Mengenal Sosok Zakir Abdul Karim Naik, Saat ini Ia di Indonesia
https://www.metromini.info/2017/03/mengenal-sosok-zakir-abdul-karim-naik.html
Ustad Zakir Naik bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla. FOTO: Istimewa/detik,com/GOOGLE |
JAKARTA - Dilansir dari laman berita beritagar.id menguraikan tentang Zakir Abdul Karim Naik, seorang penceramah asal India yang selalu berbicara mengenai Islam dan perbandingan agama, telah hadir di Indonesia. Ia akan menggelar safari dakwah ke sejumlah tempat di tanah air.
Sosok yang akrab dengan sebutan Zakir Naik itu bertemu dengan Wakil Presiden, Jusuf Kalla, pada Sabtu (4/3/2017).
"Pak Wapres menerima dan berkenalan dengan Pak Zakir dalam kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Masjid. Zakir dalam perjumpaan itu bercerita tentang masalah penolakan atasnya di beberapa negara. Di Indonesia beliau diundang beberapa pihak untuk mengisi ceramah," ujar Sekretaris Wakil Presiden, Mohammad Oemar, Senin (6/3), dilansir detikcom.
Menurut laman online Peace TV, jaringan siaran televisi berbahasa Inggris yang didirikan oleh sang dokter medis, Zakir selama 20 tahun hingga di tahun 2015 lalu telah menyampaikan lebih dari 2000 ceramah diberbagai negara.
Ia juga pernah meramaikan berbagai dialog dan konferensi dengan beberapa tokoh dari agama lain, serta meraih penghargaan dari sejumlah pemimpin dunia. Seperti Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz bin Al Saud; Sultan Kedah, Malaysia, Tuanku Abdul Halim Mu'adzam Shah; dan mantan Presiden Gambia, Yahya Jammeh.
Laman The Week menulis bahwa Zakir memutuskan untuk tak lagi mempraktikkan keterampilan medisnya setelah bertemu dengan Ahmed Deedat pada 1987 di India. Namun, di negeri kelahirannya, Zakir justru dilarang menjalankan aktivitasnya. Dalihnya, gagasan-gagasan yang ia sampaikan dianggap anti kebhinnekaan, dan ia dituding memungkinkan arabisasi India.
Selain itu, ia pun dikenai larangan masuk Inggris dan Kanada pada 2010.
Enforcement Directorate (ED), bagian dari Departemen Keuangan India yang bertugas memerangi kejahatan ekonomi di negeri itu, mencurigai bahwa Zakir terlibat praktik pencucian uang.
Dilansir The Times of India, lembaga tersebut telah melayangkan surat panggilan keempat bagi Zakir untuk bekerja sama dalam penyelidikan.
Menurut ED, jika surat panggilan itu tidak juga digubris, mereka bakal meminta pengadilan untuk mengeluarkan perintah penahanan terhadap Zakir.
Hindustan Times mewartakan, mengutip Badan Penyelidik Nasional (NIA), bahwa Zakir dan lembaga yang ia dirikan, Islamic Research Foundation (IRF), memiliki setidaknya 37 unit properti di India yang 25 di antaranya berbentuk apartemen di Mumbai.
Jika dirupiahkan, nilainya mencapai lebih dari IDR200 miliar.
Pemerintah India juga telah melarang IRF untuk beroperasi selama lima tahun.
Selain itu, pihak berwenang sudah meminta sejumlah bank untuk membekukan rekening IRF dan Zakir.
Pria bertahun kelahiran 1965 itu--dan mulai menjadi da'i pada 1991--sempat pula tersangkut masalah ketika Bangladesh meminta India untuk mendalami ceramah dan tulisan Zakir. Alasannya, muncul klaim bahwa teroris yang beraksi di Dhaka pada 2016, yang diduga keras terafiliasi dengan ISIS, mengaku sebagai pengikut Zakir.
"Mereka bukan (bagian) dari Negara Islam. Islam melarang pembunuhan, bahkan satu orang pun," ujar Zakir membela diri seperti dikutip The Week. "Dia mungkin saja penggemar saya. Tapi, untuk bilang bahwa saya mengilhaminya untuk membunuh manusia tak berdosa sungguh jahat".
Media Inggris, BBC, pernah memberitakan bahwa Zakir, yang selalu berceramah dengan bahasa Inggris fasih, menolak untuk mengecam pemimpin Al Qaeda, Usamah bin Ladin. Pun, banyak anggota Al Qaeda yang mengaku sangat terpengaruh oleh gagasan Zakir.
Salah satu anak buah Zakir di IRF, Arshid Qureshi, dicurigai punya keterikatan dengan jaringan ISIS oleh pihak berwenang India.
Ia diringkus pada 22 Juli 2016 oleh polisi dan pasukan antiteror India. Ia diketahui telah membuat 700 orang masuk Islam secara massal. Meski pindah agama bukan hal ilegal, pihak berwenang mencari tahu apakah aksi itu diikuti oleh tawaran uang.
Zakir sempat menjawab kritikan mengenai lontaran bernada kebencian ketika ia menyeru "semua Muslim untuk menjadi teroris".
Dalam hematnya, "tayangan (berisi pernyataan itu) berada di luar konteks". Menurutnya, dinukil The Hindu, "teroris adalah orang yang meneror seseorang. Saya pun mencontohkan seorang polisi yang meneror seorang perampok. Jadi, bagi si perampok, polisi itu teroris. Dalam konteks ini, tiap Muslim harus menjadi teroris bagi elemen antisosial".
