Srikandi Langgudu Tutup Usia Saat Bagi Kertas Ujian Siswa
https://www.metromini.info/2016/12/srikandi-langgudu-tutup-usia-saat-bagi.html
Suasana pemakaman Sri Mulyati. Foto: Mhd Rom |
KABUPATEN BIMA – Usianya sangatlah muda. Guru wanita itu baru menginjak usia yang ke 22. Namanya Sri Mulyati, S.Pd. Selepas di Wisuda dari kampus STKIP Bima tahun 2015, Sri mengabdi menjadi pengajar di SMP 17 Langgudu, dengan status sukarela.
Tidak mudah menjadi guru di SMP 17 Langgudu. Medan yang menantang dan jaraknya pun tak dekat. Bagi Sri, menjadi guru sukarela adalah pilihannya. Walau ia harus harus melintasi teluk Waworada dan berjalan, mendaki dan melintasi sungai hingga bisa sampai di Sekolah yang sangat terpencil itu. Jarak dari rumah menuju Sekolah kurang lebih ada 25 km. Waktu yang di butuhkan sekitar 3 jam berjalan kaki
Menurut Mhd Rom, kematian Sri bisa dibilang dalam keadaan suhada. Senin, 5 Desember 2016 lalu, Sri dikabarkan meninggal dunia saat membagikan kertas ujian siswanya. Sontak, semua kaget dengan yang dialami Sri dua hari lalu itu.
“Sri adalah pendobrak keterasingan. Inisiatifnya mengabdikan diri pada SMP Satap 17 Langgudu tidak semua orang berani memilih itu. Sekolah itu cukup terpencil. Letaknya di pesisir utara Samudra Hindia dan pesisir selatan Semenanjung Langgudu. Dia meninggal saat bertugas dan memberi kertas siswanya yang ujian. Sungguh kematian seperti seorang suhada. Semoga amal Almarhumah di terima yang Maha Kuasa,” ujar Rom dalam akun Facebook miliknya yang mengaku Paman Alm. Sri Mulyati.
Sementara ini, akun Facebook Mhd Rom yang mengabarkan kematian Sri Mulyati sudah dibagikan sudah 12 kali, 759 like dan 290 komentar dari Netizen yang mengucapkan doa dan belasungkawa untuk Almarhumah.
“Dengan tulus ikhlas kami sekeluarga mencurahkan doa buat almarhumah, semoga amal perbuatannya di terima di sisi Allah,” tulis pemilik akun Facebook Guto Asta. (RED)
Tidak mudah menjadi guru di SMP 17 Langgudu. Medan yang menantang dan jaraknya pun tak dekat. Bagi Sri, menjadi guru sukarela adalah pilihannya. Walau ia harus harus melintasi teluk Waworada dan berjalan, mendaki dan melintasi sungai hingga bisa sampai di Sekolah yang sangat terpencil itu. Jarak dari rumah menuju Sekolah kurang lebih ada 25 km. Waktu yang di butuhkan sekitar 3 jam berjalan kaki
Menurut Mhd Rom, kematian Sri bisa dibilang dalam keadaan suhada. Senin, 5 Desember 2016 lalu, Sri dikabarkan meninggal dunia saat membagikan kertas ujian siswanya. Sontak, semua kaget dengan yang dialami Sri dua hari lalu itu.
“Sri adalah pendobrak keterasingan. Inisiatifnya mengabdikan diri pada SMP Satap 17 Langgudu tidak semua orang berani memilih itu. Sekolah itu cukup terpencil. Letaknya di pesisir utara Samudra Hindia dan pesisir selatan Semenanjung Langgudu. Dia meninggal saat bertugas dan memberi kertas siswanya yang ujian. Sungguh kematian seperti seorang suhada. Semoga amal Almarhumah di terima yang Maha Kuasa,” ujar Rom dalam akun Facebook miliknya yang mengaku Paman Alm. Sri Mulyati.
Sementara ini, akun Facebook Mhd Rom yang mengabarkan kematian Sri Mulyati sudah dibagikan sudah 12 kali, 759 like dan 290 komentar dari Netizen yang mengucapkan doa dan belasungkawa untuk Almarhumah.
“Dengan tulus ikhlas kami sekeluarga mencurahkan doa buat almarhumah, semoga amal perbuatannya di terima di sisi Allah,” tulis pemilik akun Facebook Guto Asta. (RED)
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.