mengurangi intrusi air laut sehingga menjaga kwalitas air tanah di daerah perkotaan.
"Masalah lain adalah permasalahn sampah dan penyempitan aliran sungai menjadi salah satu faktor pendukung banjir di Kota Bima," ujarnya.
Dia melanjutkan, dilihat dari faktor penyabab di atas dan dikomparasikan dengan pembagian segmen-segmen sungai maka dia menyarankan beberapa langkah yang dapat diambil oleh Pemerintah Kota dan Kabupaten Bima untuk “mengurangi dampak bahaya banjir lima tahun kedepan”.
1. Daerah Hulu
Daerah Hulu DAS meliputi Kec Wawo, Lela Mase, Dodu, Nungga dan Jatiwangi. Penanggulangan banjir di daerah hulu, kata dia, dengan mudah dengan mengatakan program reboisasi dan hentikan penggundulan hutan.
Melihat daerah hulu sekarang, kata dia, ladang jagung yang menghapar luas sebagai mata pencaharian warga. Akan tetapi persoalan reboisasi daerah hulu bukanlah segampang membalikkan tepak tangan atau segampang melarang peladangan yang dilakukan oleh warga.
"Di sini tantangan untuk pemerintah bagaimana melihat, mangembangkan dan memanfaatkan potensi daerah hulu sehingga masyarakat tidak lagi melakukan penggundulan hutan," tandasnya.
Diakuinya, peladangan jagung dan padi adalah cara paling gampang warga pikirkan untuk mendapatkan pendapatan dan pemenuhan kebutuhan mereka. Mengingat sawah di daerah hulu sangat tidak memungkinkan untuk di kelola tiga kali setahun akibat kurangnya pengairan maka jalan pintas dari warga dalah merambah hutan untuk peladangan.
Lalu bagaimana langkah yang dapat pemerintah lakukan untuk mengkampanyekan Reboisasi?
Yang pertama, adalah bagaimana pemerintah dapat mengkampayekan reboisasi dengan tumbuhan produktif dan menghasikan income yang baik. Bagaimana sedikit demi sedikit pemerintah harus mulai menggalakan penanaman tumbuhan produksi jangka panjang sesuai potensi daerah.
"Daerah Hulu terutama Wawo, Lela Mase, Dan Pebukitan Sekitar Ncai Kapenta adalah daerah yang tumbuhan kemiri dapat tumbuh dengan baik, beberapa tumbuhan produksi jangka panjang juga patut dicoba. Sayang sekali potensi yang begitu besar tidak dilihat dengan baik oleh pemerintah. Artinya pemerintah seharusnya bisa mendukung produksi tanaman tersebut dan menjamin pemasaran dari hasil tanaman tersebut sehingga masyarakat punya animo untuk mengembangkan tanaman-tanaman produksi jangka panjang," urai dia.
Ditambahkannya, pemerintah dalam hal ini dinas-dinas terkait harus intens melakukan penyuluhan pertanian, suplai bibit-bibit tanaman produksi jangka panjang yang bernilai ekonomis tinggi, dan mengawal pemasaran hasilnya sehingga kesejahteraan warga dapat tercapai.
.
Yang Kedua, Pemerintah harus mengeluarkan perda yang mengatur tentang batasan penggunaan lahan untuk tanaman produksi jangka pendek sehingga perambahan hutan bisa ditekan lebih minimal.
Yang ketiga, Pemerintah harus tegas menutup aktifitas penambangan liar di daerah Sori Pesa dan sekitarnya.
Yang Keempat, pemerintah harus membangun bendungan bendungan pada daerah Hulu. Bendungan tersebut dapat berfungsi sebagai sarana irigasi, maka sawah-sawah di daerah hulu yang selama ini mengandalkan tadah hujan dapat diefektifkan dengan cara intensifikasi. Selain Itu bendungan di derah hulu dapat berfungsi sebagai daerah resapan air pada musim hujaan, dan daerah terendapkannya material sedimen hasil erosi sehingga material sedimen tersebut tidak tertransportasi sampai ke daerah hilir dan menyebabkan pendangkalan serta penyempitan sungai.
