Islam Mengajarkan untuk Berani Mengkritik Pemerintah

Ilustrasi pemimpin dalam Islam. Foto: google.com
OPINI - Dikisahkan oleh Al-Fakhri, pada suatu hari Khalifah Umar bin Khattab mendapatkan kiriman beberapa helai pakaian khas Yaman (burd). Umar membagikan kain tersebut kepada umat muslim lainnya, masing-masing dari mereka mendapatkan sehelai kain, begitu pun sang Khalifah, yaitu satu helai.

Dengan kain yang dimilikinya, Umar menjahitnya menjadi sebuah kemeja. Saat hendak naik ke atas mimbar untuk seruan berjihad, Umar memakai pakaian kemejanya. Belum sempat sang Khalifah berkata, seseorang tiba-tiba berkata, "Saya tidak perlu menaati seruan Anda!"

Khalifah yang terkenal dengan ketegasannya dan ditakuti oleh setan ini pun bertanya, "Mengapa demikian?" Orang itu menjawab, "Karena Anda lebih mementingkan diri Anda daripada kami. Anda seharusnya mendapatkan jatah sehelai kain burd dan untuk ukuran tubuh Anda satu potong kain itu tidak cukup karena Anda berperawakan tinggi. Namun, mengapa sekarang Anda justru memotongnya menjadi kemeja sementara untuk membuat kemeja butuh dua helai kain burd?"

Abdullah bin Umar, anak sang Khalifah yang kebetulan duduk disebelahnya diminta untuk menjawab, "Abdullah, jawablah!" Abdullah bin Umar pun angkat bicara, "Kain burd jatah saya yang saya berikan kepadanya agar cukup untuk kemejanya."

Orang yang sempat mencurigai Umar itu berkata, "Kalau begitu sekarang saya patuh pada seruan Anda!" Orang itu pun kembali duduk dan mendengarkan seruan jihad yang diperintahkan sang Khalifah.

Ini lah contoh interaksi antara pemimpin dan rakyat yang baik. Di saat rakyat menilai bahwa tindakan pemimpin salah, maka rakyat pun berani menyuarakan kebenaran dan mengkritik. Rakyat yang baik bukan rakyat yang membiarkan pemimpinnya melakukan apa saja sesuai kehendaknya, melainkan rakyat yang berani melakukan koreksi terhadap tindak tanduk pemimpinnya.

Ketidakpedulian rakyat terhadap perilaku pemimpinnya hanya akan melahirkan tirani. Akibatnya akan muncul pemimpin yang tak tahan kritik, pemimpin yang tak siap menerima teguran, dan pemimpin yang tak sanggup melakukan perbaikan.

Baca juga:

Dalam sabdanya Rasulullah berpesan, "Jihad yang paling utama adalah menyampaikan kebenaran kepada pemimpin yang jahat." (HR Abu Dawud).

Dari kisah di atas bisa kita lihat, bagaimana seorang pemimpin yang siap menerima kritikan rakyatnya. Seorang pemimpin yang hebat adalah dia yang selalu berlaku adil dan berhati-hati agar tidak salah. Jika pun ia melakukan kesalahan, ia menerima kritikan dan akan melakukan perbaikan. Dia tidak akan membungkam setiap orang yang mengkritiknya.

Dalam suatu hadits yang diriwayatkan Abu Sa'id, "Sesungguhnya manusia yang paling dicintai Allah di hari kiamat dan tempat duduknya paling dekat dengan-Nya adalah pemimpin yang adil." (HR at-Tirmidzi).

Selanjutnya, bila suatu keputusan sang pemimpin dikoreksi kemudian ternyata ia berada dalam kebenaran, maka rakyat wajib mentaatinya. Mentaati pemimpin yang baik adalah sebuah kewajiban yang telah tertulis dalam Kitab Suci. Allah berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad) dan pemegang kekuasaan di antara kalian." (An-Nisa' [4]: 59). (RED | REPUBLIKA.CO.ID)

Related

Opini 7693454041028987867

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.

emo-but-icon

SPONSOR

join

FANSPAGE METROMINI

METROMINI VIDEO

Iklan

 


Arsip Blog

Ikuti Tweet Metromini

item