Jalan Gajah Mada di Mata Netizen
https://www.metromini.info/2017/02/jalan-gajah-mada-di-mata-netizen.html
Jalan Gajah Mada, Kota Bima saat ini. FOTO: Rashid Harman/FACEBOOK |
“Ketimbang Mesjid Terapung” Jalan ini Lebih Prioritas
KOTA BIMA – Pemilik akun Facebook Rashid Harman mengatakan, di tahun 1970-an kondisi jalur B atau lebih di kenal Jalan Gajah Mada adalah jalan inspeksi untuk saluran pengairan. Namun, berjalannya waktu keberadaan jalan itu telah menjadi jalan arteri yang menghubungkan jalur transportasi mobil beban berat, dalam Kota maupun antar kota dalam provinsi.
“Dulu, tahun tujuh puluhan, jalan ini (sebelum di labeli nama pahlawan Gadjah Mada) adalah jalan inspeksi untuk saluran pengairan. Tapi setelah sekian puluh tahun dan perkembangan populasi manusia dan perkembangan kota, kini jalan ini telah menjadi salah satu jalan arteri yg menghubungkan transportasi antar kota antar provinsi,” tulis dia dalam statusnya, Selasa, 14 Februari 2017 lalu.
Ia mengatakan, setelah Kecamatan Rasana'e menjadi Kota Madya dengan status otonomi, kondisi jalan tersebut berubah statusnya menjadi jalan kota yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi.
Dikatakannya, perkembangan volume transportasi yang begitu cepat. Tidak direspon dengan penyesuaian keberadaan badan jalan. Semestinya, kata dia, jalan tersebut segera dilebarkan, mengingat pertumbuhan jalur transportasi masyarakat kota yang masif.
“Setelah menjadi kota madya dg otonomi tersendiri....perkembangan atau peningkatan kelas jalan ini hanya berubah sedikit. Menjadi jalan kabupaten/kota. Perkembangan volume transportasi yg begitu cepat tidak di respon oleh pemerintah dg membuat perencanaan jalan yg representatif dg memperhatikan DAMIJA dan DAWAJA serta DAMAJA sebagai solusi perencanaan masa depan se iring perkembangan populasi manusia dan populasi sarana transportasi,” urai dia.
“Seharusnya pemerintah kota memprioritaskan sarana jalan yg terasa semakin sempit ini,” ungkapnya lagi.
Dia pun berpendapat, perbaikan kondisi dan penyesuaian lebar jalan ini, akan lebih bermanfaat dengan rencana Pemkot Bima yang berambisi ingin membangun Mesjid Terapung di Amahami.
“Saya merasakan jauh lebih dibutuhkan oleh seluruh masyarakat masalah pelebaran jalan ini ketimbang ambisi membangun MASJID TERAPUNG itu,” tegas dia.
Pengguna internet (netizen, Red) sosial media Facebook menanggapi beragam dan rata-rata setuju dengan status Rashid Harman.
“Sampai kapan pohon dibiarkan begitu, Apakah menunggu sampai ada korban seperti sampah ule Aji,” kata Luken Hme
Tawaran menarik dan usulan cerdas disampaikan oleh Tity Wahab.
“Klo mau lbih aman jln ini jadikan satu jlir aja,tmpa ada plebaran,hxa menata dan merapikan trotoar tuk knyamanan pjln kaki,sekedar masukan makasih,” ciut Tity Wahab
Netizen lain juga menawarkan hal yang menggelitik
“Klu sy walikota,sekalia jln itu di bongkar, dijadikan sungai h h h h......tetapi diatas sungai itu dibangun jalan terapung setengah layang..... :-) :-) :-) :-) :-) biar total jd kota terapung,” sentil Husain Laodet II. (RED)
Baca juga:
“Dulu, tahun tujuh puluhan, jalan ini (sebelum di labeli nama pahlawan Gadjah Mada) adalah jalan inspeksi untuk saluran pengairan. Tapi setelah sekian puluh tahun dan perkembangan populasi manusia dan perkembangan kota, kini jalan ini telah menjadi salah satu jalan arteri yg menghubungkan transportasi antar kota antar provinsi,” tulis dia dalam statusnya, Selasa, 14 Februari 2017 lalu.
Ia mengatakan, setelah Kecamatan Rasana'e menjadi Kota Madya dengan status otonomi, kondisi jalan tersebut berubah statusnya menjadi jalan kota yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi.
Dikatakannya, perkembangan volume transportasi yang begitu cepat. Tidak direspon dengan penyesuaian keberadaan badan jalan. Semestinya, kata dia, jalan tersebut segera dilebarkan, mengingat pertumbuhan jalur transportasi masyarakat kota yang masif.
“Setelah menjadi kota madya dg otonomi tersendiri....perkembangan atau peningkatan kelas jalan ini hanya berubah sedikit. Menjadi jalan kabupaten/kota. Perkembangan volume transportasi yg begitu cepat tidak di respon oleh pemerintah dg membuat perencanaan jalan yg representatif dg memperhatikan DAMIJA dan DAWAJA serta DAMAJA sebagai solusi perencanaan masa depan se iring perkembangan populasi manusia dan populasi sarana transportasi,” urai dia.
“Seharusnya pemerintah kota memprioritaskan sarana jalan yg terasa semakin sempit ini,” ungkapnya lagi.
Dia pun berpendapat, perbaikan kondisi dan penyesuaian lebar jalan ini, akan lebih bermanfaat dengan rencana Pemkot Bima yang berambisi ingin membangun Mesjid Terapung di Amahami.
“Saya merasakan jauh lebih dibutuhkan oleh seluruh masyarakat masalah pelebaran jalan ini ketimbang ambisi membangun MASJID TERAPUNG itu,” tegas dia.
Pengguna internet (netizen, Red) sosial media Facebook menanggapi beragam dan rata-rata setuju dengan status Rashid Harman.
“Sampai kapan pohon dibiarkan begitu, Apakah menunggu sampai ada korban seperti sampah ule Aji,” kata Luken Hme
Tawaran menarik dan usulan cerdas disampaikan oleh Tity Wahab.
“Klo mau lbih aman jln ini jadikan satu jlir aja,tmpa ada plebaran,hxa menata dan merapikan trotoar tuk knyamanan pjln kaki,sekedar masukan makasih,” ciut Tity Wahab
Netizen lain juga menawarkan hal yang menggelitik
“Klu sy walikota,sekalia jln itu di bongkar, dijadikan sungai h h h h......tetapi diatas sungai itu dibangun jalan terapung setengah layang..... :-) :-) :-) :-) :-) biar total jd kota terapung,” sentil Husain Laodet II. (RED)
Baca juga:
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.