Festival Pesona Tambora 2017, Terancam Diboikot
https://www.metromini.info/2017/03/festival-pesona-tambora-2017-terancam.html
Gambar iklan di salah satu media nasional Ibukota yang latarnya menggunakan foto Gunung Kalimutu yang diprotes Netizen di Facebook, Kamis, 30 Maret 2017. FACEBOOK/Asrarudin Hamid |
KABUPATEN BIMA - Kegiatan Festival Pesona Tambora yang sedianya akan diselenggarakan tanggal 5 hingga 11 April 2017 mendatang, dalam promosi yang dimuat salah satu media nasional Ibukota 'K', pada background (latar iklan) yang ditampilkan adalah latar Gunung Kalimutu di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Beredarnya foto iklan yang dimuat awal kali oleh pemilik akun Asrarudin Hamid di Facebook sontak membuat kehebohan, Kamis (30/3/2017) pagi ini.
"Sejak kapan Tambora berganti ujud jadi gunung Kalimutu?Danau 3 warna itu? Ya mbok kalau bodoh itu bisa searching google dahulu begitu. Memalukan! Festival ini tahun lalu sampai menghadirkan penyanyi dangdut ibukota yang seronok itu. Apalah nama grupnya, trio macan?," sorot dia di status Facebook-nya, sekitar 5 jam yang lalu.
Dokter muda alumnus Universitas Mataram itu juga menjelaskan tentang artikulasi dari Tambora. Dokter kelahiran Kecamatan Sape, Kabupaten Bima itu dari status yang ditulisnya sangat memahami tentang histori dan makna dari penamaan Gunung Tambora yang letusannya menghebohkan dunia dua abad silam.
"Tambora, sebuah gunung yang memiliki arti Ta (mari), Mbora (hilang), atau mari hilang/luruh dan enyah.Pernah meletus dan melenyapkan sebuah peradaban manusia di pulau Sumbawa.Kerajaan Sanggar,Dompu dan jutaan manusia lenyap tiba-tiba.Segala moyang-moyang kami mati.Membumi.
Dalam catatan Bo Sangaji Kai, Babad/kitab kerajaan istana (sentris) Bima menukil kelaparan,kehilangan dan "kiamat"," ungkap dia di statusnya.
"Demikianlah sebab ini adalah sebuah peringatan tragedi agar kita bisa mengambil ibroh (pelajaran), maka sejenis perayaan hingar bingar dan semacamnya tak lebih dari pada sebuah amnesia kultural atau tepatnya kebodohan sejarah semata. Jangan lupa buang sampah pada tempatnya.SAMPAH!," ujar alumni SMAN1 Kota Bima tahun lulus 2004 lalu itu.
Sementara itu, seorang ASN di Dinas Pariwisata Kabupaten Bima, menjemput sebaran iklan muatan media yang cukup ternama dan diduga juga sebagai Event Organizer (EO) kegiatan Festival Pesona Tambora 2017 menuliskan dalam status Facebook yang menandai beberapa pejabat di Pemerintah Kabupaten Bima.
"Geger sudah ini. Media nasional sekelas Kompas yang menjadi event organizer kegiatan ini sejak awal, rupanya tak pernah menyadari kekeliruannya. Sejak kapan di puncak Tambora ada danau macam ini? Ini Kelimutu, bukan Tambora..!!!! Bagaimana mungkin memang punya foto dokumentasi yang benar, sebab naik ke puncak saja belum pernah, banyak menjejak kaki dan buang kencing di Ncanga nya saja. Coba cek foto ini baik-baik, Anda akan temukan juga kekeliruan lain," ciut Handayani Nur Shafiya, dua jam yang lalu dan menandai sekitar 8 orang ASN, diantaranya Kepala Dinas Pariwisata, Abdul Muis dan Kepala Kominfo Kabupaten Bima, Abdul Wahab.
Komentar dari netizen lain ada juga yang menganggap bahwa pemuatan latar Gunung Kalimutu di bawalik acara Festival Gunung Tambora, April 2017 mendatang adalah pelecehan. Seruan boikot kegitan pun disampaikan warga Kabupaten Bima. Dan permintaan kalrifikasi terhadap Pemerintah Kabupaten Dompu pun di sampaikan publik lewat ciutan komentar di Facebook, Kamis pagi ini.
Abhym Rangga Gilbran di komentarnya menuliskan, "Kompas harus diseret ke Bima biar dia bisa langsung menjelaskan...bilaperlu libatkan dinas terkait tuk memanggil Pihak Kompas. agar mereka bisa menjelaskan semuanya."
Akun Egon LantoedBoy menulis lebih radikal lagi. "#Boikot ini sama aja penghinaan. Harus segera klarifikasi ke kompas atau ke EO-nya.," sebut dia.
Seolah ingin lepas dari tanggung jawab, Handayani Nur Shafiya yang juga ASN di Dinas Pariwisata Kabupaten Bima itu membalas, "Setiap Pemkab dan Pemkot se-ntb sudah dapat porsi tugas masing2 de aguu," ciutnya.
Sementara itu, Kasubag Protokoler setda HumasPro Kabupaten Bima yang memiliki akun Facebook bernama Yan Suryadin memberikan juga tanggapannya.
"Kalau itu kesalahan, maka menjadi tanggung jawab event organizerx.....Festifal Tambora ini menjadi "Taman yang sangat luas" dimana masing2 pemerintah daerah maupun kalangan wirausaha perlu memanfaatkan untuk melakukan promosi obyek wisata masing2 dengan beragam cara tentunya. Baik melalui pawai budaya, lomba fotografi, terabas, balap sepeda maupun kegiatan lainnya," tutur dia.
