Hadapi Banjir, Ini Ide Hasil Diskusi Pegiat LSM di FB

Kondisi sungai di Kota Bima usai bencana, Senin, 23 Januari 2017 kemarin. FOTO: Husain La Odet II/FACEBOOK

KOTA BIMA – Kota Bima yang dilanda bencana banjir bandang tiga paket dalam dua bulan terakhir telah merusak infrastruktur dan tatanan pembangunan kota hampir di 80% wilayahnya. Tak hanya di Kota, wilayah Kabupaten Bima pun di beberapa kecamatan yang ada ditimpa banjir bandang juga.  Tragedi yang luar biasa dan upaya mencari solusi menghadapi bencana selanjutnya pun didiskusikan pegiat Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Nusa Tenggara Barat (NTB) via facebook (FB).

Baca juga:

Berawal dari status akun FB, Husain Laodet II yang menanyakan tentang konsep restorasi sungai dan bagaimana implementasi teknisnya? Pertanyaan lainnya disampaikan Alumnus Universitas Islam Malang (UNISMA) itu.

“Apakah memperbaiki dan mengembalikan fungsi sungai seperti makna istilah keren restorasi sungai yg dimaksud ada methodologi struktur bangunanmengingat karakter dan tipologi topografinya alam Kota Bima adalah cekungan lempeng piring?,” tanya dia dalam statusnya, Senin, 23 Januari 2017 kemarin.

Kembali menjawab pertanyaan yang disampaikannya sendiri. Sarjana Tehnik Sipil Konstruksi itu menjelaskan, kondisi lingkungan di Kota Bima yang rata-rata kondisi gunungnya gundul. Dengan adanya penimbunan pantai akan berdampak pada naiknya permukaan laut oleh endapan lumpur.

“Keadaan ini pula berdampak pada elevasi sungai yang semakin lebih tinggi hilir dari pada kondisi hulu nantinya,” sebut dia.

Ditambahkannya, penyempitan sungai oleh hunian pemukiman warga, persoalan sampah dan pembagian air sungai lewat kanal yang sudah mampet. Hal-hal tersebut merupakan indikator penting yang perlu di-recovery keadaannya.

“Sekali lagi menurut disiplin ilmu saya, harus mencari solusi penyelesaian banjir menurut analisa sebab utamanya salah satunya seperti yang saya uraikan di atas,” ungkap dia.

Ditegaskannya, air adalah sesuatu benda yang memiliki kekuatan dahsyat. Sebesar dan sekuat atau pun secanggih membuat saluran sungai, pada gilirannya akan dihajar oleh banjir bandang yang menyerupai wajah tsunami dan akhirnya pun kembali rusak dan berkeping-keping.

Dijelaskannya lagi, hal utama yang dilakukan terlebih dahulu adalah upaya normalisasi sungai dan kanal pembaginya. Kemudian, sambung pria yang disapa Bang Odet itu, proyek penggalangan tanam pohon di kawasan hulu dan segera dibuatkan peraturan tentang pembabatan liar.

Di samping itu, kata Ketua Dewan Kesenian Kota Bima itu, pembuangan sampah jangan sembarangan. Sampah harus dalam keadaan tertutup dan steril serta adanya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang representatif keadaannya.

“Yang terutama lahan tutupan negara harus dijaga dan tutup perladangan di gunung. Tutup kembali jalan-jalan di gunung yang baru di buka oleh pemerintah untuk rencana perkebunan jagung. Karena akan memberi peluang akses/masuknya masyarakat untuk menjarah kayu di hutan,” papar dia dalam statusnya itu

Poin terakhir, Odet memperjelas soal sempadan pantai di Teluk Bima. Menurut dia, agar tidak di kavling, direklamasi atau ditimbun dan dimiliki oleh ‘mafia’ dan pemilik modal. Pemerintah harus membuat mega proyek tanggul pantai mulai kawasan Amahami sampai Pantai Ule di Kelurahan Melayu.