"Bayangkan ketika 3 sampai 5 tahun kedepan hutan yang semula gundul dan diisi oleh tanaman jangka pendek yang tidak mampu untuk menjalankan fungsi hutan dengan baik sudah terganti oleh tanaman produksi jangka panjang yang selain bernilai ekonomis tinggi juga dapat menjalankan fungsi hutan dengan baik. Semoga dengan cara seperti ini hutan kita kembali hijau dengan tanaman produksi yang bernilai ekonomis dan ketersediaan cadangan air di daerah Bima kita tercinta dapat trcukupi dengan baik," harapnya.
2. Daerah Tengah
Daerah Tengah DAS meliputi daerah Lampe, Dodu, Kodo dll. Ia menjelaskan, penangulangan banjir pada daerah tengah DAS adalah dengan cara normalisasi fungsi dan bagian bagian sungai. Pemanfaatan lahan sempadan sungai harus mulai dikurangi. Pengerukan pasir sungai yang berlebihan harus mulai dikurangi, Pengerukan pasir dan batu sungai yang berlebihan dapat mengakibatkan kestabilan dinding sungai terganggu sehingga longsor dinding sungai dapat terjadi dan mengakibatkan pendangkalan aliran sungai.
"Mungkin Ijin dan Amdal PT Tukad Mas perlu ditinjau kembali. Pada daerah daerah ini juga perlu dibangun bendungan-bendungan untuk mengatur volume air yang masuk ke daerah hilir dan mengontrol sedimentasi pendangkalan sungai," tukasnya
3. Daerah Hilir
Kata dia, daerah Hilir adalah daerah dengan topografi yang datar, memiliki cekungan-cekungan berupa rawa yang menjadi daerah resapan air. Sehinga pantas diharapkan bahwa infiltrasi air dapat berlangsung dengan maksimal pada daerah Hilir.
"Sayangnya daerah Hilir adalah daerah yang identik dengan perkembangan peradaban yang cepat, baik secara fisik maupun nonfisik sehingga pembangunan-pembangunan yang tidak melihat fungsi dan analisa DAS secara massif," terangnya
4. Sedimentasi di bagian hilir
Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah, dijelaskannya, antara lain adalah normalisasi aliran sungai dari sampah, memperlebar aliran sungai, menyisakan lahan-lahan terbuka sebagai daerah resapan di sekitar bantaran sungai, mengembalikan fungsi sempadan sungai, mengembalikan fungsi daerah meander sungai sebagai daerah resapan, mengembalikan fungsi daerah delta sungai sebagai daerah resapan, mengembalikan fungsi daerah pesisir (mangrove dan rawa sebagai daerah resapan dan benteng intrusi air laut.
"Dan tindakan kecil yang bisa dilakukan untuk masing-masing individu adlaha menyiapkan lahan terbuka pada rumah masing-masing sebagai daerah resapan air. Hal-hal ini selain dapat mengurangi resiko banjir juga menjamin ketersediaan cadangan air tanah serta mengurangi intrusi air laut sehingga kualitas air tanah menjadi sangat baik," terang dia mengulangi penjelasannya.
"Semoga Kota dan Kabupaten Bima terbebas dari banjir dan ketersediaan cadangan air tanah di Bima dapat terus terjaga. Saya hanya mampu menjelaskan soal mitigasi banjar bandang yang ada di Bima, ya kira-kira seperti itu. Dan dia pun menyarankan agar pemerintah wajib membacanya, dan mungkin bisa dijadikan pertimbangan dalam rangka mitigasi banjir bandang di Bima," tutup pemilik akun Facebook Mesa Geo itu.
Hal lainnya adalah penjelesan tentang mitigasi. Dari pengertian yang dihimpun Metromini dijelaskan bahwa mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana).
