Hikmah Peristiwa Heroik Penurunan Bendera Belanda
https://www.metromini.info/2017/01/hikmah-peristiwa-heroik-penurunan.html
Peristiwa penurunan bendera Belanda di puncak Hotel Yamato, Surabaya. Foto: Republika |
KOTA BIMA - Gambar aksi heroik 3 pemuda yang sering menghiasi buku-buku sejarah dan sering diputar di telivisi, dan sering dijadikan video visual dalam beberapa presentasi yang dijadikan sebagai simbol penyemangat, pergerakan dan perjuangan generasi setelahnya dan gambar-gambar ini diambil dari rekaman arsip asli tentang drama penyobekan bendera biru Belanda di puncak Hotel Yamato, yang digantikan dengan bendera merah putih. Mungkin beberapa dari generasi sekarang tidak mengenal dan mendengar tiga pemuda heroik tersebut. Itu terjadi pasca proklamasi dimana pengakuan kemerdekaan Negara Republik indoensia.
Diantara 3 pemuda heroik yang berhasil menurunkan bendera belanda dan mengibarkannya sebagai bendera merah putih itu adalah Sidik, Haryono, Kusno Wibowo. Kejadian ini tepat pada 10 November 71 tahun silam. Setelah proklamasi dibacakan pada 17 agustus 1945, dan disusul dengan munculnya maklumat pemerintah (31 Agustus 1945) yang menetapkan mulai 1 September 1945 bendera nasional Sang Merah Putih dikibarkan terus di seluruh Indonesia yang artinya secara de facto telah resmi menjadi sebuah negara.
Sambutan kemenangan kemerdekaan begitu emosional dan bahagia oleh seluruh masyarakat Indonesia itu terjadi di seluruh pelosok daerah. Bendera-bendera merah putih putih dikibarkan terutama oleh arek-arek Suroboyo.
Tiang-tiang bendera ditancapkan berbagai sudut kota secara sembunyi karena kekuatan jepang pada waktu itu belum sepenuhnya hilang dan masih mengusai Indonesia. Gerakan pengibaran bendera meluas di berbagai daerah dan di kota besar, antara lain di teras atas Gedung Kantor Karesidenan (Kantor Syucokan, gedung gubernuran sekarang, Jl. Pahlawan) yang terletak di muka gedung Kempei Tai (sekarang Tugu Pahlawan), di atas Gedung Internatio.
Namun pada 18 September 1945 datanglah para opsir-opsir Sekutu dan Belanda dari AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) ke Surabaya dan ditempatkan di Hotel Yamamoto atau Oranje. Karena merasa kuat Jenderal Mr. W.V.Ch Ploegman bersama sekelompok dan pasukannya mengibarkan bendera Belanda (merah-putih-biru) kejadian itu terjadi pada malam hari di puncak hotel Yamato pada tanggal 19 September, pukul 21.00. kejadian ini membuat arek-arek Suroboyo dan seluruh rakyat Indonesia di seluruh pelosok Nusantara marah.
Berita ini pun sampai ke Sudirman, Tak lama kemudian Residen Sudirman datang. Kedatangan pejuang dan diplomat ulung yang waktu itu menjabat sebagai Wakil Residen (Fuku Syuco Gunseikan) yang masih diakui pemerintah Dai Nippon Surabaya Syu, sekaligus sebagai Residen Daerah Surabaya Pemerintah RI. Sudirman bertujuan untuk melakukan dialog untuk menghindari pergolakan dan pertumpahan darah, Sudirman masuk ke dalam hotel untuk melakukan perundingan dengan pihak Belanda, Permintaan Sudirman dalam perundingan tersebut adalah untuk meminta pihak Belanda menurunkan bendera Belanda.
Namun perundingan tersebut gagal sehingga terjadi bentrok di antara pemuda-pemuda Surabaya dengan tentara Belanda. Sebagian pemuda-pemuda Surabaya naik ke puncak hotel untuk menurunkan dan merobek bendera biru Belanda tersebut.
Salah satu dari pemuda itu adalah Kusno Wibowo yang berhasil menurunkan dan merobek bendera biru tersebut dan menancapkan dan mengibarkan kembali bendera tersebut menjadi bendera merah putih. (RED | BLOGSPOT)
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.