Ini Perjalanan Pemkot Tangani Sampah di Kota
https://www.metromini.info/2017/02/ini-perjalanan-pemkot-tangani-sampah-di.html
Keberadaan sampah di sebuah kota haruslah menjadi prioritas utama program pemerintah. Karena identitas kehidupan masyarakat kota adalah kehidupan warga yang mempunyai corak, modern, teratur, bersih dan mapan. Namun, jika sampah saja tidak mampu dibersihkan, ada masalah yang krusial dan sakit yang akut di tubuh kepemimpinan pemerintah daerah tersebut. Tak ayal, keberadaan sampah di Kota Bima yang kian mendapat sorotan publik, bukannya diprioritaskan. Bahkan masyarakat merasakan jijik dan mual dengan cara pemerintah dan keberadaan sampah di Kota Bima khususnya di Ule dan di Soncotengge
KOTA BIMA – Di tahun 2015 lalu, permasalahan sampah menjadi salah satu atensi dari kepemimpinan dua bersaudara H. M. Qurais H. Abidin dan H. A. Rahman H. Abidin, SE. Di awal Februari 2015 lalu, Wakil Walikota mengunjungi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di Kelurahan Kodo Kecamatan Rasanae Timur dan didampingi Kepala Dinas Kebersihan kala itu adalah M. Nor A. Majid dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Bima, Ir . Supawarman.
Wawali Kota Bima saat meninjau lokasi TPA sampah. FOTO: Humas Bagian Kota |
Dilansir dari www.kahaba.net. Terlihat raut kekecewaan A. Rahman. Bagaimana tidak, pembuangan sampah terlihat tidak teratur, sampah juga dibuang di pinggiran sepanjang jalan masuk TPA. Dan sejumlah peralatan yang ditemui terlihat tidak terawat dan tidak bisa difungsikan dan rusak.
“Pengaturan TPA harus sesegera mungkin dilaksanakan, jika tidak justru akan menimbulkan masalah baru,” ujar A. Rahman yang dikutip Kabag Humas dan Protokol Setda Kota Bima Ihya Ghazali melalui siaran persnya kala itu.
Orang nomor dua di Kota Bima itu juga meminta kepada Dinas Kebersihan agar segera melakukan perbaikan sejumlah peralatan yang rusak, kemudian secepatnya membersihkan kondisi sampah.
Sekitar bulan April 2015 lalu, Komisi III DPRD Kota Bima belajar soal Kebersihan dan Sampah di Kota Mataram. Hasil kunjungan itu pun dilaporkan dalam rapat Paripurna.
Anggota Komisi III DPRD Kota Bima, Muthmainnah saat menyampaikan laporan hasil Kunker. FOTO: www.kahahaba.net/GOOGLE |
Menurut Anggota Komisi III Muthmainnah mengatakan, yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kapabilitas dan pemahaman anggota dewan dengan melakukan kunjungan kerja ke daerah lain yang memiliki kemajuan dan keunggulan yang lebih baik.
Dijelaskannya, Pemerintah Kota Mataram telah membangun 400 drainase primer untuk saluran pembangunan pada empat sungai.
Menurut duta Partai Nasdem itu, ada relawan kebersihan di Kota Mataram yang terbentuk berdasarkan kesamaan, keinginan dan kepedulian anggotanya untuk mewujudkan Kota Mataram yang bersih dan sehat.
“Mereka bekerja secara sukarela tanpa adanya dukungan anggaran Pemerintah Kota Mataram. Kegiatan yang dilakukan antara lain bersama masyarakat bergotong–royong membersihkan sungai, saluran drainase, melakukan sosialisasi kepada masyarakat, serta kegiatan lain yang berdimensi penyehatan lingkungan,” sebutnya.
Untuk masalah sampah, sambungnya, Pemerintah Kota Mataram telah meluncurkan program gerakan lisan (Lingkungan Dengan Sampah Nihil). Program itu merupakan program pengelolaan sampah berbasis masyarakat (Comumunity Based) menuju penguatan kapasitas masyarakat (Community Building) dalam bidang pengelolaan sampah melalui sosialisasi pelatihan, dan dukungan sarana.