"Mitigasi didefinisikan sebagai upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari bencana, Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. (UU No 24 Tahun 2007, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 9) (PP No 21 Tahun 2008, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 6)," dikutip dari wikipedia.org. (RED)
"Dalam cakupan pembicaraan yang luas, kita bisa melihat banjir sebagai suatu bagian dari siklus hidrologi, yaitu pada bagian air di permukaan Bumi yang bergerak ke laut. Dalam siklus hidrologi kita dapat melihat bahwa volume air yang mengalir di permukaan Bumi dominan ditentukan oleh tingkat curah hujan, dan tingkat peresapan air ke dalam tanah," ungkap alumni SMAN 1 Kota Bima, angkatan lulus 2004, Sulaiman, kepada Metromini, Rabu, 29 Maret 2017,
Alumnus Geologi Universitas Hasanudin (Unhas) itu menganalogikan :
[Aliran Permukaan = Curah Hujan – (Resapan ke dalam tanah + Penguapan ke udara)].
Dijelaskannya, air hujan sampai di permukaan Bumi dan mengalir di permukaan Bumi, bergerak menuju ke laut dengan membentuk alur-alur sungai. Alur-alur sungai ini di mulai di daerah yang tertinggi di suatu kawasan, bisa daerah pegunungan, gunung atau perbukitan, dan berakhir di tepi pantai ketika aliran air masuk ke laut.
"Secara sederhana, segmen aliran sungai itu dapat kita bedakan menjadi daerah hulu, tengah dan hilir. Daerah hulu: terdapat di daerah pegunungan, gunung atau perbukitan. Lembah sungai sempit dan potongan melintangnya berbentuk huruf “V”. Di dalam alur sungai banyak batu yang berukuran besar (bongkah) dari runtuhan tebing, dan aliran air sungai mengalir di sela-sela batu-batu tersebut. Air sungai relatif sedikit. Tebing sungai sangat tinggi. Terjadi erosi pada arah vertikal yang dominan oleh aliran air sungai," Eman, sapaan akrab pemuda kelahiran Wawo itu menjelaskan.
Diterangkannya, daerah tengah: umumnya merupakan daerah kaki pegunungan, kaki gunung atau kaki bukit. Alur sungai melebar dan potongan melintangnya berbentuk huruf “U”. Tebing sungai tinggi. Terjadi erosi pada arah horizontal, mengerosi batuan induk. Dasar alur sungai melebar, dan di dasar alur sungai terdapat endapan sungai yang berukuran butir kasar. Bila debit air meningkat, aliran air dapat naik dan menutupi endapan sungai yang di dalam alur, tetapi air sungai tidak melewati tebing sungai dan keluar dari alur sungai.
Daerah hilir, sambung dia, umumnya merupakan daerah dataran. Alur sungai lebar dan bisa sangat lebar dengan tebing sungai yang relatif sangat rendah dibandingkan lebar alur. Alur sungai dapat berkelok-kelok seperti huruf “S” yang dikenal sebagai “meander”.
"Di kiri dan kanan alur terdapat dataran yang secara teratur akan tergenang oleh air sungai yang meluap, sehingga dikenal sebagai “dataran banjir”. Di segmen ini terjadi pengendapan di kiri dan kanan alur sungai pada saat banjir yang menghasilkan dataran banjir. Terjadi erosi horizontal yang mengerosi endapan sungai itu sendiri yang diendapkan sebelumnya," jelasnya.
Dari karakter segmen-segmen aliran sungai itu, ia menjelaskan, banjir merupakan bagian proses pembentukan daratan oleh aliran sungai. Dengan banjir, sedimen diendapkan di atas daratan. Bila muatan sedimen sangat banyak, maka pembentukan daratan juga terjadi di laut di depan muara sungai yang dikenal sebagai “delta sungai.”
"Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di selokan sungai," papar dia saat bertandang ke kantor Metromini pagi tadi.
