Sentuhan dan Bantuan Tak Dirasakan Korban Banjir ini

Kondisi rumah salah satu warga yang terkena dampak banjir bandang Kota Bima. Foto: Dedi Irawan/METROMINI
KOTA BIMA – Rasa sedih dan perih melihat satu keluarga papa ini. Ditemui Reporter Metromini, seorang ibu tak banyak bicara. Dia hanya bekerja dan diam begitu saja. Namun, anaknya yang bernama Rita menceritakan kepiluan hidup mereka pasca bencana di akhir Desember 2016 lalu.

Baca juga:

Ternyata, mereka adalah pengungsi korban banjir. Warga RT. 01 RW. 01, tepatnya di belakang SKPP (dulunya SPMA, red) di Kelurahan Jatiwangi, Kecamatan Asakota, Kota Bima. Kehidupan mereka sepertinya terisolir dengan kehidupan warga lainnya.

Tak ada yang menjenguknya. Mereka seolah dibiarkan terlantar begitu saja. Miris, jangankan bantuan, ditanyakan masih hidup oleh Ketua RT dan RW-nya pun tidak pernah.

Kata Rita, setelah banjir bandang yang pertama (Rabu, 21/12/2016) lalu, ia bersama keluarga kecilnya langsung mengungsi ke ladang miliknya.

"Karena tak ada yang tersisa di kampung. Makanya kami membangun tenda dan hidup di tenda di atas tanah ladang kami,” ucap dia, Sabtu (7/1/2016) kemarin

Ia pun mengaku, tak hanya dirinya. Di Kelurahan Jatiwangi, ada beberapa keluarga yang masih terlantar keberadaannya.

“Kami tak tersentuh bantuan. Kami pasrah. Jika pun ada pihak pemerintah seperti Ketua RT atau RW yang datang, ya kami akan terima. Tapi, kalau mengemis dan meminta. Lebih baik kami hidup apa adanya di sini saja,” tutur dia dengan nada sumringah.

Kehidupan Rita yang kini tinggal di ladangnya yang tak jauh dari aliran sungai Jatiwangi, beralaskan tikar dan beratapkan terpal seadanya. Sungguh memprihatinkan. Segunung bantuan yang datang ke Kota Bima yang mungkin nilainya luar biasa, tapi bagi Rita dan keluarganya mendengarnya hanya menyesakkan dada.

“Sampai hari ini, jangankan bantuan. Ditengok sebagai warga saja kami tak pernah. Tapi, ya sudahlah. Mau bagaimana ini bencana dari Tuhan datangnya,” keluh Rita sembari sedih dan matanya mulai berkaca-kaca.

Ia pun mengaku kecewa. Sebagai manusia dan warga miskin, tentu tak bisa berjuang lebih untuk mendapatkan haknya.

“Kami harus bagaimana. Rumah dan milik kami hancur semua. Hanya ke tanah kami di pinggir kali ini saja tempat yang cocok untuk melanjutkan hidup kami. Walaupun dengan atap seadanya dan beralaskan tikar yang sisa banjir," tutur wanita yang bekerja di Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kota Bima itu.

"Saya dan ibu saya akan tetap tersenyum walau kami tak tahu lagi harus berbuat apa. Ini ujian Tuhan, kami hanya bersabar saja,” tutup wanita paruh baya itu yang mulai meneteskan air matanya. (RED)

Related

Kabar Rakyat 3677595800295404040

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.

emo-but-icon

FANSPAGE METROMINI

METROMINI VIDEO

Arsip Blog

Ikuti Tweet Metromini

item