Mari Melihat Bencana dari Dua Sudut yang Berbeda

Saat banjir mulai naik di Kelurahan Tanjung, Kota Bima. Foto: Facebook
OPINI - Setiap bencana tentu tidak terjadi begitu saja, seperti dalam Hukum Kausalitas sebab-akibat, selalu ada sesuatu yang mendahuluinya. Seperti banjir bandang yang terjadi di Kota Bima akhir tahun 2016 kemarin, tanggal 21 dan 23 Desember, kita bisa melihatnya dari sudut pandang yang berbeda.

Baca juga:

Bahwa bencana alam memang terjadi karena fenomena alam yang terjadi secara kebetulan. Namun, dari sudut lain, suatu bencana dipandang sebagai peristiwa kerusakan alam yang mempunyai hubungan yang kental dengan wilayah keimanan, dan tidak terjadi secara kebetulan.

Dari sudut pandang iman dalam Islam, suatu bencana atau kerusakan alam terjadi tidak akan terjadi kecuali ada hubungannya dengan perbuatan dosa yang dilakukan oleh manusia. Dalam kitab suci Al-Qur'an tertulis bahwa apa saja musibah yang menimpa manusia adalah disebabkan oleh perbuatan tangan manusia itu sendiri.

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.” (QS. ar-Rum [30]:41).

Abu ‘Aliyah pernah berkata, “Barang siapa yang bermaksiat kepada Allah di muka bumi, maka sungguh ia telah membuat kerusakan di dalamnya, sebab kebaikan bumi dan langit tergantung kepada ketataan manusia terhadap Sang Penciptanya.”

Maka tidak heran, sebelum suatu bencana terjadi, kita bisa melihat berbagai bentuk kemaksiatan akan terus merajalela, terutama kemaksiatan yang dilakukan oleh para penguasa, seperti praktek korupsi, manipulasi kekayaan Negara, ketidakadilan, terlibat kasus amoral, mengebiri supermasi hukum dan lain sebagainya.

Buya Hamka, salah seorang tokoh dan ulama Nusantara yang terkenal, pernah berkata bahwa menurut pandangan yang berdasarkan keimanan, bencana-bencana tersebut harus ditanggulangi dari dua dimensi.

Pertama, dimensi fisikal (lahiriah). Upaya pencegahan bencana dengan cara memperbaiki lokasi-lokasi yang rusak, memelihara hutan jangan sampai terbakar atau digundulkan, menata tata ruang perkotaan dengan cara memperkokoh dan membendung tepi pantai supaya tidak di runtuhkan gelombang ombak yang dapat mengakibatkan bencana banjir dan tanah longsor.

Termasuk ke dalam dimensi ini adalah kesadaran kolektif dan masif dari setiap individu masyarakat terhadap pentingnya hidup teratur dan disiplin, seperti menjaga kebersihan dan tidak membuang sampah sembarangan.

Kedua, dimensi yang lebih penting dan mendasar, yaitu mendekati Tuhan. Manusia tidak dibenarkan untuk mempersenda-guraukan tentang soal-soal agama dan ketuhanan, sebab kunci rahasia alam ini dipegang oleh kekuasaan-Nya. (RED | REPUBLIKA.CO.ID)

Related

Opini 2002754245027845492

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.

emo-but-icon

FANSPAGE METROMINI

METROMINI VIDEO

Arsip Blog

Ikuti Tweet Metromini

item