Ia pun menjelaskan tentang banjir bandang, penyebab dan cara penanggulangannya. Kata dia, banjir bandang merupakan salah satu bencana yang sering “memakan” banyak korban. Waktu kejadiannya bisa dipastikan setelah hujan lebat atau di musim penghujan. Dalam istilah inggris, ada yang menamakan banjir bandang sebagai flash flood karena datangnya sangat cepat (flash) dan ada juga yang menamakannya debris flow (aliran bahan rombakan).
Menurutnya, dia lebih memilih istilah debris flow untuk banjir bandang karena ketika banjir bandang terjadi, hanya membawa bahan rombakan (air, tanah, batu, dan kayu). Bahan rombakan ini bisa menambah momentum air (massa x kecepatan) sehingga apa saja yang ada di depannya pasti disapu bersih.
Menurutnya juga, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya banjir bandang di Kota dan Kabupaten bima bebarapa waktu lalu. Antara lain:
1. Iklim
Dilihat dari beberapa tahun kebelakang, Iklim ekstrim dengan curah hujan tinggi di kota dan kabupaten bima terjadi secara periodik antara 3-5 tahun. Masih segar dalam ingatan bencana banjir beberapa tahun lalu di mana mendiang bapak Bupati Bima meninggal (Almarhum H. Ferry Zulkarnain) pasca melakukan kunjungan ke daerah banjir. (Mari kita berharap bencana banjir Bima bukanlah bencana tahunan).
"Curah hujan yang terjadi di atas rata-rata dalam waktu yang relatif lama, sehingga volume air yang besar tak seimbang dengan daya tampung. Curah hujan yang tinggi terjadi hampir diseluruh wilayah Bima beberapa waktu yang lalu, dengan intensitas yang cukup lama tentu menyebabkan volume air sangat banyak dan tidak mampu ditampung oleh sungai utama," jelasnya.
2. Topografi dan litologi daerah Kota dan Kabupaten Bima.
Kota Bima adalah daerah dataran rendah yang merupakan muara dari beberapa sungai yang berhulu di daerah Wawo, Dodu, Lela Mase, Nungga, dan Jatiwangi. Sehingga apabila debit air dari kelima sungai tersebut cukup besar maka besar kemungkinan Kota Bima akan tergenang banjir.
"Faktor pendukung lain adalah topografi perbukitan pada daerah hulu sungai dengan kemiringan lereng yang tinggi serta litologi penyusun yang berupa batuan vulkanik yang rentan terhadap pelapukan sehingga menyebabbkan tingkat erosi yang tinggi pada saat hujan. Hal ini menyebabkan air aliran permukaan akan membawa material-material hasil erosi dan kebanyakan akan diendapkan pada bagian tengah sungai membetuk bendungan-bendungan alami. Selain itu material hasil erosi yang terlarut dalan aliran permukaan dapat menyebabkan meningkatnya volume air yang akan masuk ke sungai utama," paparnya.
"Topografi yang terjal juga menyebabkan laju aliran air permukaan cukup deras dan proses resapan air ke dalam tanah menjadi berkurang. Kurangnya air yang mersap meyebabkan volume aliran air permukaan menjadi jauh lebih besar," ujar dia menambahkan.
3. Tutupan hutan yang terdapat tak seimbang dengan DAS serta kegiatan penambangan Illegal pada daerah Hulu
Hutan pada daerah hulu memiliki peran penting dalam menbantu air merasap kadalam tanah, mengurangi erosi permukaan, serta menahan laju aliran air permukaan seperti yang disebutkan di atas.
Kurangnya tutupan hutan dapat menyebabkan air hujan dapat langsung mengerosi permukaan tanah dan batuan yang lapuk, material-material berukuran pasir hingga kerikir dan bouder terus terbawa arus air hingga ke sungai-sungai utama dan menyebabkan volume air bertambah. Selain itu, sambung dia, hutan berfungsi untuk mengurangi penguapan air yang meresap ke dalam tanah sehingga ketersediaan air tanah tercukupi.
