Ini Isi Rekaman Walikota Bima Soal Ndano Nae dan Reklamasi

Walikota Bima, H. M. Qurais H. Abidin. FOTO: www.beritalima.com/METROMINI
Lukman : Rencana Walikota Bagai Mimpi di Siang Bolong

KOTA BIMA – Sejumlah pekerja media, Kamis, 2 Februari 2017 lalu diundang Walikota Bima, H. M. Qurais H. Abidin di ruangan kerjanya. Acara silaturahmi media yang dibalut dengan jumpa pers ringan membahas tentang rencana pembangunan Kota Bima dalam kacamata dan pandangan H. Qurais. Pembicaraan tersebut pun direkam para wartawan di momen eksklusif itu.

Berikut catatan hasil transkrip rekaman Walikota Bima:

Walikota Bima mengatakan, setelah banjir yang luar biasa melanda Kota Bima. Beliau melakukan koordinasi dengan Komandan Resimin Militer (Danrem) NTB untuk mau membangun kompi di Lingkungan Ndano Nae, Kelurahan Ntobo, Kecamatan Mpunda Kota Bima.

Dia meminta agar Dandim Bima dapat menganalisa dan memberikan laporan ke Danrem, tentang usulan perpindahan kompi di Ndano Nae.

“Saya baru memohon, setelah melihat banjir yang besar itu, kompi kan kena. Kita kan kena. Rendah kan. Sedangkan areal kita kan untuk kebutuhan perekonomian kurang. Saya mohon ke pak Danrem untuk dianalisa oleh Dandimnya pindah ke Ndano Nae,” ucap H. Qurais yang menawarkan perpindahan kompi TNI ke Ndano Nae.

Menurut Walikota, relokasi yang tepat adalah mendekatkan kehidupan warga dekat dengan kompi, kampus dan pasar. Dan relokasi yang pas untuk masyarakat bantaran sungai adalah di Ndano Nae. Kalau ada kompi, kampus dan pasar, tentu masyarakat mau pindah ke Ndano Nae.

“Itu juga berkaitan dengan realokasi warga di bantaran sungai. Biasanya di mana ada kompi, di mana ada kampus, masyarakat mau ikut pindah, cepat ramenya. Nanti kita dukung dengan pasar. Kan tidak menutup kemungkinan tahun depan banjir lagi. Banjir. Banjir. Mudah-mudahan di sisa jabatan saya ini, surat permohonan itu bisa dipertimbangkan panglima TNI,” ucap dia.

Menurut Qurais, wilayah Ndano Nae diibaratkannya seperti wilayah tandus Pringgabaya dan Lombok Timur di kala tandus tempu dulu. Saat ini kedua wilayah tersebut sudah menjadi wilayah basah. Dan dia ingin menjadikan Ndano Nae persis dengan dua daerah itu saat ini.

“Di Ndano Nae itu seperti di Pringgabaya itu daerah tandus, Lombok Timur, dulu daerah tandus. Sekarang kan sudah menjadi daerah basah sekarang. Penduduk semua sudah pindah ke sana semua sekarang. Nah kita belajar dari melihat pengalaman-pengalaman seperti itu. Pengalaman melihat kampus ITS di tengah kota, sekarang di luar, sekarang sudah menjadi kota lagi. Nah, kampus Udayana juga, sekarang di Jimbaran. Saya juga menawarkan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi, kalau mau buka kampus, tolong buka lah di Ndano Nae, di Oi Fo’o, itu bisa. Kenapa saya arahkan ke Ndano Nae sana? Supaya kita bisa hutanisasi di sana, sekaligus kita juga bisa drop penduduk pindah ke sana. Nanti kita bangun pasar, bangun minimarket, jalan kita hotmix. Terserah anda pilih Ndano nae atau apa? Ada yang lebih dekat tapi susah airnya, Jatiwangi. Jalan baru naik ke atas itu. Dampak bagusnya kalo TNI bisa bergeser ke sana, ada dua: tanahnya sekarang 5 hektar, boleh ga kita tambah 10 hektar. Kantor kompinya kita bangun. Sesuai asetnya, asetnya mahal sekali itu, tinggi sekali. Tapi saya rasa dua pihak akan diuntungkan. Kalau ada pertimbangan-pertimbangan dari kalian tempat yang bagus ya oke. Karena itu tembus ke ncai kapenta, kalo ada apa-apa gampang ke Wera. Saya sudah terabas semua soalnya. Ternyata dari Ndano Nae ke Ncai kapenta itu cuma 5 menit. Sangat bagus juga untuk latihan militer. Bahkan kalo bisa, cuma khayalan saya saja, ngomong dengan beliau kepala PU Propinsi, lama-lama bandara itu diperpanjang saya mau buat bandara di Ndano Nae ini, atau di asa kota itu, di pinggir laut Kolo, kita timbun saja di situ, sebelahnya So Ati lewat lagi,” papar dia kepada pewarta.