“Gerakan ini adalah rekayasa sosial dalam bidang pengelolaan persampahan. Implementasinya berupa barter sampah plastik dengan raskin, sedekah sampah plastik, pengolahan sampah organik, dan kerajinan berbahan baku sampah plastik,” jelasnya.
Gerakan ini bertujuan, menyadarkan masyarakat pada keharusan untuk mengelola sampah secara tepat. Memberikan nilai ekonomis pada sampah menuju peningkatan kesejahteraan masyarakat. Mengurangi volume sampah di tempat penampungan sementara (TPS) dengan memutus jalur sampah dari rumah tangga ke TPS, sehingga memperpanjang usia tempat pemrosesan akhir (TPA), mengurangi biaya pengelolaan sampah (dengan pola kumpul angkut buang) sehingga penghematan APBD. Kemudian, mengeliminir masalah sosial yang ditimbulkan oleh sampah, seperti banjir dan berbagai penyakit.
“Gerakan ini dimotori oleh berbagai kalangan yakni kelompok kerja di tingkat lingkungan Sekolah, Kelurahan, Kecamatan, LPM, KNPI dan Karang Taruna. Dan Pemanfaatan bank sampah pun hidup di Mataram,” tandasnya.
Tidak hanya ke Mataram. Dalam mempelajari sampah, Badan Legislasi (Baleg) DPRD Kota Bima melaksanakan studi komparasi tentang pengolahan sampah di Kota Tangerang.
Ketua Baleg DPRD Kota Bima, Sudirman DJ. FOTO: www.kahahaba.net/GOOGLE |
Ketua Baleg DPRD Kota Bima, Sudirman DJ mengatakan, Pemerintah Kota Tangerang benar–benar maksimal mengelola sampah. Tidak saja efeknya meningkatkan kesadaran masyarakat, sampah juga bisa bermanfaat untuk menghasilkan Pupuk, Gas, Solar, Bensin dan Minyak Tanah.
“Pemerintah Kota Tangerang menggelontorkan anggaran sekitar Rp 250 Miliar untuk operasional Sampah. Disana tidak targetkan dan kejar PAD, PAD nya sekitar Rp 6 Miliar, tapi yang terpenting Kotanya bersih,” ujarnya.
Diakui duta Partai Gerindra itu, kesadaran masyarakat di Kota tersebut benar–benar terbangun dengan baik. Sampah juga tidak terlihat berserakan di ruang publik dan jalan kota.
“Bagaimana tidak bersih, mobil pengangkut sampahnya saja 200 lebih unit, sementara Exavator 20 unit. Kemudian lahan untuk penampungan dan pengolahan sampah seluas 43 hektar. Pengelolaan sampah juga diatur oleh UPT sendiri. Bahkan, insentif pegawainya juga tidak sedikit,” paparnya.
Dari hasil studi perbandingan itu, pihaknya akan berencana agar Kota Bima bisa mengikuti yang sudah dilakukan oleh Kota Tangerang. Saat ini pun, Baleg sudah menyusun draf dan telah membahas dari pasal per pasal, untuk diselaraskan dengan Perda Kota Tangerang, kemudian menjadi Perda inisiatif DPRD Kota Bima.
“Paling tidak dari Perda Inisiatif ini mengatur masalah sampah di Kota Bima, baik itu mendorong kesadaran masyarakat, kemudian sampah bisa dikelola untuk kebutuhan lain,” inginnya.
2015, Dewan Ancam Minta Copot Kadis KPP
Ketua Komisi III DPRD Kota Bima Tahun 2015 Alfian Indrawirawan. alias Pawang |
Ketua Komisi III DPRD Kota Bima Alfian Indra Wirawan alias Pawang meminta kepada Walikota Bima untuk segera mencopot Kepala Dinas (Kadis) Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman (KPP) Kota Bima, karena dinilai tidak mampu menangani masalah sampah di Kota Bima.
“Walikota saja geram dan ngomel – ngomel dengan kinerja buruk Kepala Dinas tersebut. Apalagi kita sebagai anggota DPRD Kota Bima,” ujarnya, Agustus 2015 lalu, dilansir www.kahaba.net.