"Kegiatan penambangan Ilegal yang dilakukan pada daerah Hulu tentu dijalankan tanpa mengikuti kaedah penambangan yang semestinya. Sehingga, tingkat kerusakan yang ditimbulkan akan jauh lebih besar. Hubungan kegiatan penambangan tersebut dengan bencana banjir yang terjadi beberapa waktu lalu adalah: kegiatan penambangan merupakan penyumbang terbesar material tanah, pasir, kerikil dan boulder yang menyebabkan pendangkalan sungai. Material-material tersebut akan terbawa arus air secara terus-menerus. Apabila arus air tidak cukup dera maka akan terendapkan membentuk bendungan-bendungan alami penahan air pada bagian tengah sungai," ungkap dia.
4. Daerah Aliran Sungai (DAS) Utama dalam kondisi kritis telah mengalami pendangkalan dan sedimentasi. Serta kondisi bantaran sungai yang tidak stabil.
Pendangkalan dan sedimentasi kebanyakan terjadi pada daerah Hilir dan Tengah Sungai. Dalam Hal ini, ia mengatakan, di daerah bima pendangkalan dan sedimentasi terjadi di sepanjang aliran sungai di Kota Bima sampai daerah Kelurahan Lampe, Kecamtan Rasanae Timur.
"Seperti yang disebutkan di atas, sedimentasi yang terjadi secara terus-menerus menyebabkan terbentukanya bendungan-bendungan atau genangan-genangan air alami di sepanjang sungai. Genangan-genangan dan material sedimen tersebut akan menjadi masalah besar apabila curah hujan cukup tinggi sehingga volume aliran air mampu untuk menyapu semua material yang terendapkan tadi.
Dijelaskannya juga, kondisi bantaran sungai yang tidak stabil erat kaitannya dengan pemanfaatan daerah bantaran sungai (sempadan/tanggul sungai) yang berlebihan. Secara ideal sungai seharusnya memiliki yang disebut dengan sempadan (tanggul) sungai sehingga aliran air tidak serta-merta menggenangi daerah perkampungan apabila volume air besar. Erosi bantaran sungai diperparah oleh kegiatan pemanfaatan pasir dan kerikil (Sirtu) di sepanjang sungai Lampe dan Dodu," tuturnya.
5. Selanjutnya faktor Tata Ruang Kota dan Sampah di sepanjang Sungai
Pertanyaannya? kata dia, apakah pemanfaatan tata ruang itu sudah sesuai dengan peruntukan?
Menurutnya, sudah menjadi resiko bahwa perkembangan dan kemajuan kota akan memakan korban kerusakan lingkungan, pembangunan-pembangunan yang dilakukan tidak akan memperhatikan fungsi dan tata guna lahan tersebut.
Kata dia, daerah hilir (Kota Bima) memiliki topografi yang relatif datar sehingga seharusnya resapan air dapat bekerja dengan maksimal sehingga dampak banjir dapat berkurang. Akan tetapi pembangunan di sekitar daerah aliran sungai menyebabkan daerah resapan tersebut berkurang sehingga air dapat meluap kepemukiman penduduk.
"Secara Alami, bagian sungai di daerah hilir telah di desain untuk memiliki area-area resapan yang dapat mengurangi dampak banjir. Selain sempadan sungai, di daerah hilir terdapat bagian sungai yang berupa meander dan delta sebagai daerah resapan. Sehingga pembangunan bangunan fisik pada daerah-daerah tersebut dapat menyebabkan resapan air berkurang. Ketika volume air melebihi kapasitas sungai maka air akan memotong lurus daerah meander dan tidak mengikuti aliran sungai hal ini menyebabkan genangan pada pemukiman di daerah meander sungai," pungkasnya.
Dia pun menambahkan, selain itu lahan lahan mangrove dan rawa di daerah pesisir Kota Bima sangat efektif untuk mengurangi dampak banjir, sehingga pemanfaatan lahan-lahan tersebut untuk bangunan fisik dan penimbunan menyebabkan kurangnya daerah resapan, dapat meningkatkan resiko banjir. Selain dapat mengurangi dampak banjir, ketersediaan lahan mangrove dan rawa di pesisir dapat mengurangi intrusi air laut sehingga menjaga kwalitas air tanah di daerah perkotaan.
