Mengidap DBD, Balita Asal Sanggar Meninggal Dunia
https://www.metromini.info/2017/01/mengidap-dbd-balita-asal-sanggar.html
Kepala Unit Pelaksana Tehnis (UPT) Pusat Kesehatan Masyarakat (PUKESMAS) Kecamatan Sanggar, Kabupaten Bima, Anwar, S.Kep, SKM. FOTO: Agus Gunawan (CR)/METROMINI |
KABUPATEN BIMA – Memasuki musim hujan, ancaman penyakit untuk manusia sering melanda. Simpan saja seperti penyakit Demam Berdarah Bengeu (DBD). Di Kecamatan Sanggar, Kabupaten Bima, bocah berusia empat tahun atas nama Novitasari asal Desa Boro yang mengidap penyakit DBD akhirnya pun meninggal dunia.
Keluarga korban, Gunawan mengatakan, dilihat dari penyakit yang dideritanya kalau anak itu menderita demam berdarah. Diakuinya, saat dibawa ke Puskesmas anak itu berdarah, demam yang cukup tinggi panasnya. Akhirnya, sang anak dirujuk ke Rumah Sakit Dompu, Kamis, 19 Januari 2017 kemarin, karena kondisinya yang kian kritis dan akhirnya pun meninggal dunia.
Kata Gunawan, kasus Novitasari sangat mengkhawatirkan kondisi masyarakat sekitar. Apalagi, perkiraan musim hujan yang akan terus berjalan beberapa bulan kedepan.
Untuk diketahui, penyakit Demam Berdarah Dengeu (DBD) adalah salah satu penyakit demam akut yang disebabkan oleh salah satu dari empat stereotipe virus. Nama virusnya adalah dengeu. Penyakit ini terjadi manakala nyamuk Aedes Aegypti menghisap darah manusia.
“Kondisi DBD kini mulai masuk di Desa Boro dan Desa Oi Saro, Kecamatan Sanggar,” ujar Gunawan, Kamis kemarin.
Baca juga:
Menanggapi kondisi penyakit ini, Kepala Unit Pelaksana Tehnis (UPT) Pusat Kesehatan Masyarakat (PUKESMAS) Kecamatan Sanggar, Anwar, S.Kep, SKM mengatakan, mengakui penyakit DBD sudah masuk di Kecamatan Sanggar. Namun, dia mengaku, sarana dan prasarana medis di Puskesmas masih terbatas.
“Memang telah terjadi kasus demam berdarah di Sanggar. Kami ingin melakukan pemeriksaan terhadap pasien, namun sarana dan alat kesehatan di sini sangat terbatas. Kami kira awal DBD ini terjadi di Desa Boro,” ujar Anwar di kantornya, kemarin.
Untuk kasus Novitasari, sambung dia, memang harus segera di rujuk ke Rumah Sakit, karena kondisi Balita itu memprihatinkan.
“Kami hanya bisa anjurkan untuk segera di rujuk ke Rumah Sakit. Nah, oleh keluarga pasirn, Novitasari langsung di bawa ke RS Dompu,” ungkapnya.
Namun, diakuinya, Allah berkehendak lain. Novitasari setelah dirujuk di RS Dompu, tiga hari setelah itu akhirnya meninggal dunia.
Ia berharap, keterbatasan fasilitas kesehatan untuk pemeriksaan dini penyakit yang diidap masyarakat di daerah pinggiran seperti di Sanggar dan di Tambora segera diadakan oleh atasannya (Baca: Pemerintah Kabupaten Bima).
"Harapan saya, kepada Pemerintah Daerah agar bisa membantu segala kekurangan alat kesehatan (alkes) yang ada di Pukesmas Sanggar ini,” tutup Anwar kepada Koresponden Metromini. (RED)
Keluarga korban, Gunawan mengatakan, dilihat dari penyakit yang dideritanya kalau anak itu menderita demam berdarah. Diakuinya, saat dibawa ke Puskesmas anak itu berdarah, demam yang cukup tinggi panasnya. Akhirnya, sang anak dirujuk ke Rumah Sakit Dompu, Kamis, 19 Januari 2017 kemarin, karena kondisinya yang kian kritis dan akhirnya pun meninggal dunia.
Kata Gunawan, kasus Novitasari sangat mengkhawatirkan kondisi masyarakat sekitar. Apalagi, perkiraan musim hujan yang akan terus berjalan beberapa bulan kedepan.
Untuk diketahui, penyakit Demam Berdarah Dengeu (DBD) adalah salah satu penyakit demam akut yang disebabkan oleh salah satu dari empat stereotipe virus. Nama virusnya adalah dengeu. Penyakit ini terjadi manakala nyamuk Aedes Aegypti menghisap darah manusia.
“Kondisi DBD kini mulai masuk di Desa Boro dan Desa Oi Saro, Kecamatan Sanggar,” ujar Gunawan, Kamis kemarin.
Baca juga:
Menanggapi kondisi penyakit ini, Kepala Unit Pelaksana Tehnis (UPT) Pusat Kesehatan Masyarakat (PUKESMAS) Kecamatan Sanggar, Anwar, S.Kep, SKM mengatakan, mengakui penyakit DBD sudah masuk di Kecamatan Sanggar. Namun, dia mengaku, sarana dan prasarana medis di Puskesmas masih terbatas.
“Memang telah terjadi kasus demam berdarah di Sanggar. Kami ingin melakukan pemeriksaan terhadap pasien, namun sarana dan alat kesehatan di sini sangat terbatas. Kami kira awal DBD ini terjadi di Desa Boro,” ujar Anwar di kantornya, kemarin.
Untuk kasus Novitasari, sambung dia, memang harus segera di rujuk ke Rumah Sakit, karena kondisi Balita itu memprihatinkan.
“Kami hanya bisa anjurkan untuk segera di rujuk ke Rumah Sakit. Nah, oleh keluarga pasirn, Novitasari langsung di bawa ke RS Dompu,” ungkapnya.
Namun, diakuinya, Allah berkehendak lain. Novitasari setelah dirujuk di RS Dompu, tiga hari setelah itu akhirnya meninggal dunia.
Ia berharap, keterbatasan fasilitas kesehatan untuk pemeriksaan dini penyakit yang diidap masyarakat di daerah pinggiran seperti di Sanggar dan di Tambora segera diadakan oleh atasannya (Baca: Pemerintah Kabupaten Bima).
"Harapan saya, kepada Pemerintah Daerah agar bisa membantu segala kekurangan alat kesehatan (alkes) yang ada di Pukesmas Sanggar ini,” tutup Anwar kepada Koresponden Metromini. (RED)
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.