“Pembuatan tanggul ini sebagai pembatas yang jelas untuk lokasi hunian dan kawasan pantai. Saya pikir semua hal di atas, akan jelas bisa meretas jalan menghindari bencana untuk masa mendatang,” ucap dia menutupi statusnya.

Menanggapi pemaparan status Odet, komentator dengan nama pengguna FB Arief Mahmudi mengatakan, persoalan banjir yang harus di tata terlebih dahulu adalah bagian hulunya. Kemudian ditentukan Rencana Untuk Tata Ruang Wilayah (RUTRW). Diperjelas pula soal kepemilikan lahan dan peruntukan kawasan.

“Soal banjir persoalan hulunya yg hrs diselesaikan...hutan, RUTRW, kepemilikan lahan, peruntukan kawasan dan kebijakan pemkab dan pemkot nya terkait SDA juga penting... pusinglah... tp itulah perlu kehadiran negara (local government) dlm masalah ini,” kicau Arief di komentarnya.

Dia menambahkan, sekitar enam tahun yang lalu ada pertemuan lokakarya membangun visi Kabupaten Bima. Diakuinya, masalah tangguh bencana ini juga pernah disampaikan kala itu.

“6 thn yg lalu saat pertemuan lokakarya kabupaten utk membangun visi kabupaten di bima... issue ini kan jg jd pembahasan... nah skrng deh hasilnya. Harusnya, kepala daerah angan pikirkan modal kembali dulu...mandat rakyat bima utk perubahan itu yg utama,” sentil dia.

Kementator lain, pemilik akun FB Aba Du Wahid mengatakan, detail rencana yang disebutkan dalam status Oder itu semestinya bisa dilakukan secara bersama-sama.

“Apa.semua.aspek.yg disebutkan itu tidak bisa dilakukan.aecara simultan.(bersamaan)? Saya kira bisa, apalagi diberi ruang bagi elemen masyarakat/lembaga non.pemerintah untuk ikut andil,” ucap Aba.

Menanggapi komentar Aba Du Wahid, kata Arief Mahmudi, hal itu bisa dilakukan asal didukung dengan budget yang memungkinkan.

“Bisa dilakukan simultan asal kebijakannya bukan by budget tapi by urgent priority.....tp budgetnya bgm ? Pdhal budget utk th 2017 sdh ketok palu,” terangnya.

Menurut Arief Mahmudi, kepentingan anggaran di masa recovery (pembenahan) usai bencana melanda harus segera menjadi fokus perhatian semua kalangan. Jangan harus menunggu lama-lama, malahan nanti bencana yang lebih besar datang di Bima, sehingga menyalahkan keadaan, padahal pencegahannya dapat dilakukan sejak sekarang.

“Kita tidak mungkin menunggu APBD yahun depan. Coba dipikirkan di penghujung 2017...siap siap saja hal spt itu (Baca: bencana) akan terjadi lagi... Anggaran perubahan daerah dan approach pemerintah pusat sdh menjadi keharusan.... kalau tidak...selamat menikmati (semoga tdk terjadi) situasi yg spt kemarin (maaf statement sy terlalu vulgar),” pungkas dia sembari meyakinkan pendapatnya segera ada proses politik anggaran yang semangatnya pada recovery dan penataan wilayah hulu hingga hilir usai bencana.

Di akhir komentar, pegiat LSM NTB, Ervyn Kaffah mengungkapkan, perlu adanya anggaran/logistik awal untuk membangun mimpi memperbaiki sisi hulu hingga hilir bagi sebuah daerah yang telah rawan bencana.

“Money follow program. Perlu logistik awal untuk membangun mimpi bersama dan roadmap, bantu review program, dan berikutnya pada sisi anggaran. Saya berharap sangat, Bima masuk agenda prioritas mas Arief dkk paling tidak 3 tahun ke depan,” ucap Ervyn yang arah pendapatnya agar WWF bisa mengagendakan program hutan, lahan dan sungai untuk daerah binaannya di Bima. (RED)

Related

Kabar Rakyat 8085573121241253513

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.

emo-but-icon

FANSPAGE METROMINI

METROMINI VIDEO

Arsip Blog

Ikuti Tweet Metromini

item