"Masalah lain adalah permasalahn sampah dan penyempitan aliran sungai menjadi salah satu faktor pendukung banjir di Kota Bima," ujarnya.
Kondisi sedimen di bagian hilir. FOTO: BNPB RI |
1. Daerah Hulu
Daerah Hulu DAS meliputi Kec Wawo, Lela Mase, Dodu, Nungga dan Jatiwangi. Penanggulangan banjir di daerah hulu, kata dia, dengan mudah dengan mengatakan program reboisasi dan hentikan penggundulan hutan.
Melihat daerah hulu sekarang, kata dia, ladang jagung yang menghapar luas sebagai mata pencaharian warga. Akan tetapi persoalan reboisasi daerah hulu bukanlah segampang membalikkan tepak tangan atau segampang melarang peladangan yang dilakukan oleh warga.
"Di sini tantangan untuk pemerintah bagaimana melihat, mangembangkan dan memanfaatkan potensi daerah hulu sehingga masyarakat tidak lagi melakukan penggundulan hutan," tandasnya.
Diakuinya, peladangan jagung dan padi adalah cara paling gampang warga pikirkan untuk mendapatkan pendapatan dan pemenuhan kebutuhan mereka. Mengingat sawah di daerah hulu sangat tidak memungkinkan untuk di kelola tiga kali setahun akibat kurangnya pengairan maka jalan pintas dari warga dalah merambah hutan untuk peladangan.
Lalu bagaimana langkah yang dapat pemerintah lakukan untuk mengkampanyekan Reboisasi?
Yang pertama, adalah bagaimana pemerintah dapat mengkampayekan reboisasi dengan tumbuhan produktif dan menghasikan income yang baik. Bagaimana sedikit demi sedikit pemerintah harus mulai menggalakan penanaman tumbuhan produksi jangka panjang sesuai potensi daerah.
"Daerah Hulu terutama Wawo, Lela Mase, Dan Pebukitan Sekitar Ncai Kapenta adalah daerah yang tumbuhan kemiri dapat tumbuh dengan baik, beberapa tumbuhan produksi jangka panjang juga patut dicoba. Sayang sekali potensi yang begitu besar tidak dilihat dengan baik oleh pemerintah. Artinya pemerintah seharusnya bisa mendukung produksi tanaman tersebut dan menjamin pemasaran dari hasil tanaman tersebut sehingga masyarakat punya animo untuk mengembangkan tanaman-tanaman produksi jangka panjang," urai dia.
Ditambahkannya, pemerintah dalam hal ini dinas-dinas terkait harus intens melakukan penyuluhan pertanian, suplai bibit-bibit tanaman produksi jangka panjang yang bernilai ekonomis tinggi, dan mengawal pemasaran hasilnya sehingga kesejahteraan warga dapat tercapai.
.
Yang Kedua, Pemerintah harus mengeluarkan perda yang mengatur tentang batasan penggunaan lahan untuk tanaman produksi jangka pendek sehingga perambahan hutan bisa ditekan lebih minimal.
Yang ketiga, Pemerintah harus tegas menutup aktifitas penambangan liar di daerah Sori Pesa dan sekitarnya.
Yang Keempat, pemerintah harus membangun bendungan bendungan pada daerah Hulu. Bendungan tersebut dapat berfungsi sebagai sarana irigasi, maka sawah-sawah di daerah hulu yang selama ini mengandalkan tadah hujan dapat diefektifkan dengan cara intensifikasi. Selain Itu bendungan di derah hulu dapat berfungsi sebagai daerah resapan air pada musim hujaan, dan daerah terendapkannya material sedimen hasil erosi sehingga material sedimen tersebut tidak tertransportasi sampai ke daerah hilir dan menyebabkan pendangkalan serta penyempitan sungai.
