Mengupas Sisi Lain Desa NGALI

Arie Sndy,  Pemuda asal Desa Ngali. Kecamatan Belo, Kabupaten Bima. FOTO: Arie Sndy/FACEBOOK

OPINI - Desa Ngali bukanlah ibukota Kecamatan Belo, namun di Desa Ngali pusat kehidupan yang tingkat keramaiannya yang cukup luar biasa. Bukan karena jumlah penduduknya yang padat, melainkan karena aktivitasnya yang tak pernah berhenti di desa ini.

Pagi, siang, sore hingga menjelang malam. Jalanan dan tempat-tempat nongkrong hampir tidak pernah sepi. Warung-warung yang menjajaki jualan minuman seperti kopi dan teh yang digandengkan dengan makanan-makanan instan dan ringan hampir ada di setiap sudut Desa Ngali. Kebiasaan warga mendatangi warung-warung kopi itu tak lebih dari sekedar bercerita, bermain kartu remi atau bermain catur.

Secara luas wilayah Desa Ngali memiliki ukuran yang sangat luas sebagai desa biasa. Begitu pun jumlah penduduknya, di lihat dalam rasio tingkat penduduk di Desa/Kelurahan, warga Desa Ngali menduduki nomor dua terbanyak di Kota dan Kabupaten Bima. Mayoritas masyarakat Desa Ngali kebanyakan bertani. Ada 70% warga yang berprofesi sebagai petani, sekitar 25% yang menjadi guru dan pegawai dan sisanya 5% menjadi pedagang /pengusaha.

Desa Ngali termasuk desa yang bersejarah. Buktinya, adanya monumen Perang Ngali yang sampai detik ini masih berdiri kokoh di atas Gunung Tewe. Monumen itu merupakan salah satu bukti nyata bahwa masyarakat Desa Ngali pernah melakukan perlawanan terhadap tentara belanda di kala masa pernajajan dulu.

Perang Ngali yang terjadi pada tahun 1908, yang di mana pada saat itu disebabkan oleh ketidakpatuhan masyarakat Ngali untuk tunduk pada kebijakan Kesultanan Mbojo (Bima, Red) yang telah dipengaruhi oleh Kolonial Belanda. Akibat konspirasi yang ditunjukkan pihak Kolonial dan Kesultanan, rakyat Ngali tidak ingin membayar pajak yang diberlakukan oleh Kolonial Belanda.

Perlawanan rakyat Ngali berujung pada berlangsungnya Perang Ngali. Saat perang berlangsung banyak prajurit dan pasukan Belanda yang tewas. Sebelum melakukan perperangan. Warga Ngali sudah punya taktik untuk melawan penjajah saat itu. Cara dan taktiknya yang terkenal adalah  te'e ao suma atau membuat jebakan batman. Strategi ini membuat pasukan Tentara Belanda tidak bisa berkutik. Terbukti banyak pasukan dan prajurit Belanda banyak yang meregang nyawa dan tewas di tempat.

Bukti adanya Perang Ngali ini dengan keberadaan kampo mbaju. Tempat ini adalah kuburan para prajurit dan pasukan Tentara Belanda yang dikubur secara massal. Kalau bagi warga Ngali menyebutnya rade bari (Kuburan berbaris) yang artinya kuburan bagi pasukan tentara belanda yang dikubur berbaris-baris.

Kehidupan masyarakat Desa Ngali bisa terbilang dan tergolong mewah. Bagaimana tidak, satu anak muda yang merokok, selera rokoknya tidak salah-salah. Harga rokok di atas sepuluh ribu rupiah, rata-rata pilihan anak muda memilih selera rokok mereka. Dalam sehari, seorang anak muda bisa menghabiskan hingga 2 atau 3 bungkus. Simpan saja ada ratusan anak muda di Ngali, hitung saja berapa uang yang dihabiskan oleh anak muda Ngali setiap harinya.

Soal perputaran uang, Desa Ngali bisa dibilang cukup lumayan. Dan jika berbicara tempat menyimpan uang, hampir di setiap rumah yang ada di Ngali bisa disebut sebagai Bank rumah tangga. Uang berbentuk bawang merah yang tampak berjejer dan menggantung di atas loteng rumah para warga bisa ditaksir bernilai ekonomis sekitar Rp50 juta.

