Tambang Emas Rakyat, Sumbang Lumpur Masa Banjir
https://www.metromini.info/2017/01/tambang-emas-rakyat-sumbang-lumpur-masa.html
Kondisi penambangan emas rakyat di Kecamaran Wawo, Kabupaten Bima. FOTO: Muhajirin Ahi Teo/FACEBOOK |
Mengaitkan dengan keadaan banjir yang pertama melanda Kota Bima (21 Desember 2016) lalu, pemilik akun facebook Muhajirin Aji Teo, menggambarkan kondisi pertambangan di Wawo. Diuraikannya, berawal dari pengakuan seorang warga di salah satu bengkel yang mengklaim memiliki mobil hasil dari pertambangan emas di Wawo, rasa penasaran Muhajirin pun seketika ingin melihat langsung kondisi pertambangan di sana.
Baca juga: Dua Kali Dihantam Banjir, Kota Bima Darurat Bencana
“Suatu hari, ketika saya memasang list kendaraan di sebuah bengkel di Kota Bima. Saya bertemu dengan salah seorang pemilik kendaraan. Tanpa ditanya bahwa kendaraan yang dimilikinya pada saat itu adalah dari hasil tambang emas di Wawo. Pengakuannya membuat saya penasaran, dan berhasrat untuk melihat langsung aktifitas penambangan emas di Wawo,” ujar dia di hari pada saat banjir jilid ketiga melanda Kota Bima, Jum’at, 13 Januari 2017 lalu, yang hanya berdampak pada Kelurahan Paruga, Kelurahan Dara dan Kelurahan Tanjung.
Muhajirin mengungkapkan, ada dua tujuan dia ingin melihat secara langsung kondisi penambangan emas di Wawo.
“Pertama adalah untuk melihat proses produksi emas, dan yang kedua adalah untuk melihat potensi kerusakan alam yang diakibatkan oleh penambangan emas,” sebut alumni Universitas Mataram itu.
Secara artikulasi dalam bahasa Indonesia, Wawo berarti puncak. Kata dia, dari Wawo yang letaknya di bagian timur dari Kota Bima, kondisi Kota Bima tentu bisa disaksikan. Dan dari pengakuan dia, ke lokasi tambang dari pusat Kecamatan Wawo menuju kawasan tambang emas membutuhkan berjam-jam.
“Ke lokasi dengan berjalan kaki akan membutuhkan waktu lebih kurang lima jam perjalanan. Jika kita menggunakan kendaraan, maka semua kendaraan hanya bisa dioperasikan sampai di Desa Maria saja. Dari sana, ada sekitar 5-6 kilometer hingga menuju lokasi tambang yang kondisi ke tempat penambangan itu begitu sulit dan terjal,” tulis dia.
Dia menggambarkan, sekitar 6 KM perjalanan dari Desa Maria, ia pun menemukan mesin-mesin gelondong yang sengaja diletakkan di bibir sungai. Adapun maksudnya adalah untuk untuk mempermudah proses dan mendapatkan air.
“Dalam perjalanan kami mengalami banyak sekali kesulitan, debu di jalan yang begitu tebal sekitar 10 cm, maka sekali-kali kami mendorong kendaraan bermotor yang sudah dimodifikasi menjadi trail. Dalam perjalanan juga kami berpapasan dengan mobil dumtruck yang memuat batuan emas yang di bawa ke mesin gelondong,” ungkapnya lanjut.
Ia pun berhitung soal lumpur yang dihasilkan dalam proses emas secara manual tersebut.
“Seandainya saja mobil dumtruck mampu memuat batuan emas seberat 7 ton 3 kali dalam seminggu, maka dalam satu tahun akan dihasilkan lumpur seberat 1.260 Ton. Tinggal dikalikan saja sudah berapa tahun penambangan emas di Wawo beroperasi. seandainya saja sudah beroperasi selama 4 tahun, maka lumpur yang dihasilkan dari proses penambangan tersebut adalah 5.040 Ton,” hitung dia.
Diakuinya, di tempat penambangan emas juga kami menemukan puluhan lubang tambang yang di kelola oleh beberapa orang. Anggotanya bisa mencapai 5-9 orang. Terdapat sedikit pepohonan di sana, ia pun hanya berlindung di bawah sebuah pohon akibat sengatan sinar matahari yang begitu panas.
Di lokasi bukan hanya warga lokal saja yang melakukan penambangan emas. Ada juga warga Dompu dan bahkan yang berasal dari Lombok. Rupanya warga dari Lombok lebih berpengalaman, Mereka bisa melihat secara langsung dengan bantuan senter khusus batu yang paling banyak mengandung emas.
“Saya pun oleh teman di sana diperlihatkan batuan yang seberat 5 KG. Rupanya batu itu mengandung emas 5 gram. Dan rata-rata mereka bekerja pada saat sore, pagi atau malam hari. karena di lokasi begitu panas dan sedikit sekali pepohonan,” terang dia.
Pada saat banjir pertama, tepatnya tanggal 21 Desember 2016 lalu, Kota Bima di landa banjir bandang. Banjir terparah dalam sejarah Kota Bima. Banjir yang menyebabkan kerugian lebih dari satu triliun itu.
“Banjir yang menyebabkan para petani dan peternak bangkrut. Banjir yang menyebabkan kerusakan infrastruktur jalan, sekolah-sekolah, puskesmas dan rumah-rumah warga rusak parah. Saya melihat sendiri ketika beberapa rumah warga di sapu bersih oleh banjir di sekitar sungai Waki Kelurahan Monggonao, Kota Bima. Ratusan atau bahkan ribuan kendaraan rusak parah. Meninggalkan berbagai jenis penyakit setelahnya. Meninggalkan PULUHAN RIBU TON LUMPUR DAN SAMPAH,” tandasnya.
Menurut dia bahwa penambangan emas ilegal di Wawo bukan satu-satunya penyebab banjir bandang di Kota Bima. Tetapi penambangan emas di Wawo memberikan kontribusi yang besar terhadap banjir dan LUMPUR di Kota Bima. Ada juga beberapa faktor yang lainnya yaitu curah hujan yang tinggi, dan lain-lain.
“Mudah-mudahan tulisan ini, akan semakin menyadarkan kita tentang pentingnya menjaga kelestarian alam,” harap Muhajirin Aji Teo.
Sementara itu, keberadaan penambangan emas ilegal di Kecamatan Wawo, pihak redaksi Metromini masih berusaha mengkonfirmasi hal tersebut kepada dinas terkait di lingkup Pemkab Bima. (RED)
TANKS UNTUK INFONYA,SALAM KENAL."KARBON AKTIF"
BalasHapus