"Bayangkan ketika 3 sampai 5 tahun kedepan hutan yang semula gundul dan diisi oleh tanaman jangka pendek yang tidak mampu untuk menjalankan fungsi hutan dengan baik sudah terganti oleh tanaman produksi jangka panjang yang selain bernilai ekonomis tinggi juga dapat menjalankan fungsi hutan dengan baik. Semoga dengan cara seperti ini hutan kita kembali hijau dengan tanaman produksi yang bernilai ekonomis dan ketersediaan cadangan air di daerah Bima kita tercinta dapat trcukupi dengan baik," harapnya.
2. Daerah Tengah
Daerah Tengah DAS meliputi daerah Lampe, Dodu, Kodo dll. Ia menjelaskan, penangulangan banjir pada daerah tengah DAS adalah dengan cara normalisasi fungsi dan bagian bagian sungai. Pemanfaatan lahan sempadan sungai harus mulai dikurangi. Pengerukan pasir sungai yang berlebihan harus mulai dikurangi, Pengerukan pasir dan batu sungai yang berlebihan dapat mengakibatkan kestabilan dinding sungai terganggu sehingga longsor dinding sungai dapat terjadi dan mengakibatkan pendangkalan aliran sungai.
"Mungkin Ijin dan Amdal PT Tukad Mas perlu ditinjau kembali. Pada daerah daerah ini juga perlu dibangun bendungan-bendungan untuk mengatur volume air yang masuk ke daerah hilir dan mengontrol sedimentasi pendangkalan sungai," tukasnya
3. Daerah Hilir
Kata dia, daerah Hilir adalah daerah dengan topografi yang datar, memiliki cekungan-cekungan berupa rawa yang menjadi daerah resapan air. Sehinga pantas diharapkan bahwa infiltrasi air dapat berlangsung dengan maksimal pada daerah Hilir.
"Sayangnya daerah Hilir adalah daerah yang identik dengan perkembangan peradaban yang cepat, baik secara fisik maupun nonfisik sehingga pembangunan-pembangunan yang tidak melihat fungsi dan analisa DAS secara massif," terangnya
4. Sedimentasi di bagian hilir
Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah, dijelaskannya, antara lain adalah normalisasi aliran sungai dari sampah, memperlebar aliran sungai, menyisakan lahan-lahan terbuka sebagai daerah resapan di sekitar bantaran sungai, mengembalikan fungsi sempadan sungai, mengembalikan fungsi daerah meander sungai sebagai daerah resapan, mengembalikan fungsi daerah delta sungai sebagai daerah resapan, mengembalikan fungsi daerah pesisir (mangrove dan rawa sebagai daerah resapan dan benteng intrusi air laut.
"Dan tindakan kecil yang bisa dilakukan untuk masing-masing individu adlaha menyiapkan lahan terbuka pada rumah masing-masing sebagai daerah resapan air. Hal-hal ini selain dapat mengurangi resiko banjir juga menjamin ketersediaan cadangan air tanah serta mengurangi intrusi air laut sehingga kualitas air tanah menjadi sangat baik," terang dia mengulangi penjelasannya.
"Semoga Kota dan Kabupaten Bima terbebas dari banjir dan ketersediaan cadangan air tanah di Bima dapat terus terjaga. Saya hanya mampu menjelaskan soal mitigasi banjar bandang yang ada di Bima, ya kira-kira seperti itu. Dan dia pun menyarankan agar pemerintah wajib membacanya, dan mungkin bisa dijadikan pertimbangan dalam rangka mitigasi banjir bandang di Bima," tutup pemilik akun Facebook Mesa Geo itu.
Hal lainnya adalah penjelesan tentang mitigasi. Dari pengertian yang dihimpun Metromini dijelaskan bahwa mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana).
"Mitigasi didefinisikan sebagai upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari bencana, Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. (UU No 24 Tahun 2007, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 9) (PP No 21 Tahun 2008, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 6)," dikutip dari wikipedia.org. (RED)
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.