Menurut Kementerian Dalam Negeri India, Zakir--lewat berbagai ceramah dan pernyataan--telah mengampanyekan kebencian di antara kelompok agama berbeda. Ia pun dianggap telah mengilhami muda-mudi Islam dan para teroris di India dan mancanegara untuk melakukan aksi terorisme. (RED | WWW.BERITAGAR.ID)
Sosok yang akrab dengan sebutan Zakir Naik itu bertemu dengan Wakil Presiden, Jusuf Kalla, pada Sabtu (4/3/2017).
"Pak Wapres menerima dan berkenalan dengan Pak Zakir dalam kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Masjid. Zakir dalam perjumpaan itu bercerita tentang masalah penolakan atasnya di beberapa negara. Di Indonesia beliau diundang beberapa pihak untuk mengisi ceramah," ujar Sekretaris Wakil Presiden, Mohammad Oemar, Senin (6/3), dilansir detikcom.
Menurut laman online Peace TV, jaringan siaran televisi berbahasa Inggris yang didirikan oleh sang dokter medis, Zakir selama 20 tahun hingga di tahun 2015 lalu telah menyampaikan lebih dari 2000 ceramah diberbagai negara.
Ia juga pernah meramaikan berbagai dialog dan konferensi dengan beberapa tokoh dari agama lain, serta meraih penghargaan dari sejumlah pemimpin dunia. Seperti Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz bin Al Saud; Sultan Kedah, Malaysia, Tuanku Abdul Halim Mu'adzam Shah; dan mantan Presiden Gambia, Yahya Jammeh.
Laman The Week menulis bahwa Zakir memutuskan untuk tak lagi mempraktikkan keterampilan medisnya setelah bertemu dengan Ahmed Deedat pada 1987 di India. Namun, di negeri kelahirannya, Zakir justru dilarang menjalankan aktivitasnya. Dalihnya, gagasan-gagasan yang ia sampaikan dianggap anti kebhinnekaan, dan ia dituding memungkinkan arabisasi India.
Selain itu, ia pun dikenai larangan masuk Inggris dan Kanada pada 2010.
Enforcement Directorate (ED), bagian dari Departemen Keuangan India yang bertugas memerangi kejahatan ekonomi di negeri itu, mencurigai bahwa Zakir terlibat praktik pencucian uang.
Dilansir The Times of India, lembaga tersebut telah melayangkan surat panggilan keempat bagi Zakir untuk bekerja sama dalam penyelidikan.
Menurut ED, jika surat panggilan itu tidak juga digubris, mereka bakal meminta pengadilan untuk mengeluarkan perintah penahanan terhadap Zakir.
Hindustan Times mewartakan, mengutip Badan Penyelidik Nasional (NIA), bahwa Zakir dan lembaga yang ia dirikan, Islamic Research Foundation (IRF), memiliki setidaknya 37 unit properti di India yang 25 di antaranya berbentuk apartemen di Mumbai.
Jika dirupiahkan, nilainya mencapai lebih dari IDR200 miliar.
Pemerintah India juga telah melarang IRF untuk beroperasi selama lima tahun.
Selain itu, pihak berwenang sudah meminta sejumlah bank untuk membekukan rekening IRF dan Zakir.
Pria bertahun kelahiran 1965 itu--dan mulai menjadi da'i pada 1991--sempat pula tersangkut masalah ketika Bangladesh meminta India untuk mendalami ceramah dan tulisan Zakir. Alasannya, muncul klaim bahwa teroris yang beraksi di Dhaka pada 2016, yang diduga keras terafiliasi dengan ISIS, mengaku sebagai pengikut Zakir.
"Mereka bukan (bagian) dari Negara Islam. Islam melarang pembunuhan, bahkan satu orang pun," ujar Zakir membela diri seperti dikutip The Week. "Dia mungkin saja penggemar saya. Tapi, untuk bilang bahwa saya mengilhaminya untuk membunuh manusia tak berdosa sungguh jahat".
Media Inggris, BBC, pernah memberitakan bahwa Zakir, yang selalu berceramah dengan bahasa Inggris fasih, menolak untuk mengecam pemimpin Al Qaeda, Usamah bin Ladin. Pun, banyak anggota Al Qaeda yang mengaku sangat terpengaruh oleh gagasan Zakir.
Salah satu anak buah Zakir di IRF, Arshid Qureshi, dicurigai punya keterikatan dengan jaringan ISIS oleh pihak berwenang India.
Ia diringkus pada 22 Juli 2016 oleh polisi dan pasukan antiteror India. Ia diketahui telah membuat 700 orang masuk Islam secara massal. Meski pindah agama bukan hal ilegal, pihak berwenang mencari tahu apakah aksi itu diikuti oleh tawaran uang.
Zakir sempat menjawab kritikan mengenai lontaran bernada kebencian ketika ia menyeru "semua Muslim untuk menjadi teroris".
Dalam hematnya, "tayangan (berisi pernyataan itu) berada di luar konteks". Menurutnya, dinukil The Hindu, "teroris adalah orang yang meneror seseorang. Saya pun mencontohkan seorang polisi yang meneror seorang perampok. Jadi, bagi si perampok, polisi itu teroris. Dalam konteks ini, tiap Muslim harus menjadi teroris bagi elemen antisosial".
Menurut Kementerian Dalam Negeri India, Zakir--lewat berbagai ceramah dan pernyataan--telah mengampanyekan kebencian di antara kelompok agama berbeda. Ia pun dianggap telah mengilhami muda-mudi Islam dan para teroris di India dan mancanegara untuk melakukan aksi terorisme. (RED | WWW.BERITAGAR.ID)
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.