“Walikota saja geram dan ngomel – ngomel dengan kinerja buruk Kepala Dinas tersebut. Apalagi kita sebagai anggota DPRD Kota Bima,” ujarnya, Agustus 2015 lalu, dilansir www.kahaba.net.
Menurut Pawang, wajar saja Walikota Bima menyorot kinerja Kepala Dinas dimaksud. Karena selama ini sampah memang berserakan di mana–mana dan tidak mampu diatasi dengan baik.
“Kami juga mempertanyakan kinerjanya Dinas itu selama ini. Kita bisa saksikan Kota Bima dikotori dengan sampah. Selama ini Dinas tersebut kerjanya apa,” tanyanya.
Duta Partai Golkar itu juga tidak ingin mendengar pihak DKPP beralasan jika selama ini selalu terkendala tidak ada bensin mobil, mobil rusak, dan armada yang tidak memadai.
“Itu hanya alasan semata, tiap tahun kita anggarkan untuk biaya bensin dan pemeliharaan armada kebersihan,” terangnya.
Untuk itu, ditambahkannya, ia meminta agar Walikota Bima tidak perlu banyak pikir untuk mencopot Kepala Dinas tersebut. “Copot, karena Kadisnya tidak mampu menjalankan amanat yang diberikan Pak Walikota,” tegasnya.
Kabag Umum Setda Kota Bima, Rusdhan HAR FOTO: www.kahahaba.net/GOOGLE |
Beli 10 Unit Motor Sampah di Bulan Juli 2016
Pemerintah Kota (Pemkot) Bima melalui Bagian Umum membeli 10 unit motor sampah. Pengadaan tersebut bersumber dari APBD senilai Rp500 juta. Kabag Umum Setda Kota Bima, Rusdhan HAR mengaku, 10 unit Motor Sampah itu kini sudah berada di kantor Pemkot Bima. Rencananya, akan diserahkan secara resmi oleh Walikota Bima Agustus nanti ke Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman.
“Pengadaan motor sampah ini dimaksudkan untuk mendukung program kebersihan yang digalakkan oleh Pemkot Bima melalui Dinas terkait,” katanya, Senin (25/7).
September 2016 10 Unit Motor Diserahkan
Wakil Walikota Bima menyerahkan kunci motor sampah. Foto: HumasPro/PEMKOT BIMA |
Secara bersamaan Walikota dan Wakil Walikota Bima menyerahkan 10 unit motor sampah kepada sejumlah lurah, Ketua Bank Sampah dan kepala UPT Pasar Ama Hami, Jumat (30/9/2016) lalu. Bantuan Pengadaan oleh Bagian Umum dan Perlengkapan Setda Kota Bima dalam satu unit motor dianggarkan Rp50 juta.
Plt. Kabag Humas dan Protokol Setda Kota Bima, Syahrial Nuryadin, SSTP, MM melalui siaran pers menyebutkan, sepuluh unit motor tersebut masing-masing untuk Kelurahan Pane, Kelurahan Lampe, Kelurahan Penanae, Kelurahan Penaraga, Kelurahan Penatoi, Kelurahan Ntobo, UPT Pasar Ama Hami, Bank Sampah Kabua Masaki Kelurahan Rabangodu Utara, utnuk Bagian Umum dan Perlengkapan Setda Kota Bima dan Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Kota Bima.
Kata Ryan saat itu, berdasarkan penjelasan Kepala DKPP, memang masih banyak titik di Kota Bima yang belum terjangkau oleh truk sampah. Keberadaan motor sampah bisa membantu Lurah untuk mengangkut sampah dari titik-titik tersebut.
H. Qurais juga mengatakan, para penerima motor sampah agar bisa memanfaatkan fasilitas tersebut dengan optimal. 38 Kelurahan sebenarnya semua membutuhkan dan mengajukan permohonan pengadaan motor sampah. Namun untuk sementara baru bisa terakomodir 6 kelurahan.
“Masih ada persyaratan administrasi yang belum dilengkapi oleh kelurahan-kelurahan yang mengajukan permohonan,” kata Walikota.
