Revolusi Mental, Rimpu Untuk ASN Diwacanakan
https://www.metromini.info/2017/01/revolusi-mental-rimpu-untuk-asn.html
Foto berbagai jenis budaya dan kesenian bima. FOTO: Ndai Ruma Rengge Sape/FACEBOOK |
KABUPATEN BIMA – Budaya sebagai identitas sebuah bangsa kian bergeser saja. Modernisasi dan tehnologi menggiring cara dan karakter masyarakat mengikuti sejumlah trend yang sedang berkembang. Bagi Tokoh Pemuda asal Kecamatan Sape ini harusnya budaya bangsa tetap dipertahankan.
Kepada Reporter Metromini, Amirullah atau yang akrab disapa dengan panggilan Ruma Rengge ini mewacanakan penggunaan Rimpu (kerudung dalam budaya Bima, Red) untuk menjadi salah satu atribut seragam para Aparatus Sipil Negara (ASN) di lingkup Pemerintah Kabupaten (pemkab) Bima.
“Harusnya budaya kita lestarikan. Identitas ke Islaman sebagaian besar yang dianut masyarakat Kabupaten Bima harus menjadi ciri bagi aparatur di daerah ini,” ungkap Pemuda asal Desa Nae, Kecamatan Sape, Kabupaten Bima ini, Jum;at, 20 Januari 2017 malam ini.
Diterangkannya, dengan memberlakuka penggunaan Rimpu, harapannya serapan nilai yang ada dalam budaya Bima bisa menjadi landasan dan nilai yang digunakan aparatur dalam mengemban amanah sebagai pamong atau pelayan masyarakat.
“Jika luarnya sudah menggunakan identitas budaya. Dalamannya, tentang nilai-nilai budaya bima mulai diserap dan dipegang oleh aparatur, nantinya akan menjadi ‘virus’ buat masyarakat yang ada,” ucap dia.
Selain itu, Ruma Rengge juga menjelaskan, rimpu adalah tradisi lama yang di pakai oleh kaum perempuan mbojo (Bima, Red). Diceritakannya, zaman sebelum adanya penemuan jilbab, rimpu di bagi dalam tiga jenis. Ada rimpu cili, rimpu colo dan rimpu lampe.
Dijelaskannya, rimpu cili yaitu rimpu yang di gunakan oleh para gadis yang masih perawan dengan ciri khas yang hanya memperlihatkan sepasang mata saja. Sedangkan rimpu colo adalah rimpu yang digunakan oleh wanita yang sudah janda dengan ciri khas di putar sekali mengelilingi kepala, sedangkan separoh mukanya kelihatan. Dan terakhir, sebut Ruma Rengge adalah rimpu lampe, yang juga adalah rimpu yang digunakan oleh wanita yg sudah bersuami atau berstatus sebagai istri orang. Ciri rimpu yang terakhir ini adalah sarungnya tidak diputarkan di kepala hanya sebatas menutupi kepala, sedangkan semua mukanya kelihatan (sarimpu biasa).
“Rimpu-rimpu ini di pakai oleh wanita bima pada saat keluar dari rumah, seperti bepergian ke pasar,ke sawah atau ladang dan sebagainya. Sedangkan untuk para gadis biasanya hanya keluar pada saat malam hari atau pada saat pergi ke sawah untuk bercocok tanam,” ucap Ruma Rengge.
Dia pun berharap, wacana rimpu bagi ASN ini bisa diwujudkan pada setiap hari Jum’at.
“Kebetulan hari jum’at adalah harinya ummat Islam dan hari terakhir bagi ASN masuk kerja. Maka identitas ini penting dihadirkan sebagai identitas dan semangat merevolusi mental dan budaya bima yang telah lama pudar dari kehidupan masyarakat kita kekinian, khususnya para kaum hawa kira,” tutup Amirullah penuh harap pernyataannya ini didengar oleh Pemerintah Kabupaten Bima. (RED)
Kepada Reporter Metromini, Amirullah atau yang akrab disapa dengan panggilan Ruma Rengge ini mewacanakan penggunaan Rimpu (kerudung dalam budaya Bima, Red) untuk menjadi salah satu atribut seragam para Aparatus Sipil Negara (ASN) di lingkup Pemerintah Kabupaten (pemkab) Bima.
“Harusnya budaya kita lestarikan. Identitas ke Islaman sebagaian besar yang dianut masyarakat Kabupaten Bima harus menjadi ciri bagi aparatur di daerah ini,” ungkap Pemuda asal Desa Nae, Kecamatan Sape, Kabupaten Bima ini, Jum;at, 20 Januari 2017 malam ini.
Diterangkannya, dengan memberlakuka penggunaan Rimpu, harapannya serapan nilai yang ada dalam budaya Bima bisa menjadi landasan dan nilai yang digunakan aparatur dalam mengemban amanah sebagai pamong atau pelayan masyarakat.
“Jika luarnya sudah menggunakan identitas budaya. Dalamannya, tentang nilai-nilai budaya bima mulai diserap dan dipegang oleh aparatur, nantinya akan menjadi ‘virus’ buat masyarakat yang ada,” ucap dia.
Selain itu, Ruma Rengge juga menjelaskan, rimpu adalah tradisi lama yang di pakai oleh kaum perempuan mbojo (Bima, Red). Diceritakannya, zaman sebelum adanya penemuan jilbab, rimpu di bagi dalam tiga jenis. Ada rimpu cili, rimpu colo dan rimpu lampe.
Dijelaskannya, rimpu cili yaitu rimpu yang di gunakan oleh para gadis yang masih perawan dengan ciri khas yang hanya memperlihatkan sepasang mata saja. Sedangkan rimpu colo adalah rimpu yang digunakan oleh wanita yang sudah janda dengan ciri khas di putar sekali mengelilingi kepala, sedangkan separoh mukanya kelihatan. Dan terakhir, sebut Ruma Rengge adalah rimpu lampe, yang juga adalah rimpu yang digunakan oleh wanita yg sudah bersuami atau berstatus sebagai istri orang. Ciri rimpu yang terakhir ini adalah sarungnya tidak diputarkan di kepala hanya sebatas menutupi kepala, sedangkan semua mukanya kelihatan (sarimpu biasa).
“Rimpu-rimpu ini di pakai oleh wanita bima pada saat keluar dari rumah, seperti bepergian ke pasar,ke sawah atau ladang dan sebagainya. Sedangkan untuk para gadis biasanya hanya keluar pada saat malam hari atau pada saat pergi ke sawah untuk bercocok tanam,” ucap Ruma Rengge.
Dia pun berharap, wacana rimpu bagi ASN ini bisa diwujudkan pada setiap hari Jum’at.
“Kebetulan hari jum’at adalah harinya ummat Islam dan hari terakhir bagi ASN masuk kerja. Maka identitas ini penting dihadirkan sebagai identitas dan semangat merevolusi mental dan budaya bima yang telah lama pudar dari kehidupan masyarakat kita kekinian, khususnya para kaum hawa kira,” tutup Amirullah penuh harap pernyataannya ini didengar oleh Pemerintah Kabupaten Bima. (RED)
Baca juga:
Semoga wacana ini di respon oleh perintah dan di terima baik oleh kaula muda bima terutama kaum hawa,,,,
BalasHapus