Ulama Jadi Relawan, Pemerintah Jadi Penonton Mereka

Para ulama dari berbagai daerah ini tengah sibuk untuk membantu korban banjir bandang Kota Bima di Masjid Agung Bima. Foto: Dedi Irawan/METROMINI
KOTA BIMA – Sudah lebih dari sepekan keberadaan para mubaligh, ustad dan ulama di Mesjid Raya Al Muwahidin Bima. Kehadirannya ke Kota Bima tak lain hanya menjadi relawan korban bencana. Para da’i dan pendakwah ini hadir dari berbagai daerah. Ada dari Bima, Dompu, Sumbawa dan Pulau Lombok bahkan ada pula yang hadir dari Pulau Bali.

Pantauan Reporter Metromini, sehari-hari mereka bekerja di Masjid Raya, jadi rumah sekaligus pusat aktivitas mereka menyalurkan bantuan bagi korban bencana. Menurut salah satu Kordinator Ulama Relawan Banjir Bima, Subhan menceritakan sedikit aktivitas mereka selama menjadi relawan di Kota Bima.

Subhan mengungkapkan, keprihatinan kepada masyarakat Kota Bima yang diterpa bencana dua paket dan dua gempa ini tentu akan berdampak pada kerugian material dan psikologi warga. Perlu sentuhan dan bantuan yang langsung mereka rasakan agar dampak psikologi atas kehilangan materi kehidupan mereka tak berdampak pada sifat dan pribadinya.

Tiap hari, kata Subhan, mereka bergiliran menjadi relawan. Sepekan ulama dari Dompu, dan bergilir diganti dengan relawan asal Sumbawa. Kalau yang dari Sumbawa pulang, maka ulama dari Lombok atau Bali yang menggantikannya.

Diceritakannya, menjadi relawan untuk korban banjir di Kota Bima, tak seberapa yang dapat kami lakukan. Paling tidak, tiap hari para duta agama itu mendatangi masyarakat dan memberikan sembako dan kata-kata agar tabah menjalankan ujian dari Allah SWT ini.

Diakuinya, tak ada bantuan dari pemerintah. Selama di Kota Bima, para ulama ini mengeluarkan kocek dari kantung pribadinya.

“Sejak bulan Desember 2016 pasca bencana lalu kami hadir di Kota Bima. Kami rollingan atau bergiliran sistimnya. Setelah ulama dari daerah Dompu maka akan digantikan oleh ulama dari Sumbawa,” ucap Subhan di Mesjid Raya Al Muwahidin Bima, Ahad (8/1/2017) sore tadi.

Diakui Subhan, karena keberadaannya sebagai relawan, pihaknya merasa harus lebih ihlas dari para korban bencana.

“Bayangkan saja, hampir tiga pekan kami di Kota Bima, pihak pemerintah memandang kami hanya relawan saja. Tak ada kordinasi, minimal memberikan kami mobil operasional untuk membagikan sembako ke para korban bencana. Yah, kami sadari itu. Mungkin pemerintah juga korban bencana saat ini,” sentil dia.

“Kami pun akan tetap membantu masyarakat Kota Bima selama dalam pertimbangan kami sudah layak kami tinggalkan. Dan tentunya ada ulama-ulama yang di Bima akan terus melanjutkan perjuangan ini,” ungkap dia lebih lanjut.

Sebelum menutup wawancaranya dengan Reporter Metromini, Subhan mengaku, barusan ada kabar bahwa datang bantuan daging 2 ton dari Timur Tengah.

“Kita tunggu bantuan daging itu datang. Dan semoga ada pihak yang memberikan bantuan kendaraan untuk membagikan daging ini nantinya. Karena selama ini, kami pun harus menyewa kendaraan untuk membagikan sembako ke posko-posko bencana di tiap kelurahan yang ada,” ucap Subhan, sembari ijin ingin mempersiapkan diri untuk sholat maghrib bersama. (RED)

Baca juga: 

Related

Kabar Rakyat 8319426099868893059

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.

emo-but-icon

FANSPAGE METROMINI

METROMINI VIDEO

Arsip Blog

Ikuti Tweet Metromini

item