Nenek Miskin Bernama Rukaya, CFK Lewirato Tak Menyapa Dia

Rukaya (70), Nenek tua renta di Kelurahan Lewirato, Kota Bima tak disapa dana CFK. FOTO: Dedi Irawan/METROMINI
KOTA BIMA – Potret Kaum Miskin Kota (KMK) kian ada dimana-mana. Apalagi di tengah dan setelah bencana melanda Kota Bima. Sebut saja kali ini, Nenek tua renta dan ia bernama Rukaya (70).

Warga Kelurahan Lewirato, Kecamatan Mpunda, Kota Bima itu hingga dua pekan pasca bencana, dirinya hanya dibantu tetangganya seala kadarnya. Sungguh miris dan hati teriris melihat Rukaya tua renta tak ada banyak pihak yang melihatnya sebagai korban bencana.

Didatangi di kediamannya Rukaya yang sudah dua tahun tinggal di pinggiran kali Kelurahan Lewirato. Sebagai warga di RT. 9 RW. 03, tiap harinya Rukaya bekerja hanya membikin tusuk sate untuk dijualnya. Kata dia, per tiga ikatnya dihargakan Rp1.000.

Harga uang yang lebih mahal dari ongkos bemo itu pun tak langsung dibayar cash setelah Rukaya membawakan tusuk sate ke pelanggannya. Janda ditinggal suaminya yang bernama Muhammad itu menunggu uang pembayarannya, sambil membuat tusuk-tusuk sate yang lainnya.

Keadaan yang begitu menyakitkan. Enam tahun hidup sebatang kara, dan Rukaya pun mengaku sesekali saja--dijenguk oleh empat anak kandungnya.

“Saya sudah 6 tahun tinggal di sini. Suami saya bernama Muhammad. Dan sudah meninggalkan saya dan hidup bersama dengan istrinya yang pertama di Dompu. Saya punya anak. Ya, saya hidup sebatang kara. Anak-anak tetap mengunjungi saya, walau sesekali mereka datang ke saya. Saya sangat sering mendoakan mereka. Semoga mereka bisa menemukan kebahagian yang selayaknya,” ungkap Rukaya yang diterjemahkan Redaksi Metromini karena menyampaikan keterangannya dengan bahasa daerah Bima, Kamis (12/1/2017) sore tadi.

Hidup sederhana, miskin dan apa adanya sudah jelas potret hidup Rukaya. Kesehariannya hanya membuat tusuk sate saja. Ini pun sangat ia syukuri keadaannya.

“Alhamdulillah saya bisa melanjutkan hidup seperti biasanya. Soal rejeki itu sudah kehendak Yang Maha Kuasa,” kata Rukaya menampakkan ketabahannya.

Soal, dana Cash For Work (CFK) senilai Rp500 ribu, jangankan mengetahuinya, Rukaya pun tak pernah mendengar soal uang itu. Diakui tetangganya, bantuan untuk Rukaya mungkin sesekali saja.

“Saya melihatnya dia mendapatkan bantuan sekali saja itupun dari TNI selesai banjir kemarin. Di saat memberikan bantuan sembako, seorang TNI nggak tega melihat keadaannya sampai air matanya pun keluar,” ujar seorang wanita, tetangga Rukaya yang tak bisa berbuat lebih banyak, karena memang sama-sama menjadi korban bencana.

Keseharian Rukaya tak banyak bersosialita dengan warga di samping atau tetangganya. Dia sering berdiam diri dan tekurung dalam gubuk kecil miliknya. Aneh memang, dimana Pemerintah saat rakyat yang hidupnya melarat seperti Rukaya?

Diwawancarai Reporter Metromini, Rukaya berharap kepada pemerintah tolong di perhatikan dirinya yang juga adalah warga Kota Bima.

“Sama pemerintah, saya tidak pernah di sentuh atau pun di jenguk oleh mereka. Kecuali tetanggaku yang membantuku selama ini. Saya berharap ada sumbangan karena selama ini tidak pernah memiliki beras untuk sehari, tempat tidur saya pun seadanya,” keluh terasa pilu, kata-kata yang mengalir dari mulut kaku nan tua renta itu.

Sedikit Rukaya menceritakan lebih lanjut soal keadaannya. Menurut dia, rumahnya yang sekarang berkat bantuan dari tetangganya yang ada. Sisa kayu-kayu banjir yang kemarin digunakan untuk menjadi tiap, alas dan atap rumah miliknya.

“Bagaimana kalau hidup tanpa tetangga. Entah saya masih hidup apa ndak. Terima kasih kepada mereka. Sudah membangun rumah yang saya tempati saat ini pak wartawan,” tutup Rukaya dengan senyum kecil dari paras wajahnya yang mulai keriput dan menua. (RED)

Baca juga:

Related

Kabar Rakyat 8253021577842541138

Posting Komentar

  1. Kalau gua yg nulis ini. Pasti gua tulis sampil nagis..

    BalasHapus

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.

emo-but-icon

FANSPAGE METROMINI

METROMINI VIDEO

Arsip Blog

Ikuti Tweet Metromini

item