Lagi, Rp1,5 Miliar untuk Truk Sampah
Bagian Umum Setda Kota Bima mengucurkan dana APBD 2016 sebesar Rp1,5 miliar untuk pengadaan empat truk pengangkut sampah. Penambahan armada tersebut diharapkan mampu menjangkau seluruh pelosok.
Kabag Umum Setda Kota Bima, Rusdhan HAR mengatakan, penambahan armada sampah berdasarkan kebutuhan dan permintaan dinas terkait. Tujuannya, dengan semakin banyak armada, maka akan semakin mempermudah dan meningkatkan kinerja di lapangan.
“Rencananya dalam waktu dekat, truk sampah akan diserahkan langsung oleh Walikota Bima kepada dinas terkait,” ujarnya, Selasa (6/12/2017) lalu.
Dengan adanya penambahan armada tersebut, diharapkan dapat melengkapi armada yang telah ada sebelumnya. Sehingga harapan kedepan di tahun 2017, masalah sampah di Kota Bima dapat ditanggulangi dan teratasi dengan baik.
“Semoga dengan penambahan armada sampah ini, mampu menjawab permintaan dan kebutuhan kendaraan pengangkut sampah di Kota Bima,” harapnya.
Ujungnya, Sampah di Kota Membuat Mual
Di akhir Desember 2016 lalu, Kota Bima diterpa bencana banjir bandang. 80% wilayahnya terendam air dan menyisakan sampah yang luar biasa. Polemik lokasi TPS/TPA dan cerita sampah yang memakan korban jiwa pun tersuar dan menjadi viral hingga wacana keinginan warga agar Walikota Bima mundur dari jabatannya jika tak becus mengurusi sampah yang ada.
Namun, sebulan lebih pasca banjir bandang itu, kondisi sampah di dua lokasi yakni di Kawasan Ule dan Soncotengge belum juga ditangani secara serius Pemerintah Kota Bima.
Tumpukan sampah bahkan kian menggunung dan makin panjang disisi jalan ke dua lokasi. Para pengendara yang melintas pun dibuat mual dan ingin muntah, akibat bau busuk sampah sisa banjir ini.
Sampah di kawasan Ule yang menumpuk dan baunya menyengat para pengguna jalan saat ini. FOTO: Yaman Jaya/METROMINI |
Salah seorang pengendara, Rifaid mengaku, setiap kali melewati dua lokasi ini tak tahan dengan bau busuk aneka sampah yang telah menjadi satu. Tak jarang, Ia harus memutar arah dan memilih jalur lain bila ingin menuju ke Amahami.
“Sementara di Kawasan Ule karena tidak ada pilihan jalan lain, terpaksa harus lewat di situ dengan selalu membawa masker untuk menutup hidung dari bau busuk dan itu pun masih terasa,” ujarnya.
Menurutnya, saat ini sampah sisa banjir menjadi persoalan serius yang harus ditangani Pemerintah Kota Bima. Sebab sampah tak diurus akan memicu potensi berbagai penyakit yang akan mengancam kesehatan masyarakat.
“Apalagi ini sudah lewat sebulan dan dibuang di jalur padat kendaraan. Ditambah lagi kondisi sampah makin membusuk sangat tidak nyaman sekali,” kata Rifaid atau yang akrab dipanggil Eric itu.
Keluhan serupa disampaikan oleh Adi Supriadi, pengendara lainnya. Ia mengaku, sudah dua seminggu terakhir tidak melewati Jalan Soncotengge karena tak tahan dengan bau busuk sampah.
“Selain merusak pemandangan, kami sebagai pengendara sangat tidak nyaman dengan tumpukan sampah di Soncotengge. Padahal pernah dibersihkan, tapi kok sampah dan bau di lokasi itu tetap saja ada,” ungkap dia, Sabtu (11/2/2017).
Adi berharap, Pemerintah Kota Bima melalui dinas terkait segera memikirkan penanganan sampah di Soncotengge dan Kawasan Ule. Jangan sampai terus dibiarkan karena akan membahayakan kesehatan masyarakat. (RED | KAHABA.NET)
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.