Jangan kaget, kalau datang ke Ngali lalu melihat banyak mobil dan motor yang berjejer di sepanjang jalan. Itu semua adalah milik petani bawang. Terkadang saya beranggapan, saat jalan di Ngali suatu saat akan mengalami kemacetan di jalanan. Sebab, saat ini saja ada sekitar 40% dari masyarakat Desa Ngali yang sudah memiliki roda empat. Bahkan, ada yang satu rumah punya 3 mobil yang jenisnya 1 mobil keluarga, 1 dumtruck dan 1 mobil pick-up.

Lalu, apakah 5 atau 10 tahun kemudian tidak bertambah? Di kala menjelang senja, jika kita melintasi jalan Monta-Ngali terhitung tiap detik kendaraan baik roda dua dan roda empat yang lalu lalang di sana.

Faktor penyebab siklus kehidupan di Desa Ngali berubah drastis.

Pertama di bidang pertanian. Saat ini, hampir seluruh masyarakat Ngali tidak ada yang tidak menjadi petani bawang. Tua dan muda yang nikah dan yang belum menikah, semuanya bertani bawang. Namun, untuk saat ini, petani di Desa Ngali tidak hanya bercocok tanah di kampungnya saja. Keahliannya menanam bawang, mereka terapkan di lahan-lahan yang cocok ditanami bawang hingga di daerah Sumbawa. Jika masa libur menjelang, warga di Ngali bisa mencapai 6 hingga 8 bulan ngak pulang-pulang.

Misalnya. saat warga Ngali  ada di sumbawa, mereka terus membanting tulang dan menguras keringat dan menanami bawa merah dari proses tanam hingga panen dalam kondisi yang harus prima. Walau hujan dan terik matahari menyengat, mereka  tetap istiqomah menjaga dan merawat tanaman bawang merah hingga masa panen tiba.

Namun, petani di Ngali sudah maju dan modern. Sekali panen bawang merah, omzet petani bisa hingga ratusan juta rupiah. Biasanya dalam setahun, petani bawang di Ngali bisa mencapai 3-4 kali panen. Dan kondisi ini berbeda dengan cara bercocok tanam di masa lalu yang tidak sebanding hasil panennya dengan masa saat ini.

Selanjutnya yang kedua adalah di segi budayanya.

Budaya masyarakat Ngali sangat kental dengan keramahtamahannya, hanya saja anggapan atau penilaian orang di luar Ngali yang mengatakan kalau orang Ngali itu ibarat preman, sadis dan keras wataknya. Sejatinya, karakter orang Ngali tidak seperti itu, bahkan kenyataannya jauh dari anggapan yang ada.

Jika dianalogikan, Desa Ngali adalah desa yang nyaman bagi pendatang. Prinsip masyarakat di Desa Ngali, tidak asal mengganggu masyarakat yang masuk ke Desa itu. Walaupun, pendatang adalah 'pendosa' baik kesalahan yang disengaja maupun karena kekhilafannya.

Adat dan budaya menjadikan tamu di Desa Ngali sebagai Raja. Namun, jika pendatang melakukan kekhilafan, seperti misalnya seorang pengendara secara tidak sengaja menambarak warga Ngali saat melintasi jalan di sana. Ucapan yang akan warga Ngali katakan kira-kira seperti ini:

"Ya udah kamu tenang saja, kamu ngak bakalan diapa-apain, yang penting kamu bayar biaya suntik dan obat saja”.

Jika si penabrak memberikan uang tersebut kepada keluarga korban dan si penabrak pun menyalami satu-persatu warga di situ dan meminta maaf dan lalu pergi. Maka, dia akan diantar dengan sopan ke luar zona Desa Ngali.  (RED)

Baca juga:

Related

Opini 3218742805462286616

Posting Komentar

  1. Maaf, bahasanya masih berantakan, Bro. Coba pelajari EYD.

    BalasHapus
  2. Proses publish kami khilaf tidak melalui proses editing redaksi dan semua sudah kami perbaiki. Terimakasih atas kritik, saran dan kunjungannya.

    BalasHapus

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.

emo-but-icon

FANSPAGE METROMINI

METROMINI VIDEO

Arsip Blog

Ikuti Tweet Metromini

item