Pemkot Setengah Hati Urus Sampah di Kota Bima
https://www.metromini.info/2017/02/pemkot-setengah-hati-urus-sampah-di.html
Sampah di Ule masih tersisa. Dina Kebersihan dan LH dituding tidak sepenuh hati membersihkan sampah di sana. FOTO: Aba Du Wahid/FACEBOOK |
KOTA BIMA – Keberadaan sampah di lokasi yang telah disorot publik ternyata tidak tuntas dibersihkan. Lokasi jalan menanjak di Soncotengge mengarah ke Kelurahan Sambinae masih terlihat sampah-sampah yang dibuang oleh warga.
Kondisi yang sama pula terlihat di lintasan jalur Ule. Kondisi sampah yang telah memakan korban di Kelurahan Jatiwangi itu, masih terlihat sisa-sisa yang tidak dibersihkan pemerintah.
Dalam status Facebook warga Kota Bima, Aba Du Wahid. Dia membagikan foto keadaan sampah di lokasi itu. Dituliskannya pula, agar Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup (KLH) Kota Bima serius menangani sampah di sana.
Dia berharap, kegiatan yang dilakukan khususnya Dinas KLH agar tuntas dan tidak setengah-setengah. Kalau bisa ibarat sebuah pepatah, jika bekerja dengan ‘napas kuda’.
“Ini juga sampah di Ule belum selesai dikerjakan... Wahai para bos sampah, kalau kerja yg tuntas, jangan hanya untuk menenangkan protes... Anda itu mestinya pake napas kuda karena pemerintah, jangan seperti kuda kalisu mbe'e (berkekuatan kambing) suka belok di tengah jalan,” sorot Aba Du Wahid, Selasa (7/2/2017).
Sorotan yang sama juga dilempar warga Kelurahan Panggi, Lukman. Dikatakannya, Kepala Dinas KLH tidak serius mengurus sampah di Kota Bima. Kata Lukman, DKP Kota Bima sangat tidak peka dalam menangani aspirasi publik dan keinginan rakyat. Padahal, sorotan soal sampah kota, sedemikian hebohnya baik di luar lebih-lebih di media sosial.
“Kadis kebersihan gak serius mengurus sampah kota, padahal kita sudah minta untuk membenahi sampah baik melalui media maupun medsos. Buat ini ketidakpekaan pejabat terhadap suara dan kringinan rakyat,” tulis Luken, sapaan akrabnya ke Metromini, Selasa (7/2/2017).
Dikatakannya pula, masyarakat bisa saja menggelar demonstrasi dan unjuk rasa sampai ke Walikota Bima soal sampah yang tidak diurus 100% ini. Ditegaskannya juga, soal sampah yang sudah memakan korban seperti kejadian di Ule harusnya menjadi catatan prioritas Pemerintah Kota Bima.
“Kami bisa saja berteriak di kantor dinas kebersihan atau kantor wali kota tapi kami masih menggunakan cara-cara elegan. Tapi jika terpaksa akan dengan terpaksa kami harua mwlakukannya. Daripada akan ada korban seperti di ule,” tandasnya
Lukman menambahkan, dengan kinerja Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup (KLH) Kota Bima yang asal memenuhi protes warga saja, tapi tidak melakukannya sepenuh hati. Dia meminta Kepala Dina agar mengundurkan diri. Sebab, percuma pemerintah punya armada dan fasilitas mahal, jika dinakhodai oleh orang yang tidak ‘becus’.
“Melihat kinerja Kadis KLH maka sangat wajar kami minta dia untuk mundur. Apasih susahnya menertibkan pembuangan sampah di soncotengge karena personil kebersihan itu banyak dan didukung dengan fasilatas sangat lengkap.Semestinya Dinas KLH berkoordinasi dgn insntasi lain untuk bisa menertibkan pembuangan sampah,” sorotnya tajam
Dikatakannya, keberadaan pembuangan sampah di Soncotengge karena hasil didikan pemerintah juga. Sebab, saat bencana banjir lalu, pemerintah menjadikan kawasan tanjakan Soncotengge sebagai tempat pembuangan sampah sementara bagi masyarakat.
Hasilnya, dengan tidak adanya pengawasan petugas sampah di sana, akan membudayakan kebiasaan masyarakat menjadikan lokasi pembuangan sampah yang baru. Dan kalau bisa ‘Baba’ pemilik lahan segera memagar lahannya agar tidak dijadikan TPA sampah yang baru.
“Masyaraakat membuang sampah di situ krn pemerintah kota yg mulai pada saat tanggap darurat, akhirnya masyarakat kita masih ttp menjadikan kawasan tanjakan Soncotengge sebagai lokasi pembuangan sampah sampai skrang. Pemkot harus menegur pemilik lahan agar memagari lahannya supaya tidak di pakai lagi untuk tempat pembuangan sampah,” ujarnya.
Baca juga:
Dia berharap, jangan jadikan kawasan Soncotengge sebagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang baru, karena bisa membahayakan masyarakat pengguna jalan di kawasan itu.