Di sisi lainnya, pihak media nasional dari pengakuan sumber berita (Handayani Nur Shafiya, Red) adalah Kompas sekaligus berperan sebagai EO, lewat kontributor kompas.com di Bima belum bisa memberikan tanggapannya. Dan usaha konfirmasi ke pihak Kompas selaku EO event Festival Pesona Tambora 2017 ini masih dilakukan upaya konfirmasi terkait promosi yang mencantumkan juga 6 logo Pemerintah Daerah se NTB itu. (RED)
Beredarnya foto iklan yang dimuat awal kali oleh pemilik akun Asrarudin Hamid di Facebook sontak membuat kehebohan, Kamis (30/3/2017) pagi ini.
"Sejak kapan Tambora berganti ujud jadi gunung Kalimutu?Danau 3 warna itu? Ya mbok kalau bodoh itu bisa searching google dahulu begitu. Memalukan! Festival ini tahun lalu sampai menghadirkan penyanyi dangdut ibukota yang seronok itu. Apalah nama grupnya, trio macan?," sorot dia di status Facebook-nya, sekitar 5 jam yang lalu.
Dokter muda alumnus Universitas Mataram itu juga menjelaskan tentang artikulasi dari Tambora. Dokter kelahiran Kecamatan Sape, Kabupaten Bima itu dari status yang ditulisnya sangat memahami tentang histori dan makna dari penamaan Gunung Tambora yang letusannya menghebohkan dunia dua abad silam.
"Tambora, sebuah gunung yang memiliki arti Ta (mari), Mbora (hilang), atau mari hilang/luruh dan enyah.Pernah meletus dan melenyapkan sebuah peradaban manusia di pulau Sumbawa.Kerajaan Sanggar,Dompu dan jutaan manusia lenyap tiba-tiba.Segala moyang-moyang kami mati.Membumi.
Dalam catatan Bo Sangaji Kai, Babad/kitab kerajaan istana (sentris) Bima menukil kelaparan,kehilangan dan "kiamat"," ungkap dia di statusnya.
"Demikianlah sebab ini adalah sebuah peringatan tragedi agar kita bisa mengambil ibroh (pelajaran), maka sejenis perayaan hingar bingar dan semacamnya tak lebih dari pada sebuah amnesia kultural atau tepatnya kebodohan sejarah semata. Jangan lupa buang sampah pada tempatnya.SAMPAH!," ujar alumni SMAN1 Kota Bima tahun lulus 2004 lalu itu.
Sementara itu, seorang ASN di Dinas Pariwisata Kabupaten Bima, menjemput sebaran iklan muatan media yang cukup ternama dan diduga juga sebagai Event Organizer (EO) kegiatan Festival Pesona Tambora 2017 menuliskan dalam status Facebook yang menandai beberapa pejabat di Pemerintah Kabupaten Bima.
"Geger sudah ini. Media nasional sekelas Kompas yang menjadi event organizer kegiatan ini sejak awal, rupanya tak pernah menyadari kekeliruannya. Sejak kapan di puncak Tambora ada danau macam ini? Ini Kelimutu, bukan Tambora..!!!! Bagaimana mungkin memang punya foto dokumentasi yang benar, sebab naik ke puncak saja belum pernah, banyak menjejak kaki dan buang kencing di Ncanga nya saja. Coba cek foto ini baik-baik, Anda akan temukan juga kekeliruan lain," ciut Handayani Nur Shafiya, dua jam yang lalu dan menandai sekitar 8 orang ASN, diantaranya Kepala Dinas Pariwisata, Abdul Muis dan Kepala Kominfo Kabupaten Bima, Abdul Wahab.
Komentar dari netizen lain ada juga yang menganggap bahwa pemuatan latar Gunung Kalimutu di bawalik acara Festival Gunung Tambora, April 2017 mendatang adalah pelecehan. Seruan boikot kegitan pun disampaikan warga Kabupaten Bima. Dan permintaan kalrifikasi terhadap Pemerintah Kabupaten Dompu pun di sampaikan publik lewat ciutan komentar di Facebook, Kamis pagi ini.
Abhym Rangga Gilbran di komentarnya menuliskan, "Kompas harus diseret ke Bima biar dia bisa langsung menjelaskan...bilaperlu libatkan dinas terkait tuk memanggil Pihak Kompas. agar mereka bisa menjelaskan semuanya."
Akun Egon LantoedBoy menulis lebih radikal lagi. "#Boikot ini sama aja penghinaan. Harus segera klarifikasi ke kompas atau ke EO-nya.," sebut dia.
Seolah ingin lepas dari tanggung jawab, Handayani Nur Shafiya yang juga ASN di Dinas Pariwisata Kabupaten Bima itu membalas, "Setiap Pemkab dan Pemkot se-ntb sudah dapat porsi tugas masing2 de aguu," ciutnya.
Gunung Tambora Sumbawa. GOOGLE/boombastis.com |
"Kalau itu kesalahan, maka menjadi tanggung jawab event organizerx.....Festifal Tambora ini menjadi "Taman yang sangat luas" dimana masing2 pemerintah daerah maupun kalangan wirausaha perlu memanfaatkan untuk melakukan promosi obyek wisata masing2 dengan beragam cara tentunya. Baik melalui pawai budaya, lomba fotografi, terabas, balap sepeda maupun kegiatan lainnya," tutur dia.
Di sisi lainnya, pihak media nasional dari pengakuan sumber berita (Handayani Nur Shafiya, Red) adalah Kompas sekaligus berperan sebagai EO, lewat kontributor kompas.com di Bima belum bisa memberikan tanggapannya. Dan usaha konfirmasi ke pihak Kompas selaku EO event Festival Pesona Tambora 2017 ini masih dilakukan upaya konfirmasi terkait promosi yang mencantumkan juga 6 logo Pemerintah Daerah se NTB itu. (RED)
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.