Walikota pun berharap adanya dukungan dari media atas keinginan konsepnya itu dalam menata Kota Bima ke depan. Ia pun menyinggung soal bantuan ganti rugi rumah yang rusak parah. Dia berharap. Atas dukungan semua elemen yang ada di masyarakat, relokasi rumah bantaran sungai ini bisa terwujud dengan segera. Menurutnya, kebutuhan relokasi ini sudah di desak oleh Pemerintah Pusat.

“Begini, saya minta tolong juga kepada agen-agen atau corong-corong masyarakat dari media, supaya memberikan berita yang obyektif, dalam arti kata, dana Rp20 juta dan Rp40 juta itu untuk mereka yang kena banjir, yang hanyut sama yang rusak berat. Rusak berat ini di masyarakat, rusak satu kamar saja, roboh, dibilang rusak berat. Rumah yang rusak berat itu, kriterianya rumah yang sudah tidak bisa lagi ditempati. Saya tidak pernah mendengar rumah yang rusak menengah atau rusak ringan. Yang diganti itu adalah rusak berat dari APBN. Tetapi kita juga, untuk menghindari kejadian kemarin terulang kembali, kita ingin merealokasi rumah-rumah yang ada di bantaran sungai, termasuk toko Sadar itu, rumahnya H. Syafrudin, toko di sebelahnya. Nah, itu semua kan sudah sertifikat, ini kan perlu kita bicara ini. Untuk itu, saya menginstruksikan kepada asisten, agar membentuk tim realokasi, terdiri dari Polres, Dandim, ya mungkin ketuanya nanti Kapolres atau Dandim terserah. Anggotanya wartawan, semu dapat honor. Perwakilan berapa orang, tapi klo sudah diwakilkan, jangan bilang kenapa saya ga masuk. Makanya antara wartawan itu yang akrab. Terus nanti ada karang taruna, LPM, masuk ke dalam tim relokasi. Untuk membantu pemerintah mensosialisasikan kepada masyarakat. Nah, tadi saya dari pak Danrem, kepala Dinas PU, ada satu contoh yang diberikan. Di Cenggu atau dimana, klo rumah sudah mau direlokasi, ya sudah klo rumahnya tidak mau direlokasi, nanti dengan sendirinya rumah itu diterjang banjir, roboh sendiri. Di Talabiu ya?,” pungkas Walikota.

Walikota pun setuju untuk membangan rumah susun atau rusunawa. Dan semua yang dikatakannya itu masih dalam tataran rencana. Dia pun mempertegas bahwa daerah yang cocok untuk wilayah relokasi adalah Ndano Nae.