Soal sampah yang kian menjadi sorotan warga Kota Bima ini, masih dikonfirmasi kembali kepada dinas terkait. (RED)
Kondisi yang sama pula terlihat di lintasan jalur Ule. Kondisi sampah yang telah memakan korban di Kelurahan Jatiwangi itu, masih terlihat sisa-sisa yang tidak dibersihkan pemerintah.
Dalam status Facebook warga Kota Bima, Aba Du Wahid. Dia membagikan foto keadaan sampah di lokasi itu. Dituliskannya pula, agar Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup (KLH) Kota Bima serius menangani sampah di sana.
Dia berharap, kegiatan yang dilakukan khususnya Dinas KLH agar tuntas dan tidak setengah-setengah. Kalau bisa ibarat sebuah pepatah, jika bekerja dengan ‘napas kuda’.
“Ini juga sampah di Ule belum selesai dikerjakan... Wahai para bos sampah, kalau kerja yg tuntas, jangan hanya untuk menenangkan protes... Anda itu mestinya pake napas kuda karena pemerintah, jangan seperti kuda kalisu mbe'e (berkekuatan kambing) suka belok di tengah jalan,” sorot Aba Du Wahid, Selasa (7/2/2017).
Kondisi sampah saat ini di tanjakan Soncotengge. FOTO: Luken Hme/FACEBOOK |
Sorotan yang sama juga dilempar warga Kelurahan Panggi, Lukman. Dikatakannya, Kepala Dinas KLH tidak serius mengurus sampah di Kota Bima. Kata Lukman, DKP Kota Bima sangat tidak peka dalam menangani aspirasi publik dan keinginan rakyat. Padahal, sorotan soal sampah kota, sedemikian hebohnya baik di luar lebih-lebih di media sosial.
“Kadis kebersihan gak serius mengurus sampah kota, padahal kita sudah minta untuk membenahi sampah baik melalui media maupun medsos. Buat ini ketidakpekaan pejabat terhadap suara dan kringinan rakyat,” tulis Luken, sapaan akrabnya ke Metromini, Selasa (7/2/2017).
Dikatakannya pula, masyarakat bisa saja menggelar demonstrasi dan unjuk rasa sampai ke Walikota Bima soal sampah yang tidak diurus 100% ini. Ditegaskannya juga, soal sampah yang sudah memakan korban seperti kejadian di Ule harusnya menjadi catatan prioritas Pemerintah Kota Bima.
“Kami bisa saja berteriak di kantor dinas kebersihan atau kantor wali kota tapi kami masih menggunakan cara-cara elegan. Tapi jika terpaksa akan dengan terpaksa kami harua mwlakukannya. Daripada akan ada korban seperti di ule,” tandasnya
Lukman menambahkan, dengan kinerja Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup (KLH) Kota Bima yang asal memenuhi protes warga saja, tapi tidak melakukannya sepenuh hati. Dia meminta Kepala Dina agar mengundurkan diri. Sebab, percuma pemerintah punya armada dan fasilitas mahal, jika dinakhodai oleh orang yang tidak ‘becus’.
“Melihat kinerja Kadis KLH maka sangat wajar kami minta dia untuk mundur. Apasih susahnya menertibkan pembuangan sampah di soncotengge karena personil kebersihan itu banyak dan didukung dengan fasilatas sangat lengkap.Semestinya Dinas KLH berkoordinasi dgn insntasi lain untuk bisa menertibkan pembuangan sampah,” sorotnya tajam
Dikatakannya, keberadaan pembuangan sampah di Soncotengge karena hasil didikan pemerintah juga. Sebab, saat bencana banjir lalu, pemerintah menjadikan kawasan tanjakan Soncotengge sebagai tempat pembuangan sampah sementara bagi masyarakat.
Hasilnya, dengan tidak adanya pengawasan petugas sampah di sana, akan membudayakan kebiasaan masyarakat menjadikan lokasi pembuangan sampah yang baru. Dan kalau bisa ‘Baba’ pemilik lahan segera memagar lahannya agar tidak dijadikan TPA sampah yang baru.
“Masyaraakat membuang sampah di situ krn pemerintah kota yg mulai pada saat tanggap darurat, akhirnya masyarakat kita masih ttp menjadikan kawasan tanjakan Soncotengge sebagai lokasi pembuangan sampah sampai skrang. Pemkot harus menegur pemilik lahan agar memagari lahannya supaya tidak di pakai lagi untuk tempat pembuangan sampah,” ujarnya.
Baca juga:
- Ada Kepentingan ‘Asing’ di Balik Sampah Banjir Sonco Tengge
- Tangani Sampah, Warga Minta Kadis dan Walikota Mundur dari Jabatannya
- Lahan untuk TPA Gratis, Kumuhnya Sonco Tengge ‘Memakan’ Korban
- Sampah di Jalan Ule-Kolo, Pemicu Meninggalnya Siswa Muhammadiyah
- Setelah Ada Tumbal, Sampah di Ule Baru Akan Dibersihkan
Dia berharap, jangan jadikan kawasan Soncotengge sebagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang baru, karena bisa membahayakan masyarakat pengguna jalan di kawasan itu.
Soal sampah yang kian menjadi sorotan warga Kota Bima ini, masih dikonfirmasi kembali kepada dinas terkait. (RED)
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.