“Itu lah kita arahkan ke Ndano Nae. Ada nggak tanah yang bagus. Rusunawa iya sementara oke. Yang mau rusunawa, senang sekali kita. Ini baru rencana. Yang bagus sekarang ini, cuma Ndano Nae. Saya sudah bicara langsung dengan pak Danrem. Kita akan pikirkan, beliau sudah perintahkan dikaji pak Dandim. Tentang pemindahan kompi itu. Nah, kan kita ini sudah tidak punya lahan lagi di bawah ini. Dulu kan kompi itu pinggir, anda belum lahir. Sekarang di tengah kota. Nanti klo kita relokasi ke Ndano Nae, orang tidak sepi. Nanti ada pasar, syukur-syukur kalo ada kampus yang ikut ke sana. Jadi lahan terbuka kita ini bagus. Kita sebenarnya sudah di desak, terutama kementrian PUPR. Kapan mau direlokasi,” ungkap Waliktoa berlatar belakang pengusaha itu.

Saat ditanya soal timbunan di Amahami. H. Qurais memaparkan soal rencana pemerintah dibalik rencana reklamasi di sana. Dia sangat sepakat, jika timbunan dan reklamasi dilakukan di bibir pantai Kota Bima itu. Dikatakannya, reklamasi di sana sangat cocok untuk dibangun kompleks pertokoan.
“Kalau amahmi tidak di persiapkan untuk areal pertokoan lalu di mana pertokoan. Di mana lagi, apa mau lewirato kita jadikan area pertokoan? Dan kalau ada BUMN saya minta Lawata sampai Amahami untuk di reklamasi tetapi dengan perhitungan yang benar-benar matang,” jelasnya.
Walikota pun memaparkan site plan dari rencana reklamasi di Amahami.

“Amahami bukan di reklamasi melainkan pembuatan jalan ringroad. Supaya hasil sendimentasi sudah numpuk di alur sungai. Kan bisa kita lihat sendiri di pelabuhan. Saya sudah buat permohonan supaya alur sungai itu belok kiri arahnya. Amahami dan di Lawata, tinggal nanti bikin tanggul penahan,” terang dia.

Dia membantah, jika reklamasi Amahami adalah faktor yang menyebabkan sumber banjir.

“Tidak benar amahami sebagai sumber banjir. Kita pikirkan bagaimana Lawata tidak kotori oleh sampah. Sebenarnya sudah ada program PU. Banjir itu disebabkan pendangkalan got-got. Tapi sekarang god sudah pada di keruk,” ujarnya mengakhiri isi rekaman yang dikantongi Redaksi Metromini.

Pemaparan H. Qurais tentang rencananya membangun Ndano Nae menjadi kawasan ‘surga’ baru. Dan konsep tentang reklamasi pantai Amahami, ditanggapi serius salah seorang warga Kota Bima, Lukman alias Luken.

Kata dia, anggaran dari mana mau bangun Kompi, Bandara, Kampus, Pasar bahkan Perumahan relokasi warga Bantaran di Ndano Nae.

“Saya jadi curiga ada apa kok harus di Ndano Nae, sedangkan masih luas wilayah timur Kota Bima untuk dibangun semua fasilitas yang diinginkan walikota, kecuali Bandara. Kenapa harus di Ndano Nae, apa tanah di sana murah ya?,” cetus Luken di Kantor Metromini belum lama ini.

Ia pun mengira, apa yang menjadi pernyataan Walikota Bima dalam rekaman itu bagai ‘mimpi di siang bolong saja’, jika melihat kondisi Kota Bima yang sedang dalam masa pemulihan bencana ini.

“Yah, omongon itu anggap saja mimpi pak Walikota di siang Bolong. Mana mungkin seh bangun bandara di Ndano Nae. Dan tentu tidak mudah melakukan relokasi warga. Kasus relokasi di Kalijodoh Jakarta yang tidak ada sertifikat ribetnya minta ampun. Apalagi rumah warga bantaran sungai di Kota Bima yang rata-rata mengantongi surat hak milik semua,” tutup ASN seorang guru itu. (RED)

Baca juga:

Related

Pemerintahan 1706539498689028210

Posting Komentar

  1. Kapan realisasi.y untuk bantuan yg rumah.y roboh tdk bisa d.tempatin lagi??????????

    BalasHapus

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.

emo-but-icon

FANSPAGE METROMINI

METROMINI VIDEO

Arsip Blog

Ikuti Tweet Metromini

item